Kecerdasan Buatan
Hasil Penelitian: Lulusan dengan Keterampilan Kecerdasan Buatan Lebih Diminati Perusahaan
Lulusan perguruan tinggi dengan pengetahuan dan keterampilan kecerdasan buatan memiliki kesempatan dipanggil wawancara lebih besar.
POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Pelamar kerja dengan kemampuan penguasaan kecerdasan buatan diminati perusahaan besar. Lulusan perguruan tinggi dengan pengetahuan dan keterampilan kecerdasan buatan memiliki kesempatan dipanggil wawancara lebih besar dibandingkan mereka yang tidak punya kompetensi kecerdasan buatan.
Demikian temuan dari penelitian Profesor Ekonomi di Anglia Ruskin University, Inggris, Nick Drydakis, yang diterbitkan di jurnal Oxford Economic Papers yang dikutip dari laman Sciencedaily.com, Sabtu (25/4/2024).
Hasil ini diperoleh melalui percobaan mengirimkan CV lowongan kerja dari pelamar Inggris lulusan perguruan tinggi berusia 21 tahun. Beberapa di antara pelamar mencantumkan kemampuan kecerdasan buatan (AI) dalam surat lamaran kerjanya.

Penelitian membandingkan pelamar laki-laki yang cocok, satu dengan modal skill AI dan yang lainnya tanpa kemampuan AI. Terdapat total 1.360 lamaran kerja dari pelamar laki-laki ke 680 perusahaan Inggris. Sementara terdapat 1.316 surat lamaran dari pelamar perempuan yang dikirim ke 658 perusahaan.
Sebanyak 54 persen pelamar laki-laki dengan modal AI menerima panggilan wawancara, sedangkan di antara pelamar laki-laki tanpa modal AI hanya 28 persen yang diundang untuk wawancara.
Adapun di antara pelamar perempuan dengan modal AI, 50 persen pelamar diundang wawancara kerja, sedangkan di antara pelamar perempuan tanpa modal AI hanya 32 persen pelamar yang dipanggil wawancara.
”Studi kami dengan jelas menunjukkan, para pemberi kerja menghargai pengetahuan dan keterampilan AI di antara para pelamar pekerjaan. Para pelamar yang memiliki modal AI secara signifikan lebih mungkin diundang untuk wawancara dan juga lebih mungkin untuk memiliki akses terhadap pekerjaan dengan gaji yang lebih baik,” kata Drydakis yang menjadi penulis utama.
Baca juga: SoftBank Group Investor Raksasa Jepang Ekspansi ke Bisnis Kecerdasan Buatan
Drydakis menambahkan, di Inggris, AI menyebabkan perubahan dramatis dalam angkatan kerja. Karena itu, perusahaan perlu menanggapi tuntutan ini dengan meningkatkan angkatan kerja mereka melalui peningkatan keterampilan AI.
”Pelamar kerja dengan modal AI mungkin memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang terkait dengan analisis data, pengambilan keputusan berdasarkan data, kreativitas, inovasi, dan komunikasi yang efektif, dan banyak lagi.
Keterampilan ini dapat meningkatkan operasi bisnis, menjadikannya lebih efisien dan berpotensi berkontribusi terhadap peningkatan produktivitas dalam perusahaan,” papar Drydakis.
Menurut Drydakis, perusahaan-perusahaan besar sangat menghargai modal AI. ”Mungkin karena mereka cenderung menjalani lebih banyak transformasi teknologi struktural berbasis AI dan memiliki kapasitas inovasi yang lebih besar,” ujarnya.
Pelatihan AI
Peningkatan kemampuan dalam bidang AI bagi mahasiswa di perguruan tinggi salah satunya dilakukan Universitas Multimedia Nusantara (UMN) di Tangerang. Dengan dukungan kerja sama Koica dan Silla University, fasilitas laboratorium UMN Smart Factory & Cloud-Big Data disediakan untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa di kedua bidang ini.
Dari hasil kunjungan Wakil Presiden Koica Sohn Jung-mee, pekan ini, disebutkan, Program Koica bersama UMN akan dilanjutkan hingga akhir tahun 2026.
”Program masih akan sama seperti sebelumnya, tapi kami mau menambahkan materi baru mengenai AI karena melihat perkembangan saat ini. Kemampuan AI ini cukup penting,” ujar Wakil Rektor UMN Andrey Andoko.
Banyak lulusan perguruan tinggi di Jabodetabek telah mendapat banyak manfaat dari pelatihan gratis yang diberikan UMN dan Koica ini. Setelah selesai, alumni program ini berpeluang ditawarkan kepada perusahaan-perusahaan Korea di Indonesia yang membutuhkan.
”Harapan dari perpanjangan program Koica ini bisa menguntungkan Indonesia dan menambahkan lapangan kerja di Indonesia. Semoga UMN bersama Koica dan Silla University bisa terus mengembangkan program ini dan bisa membantu Indonesia,” kata Sohn Jung-mee.
Baca juga: Kecerdasan Buatan yang Lebih Pintar dari Manusia Terpintar Mungkin Terwujud Tahun Depan
Tawaran pelatihan AI juga diberikan Google Play Academy Study Jam. Setelah sukses tahun lalu, Google Play Academy Study Jam kembali hadir dengan konten baru yang mencakup keterampilan berbasis AI terbaru. Pertama kali diluncurkan pada tahun 2021, program ini telah melatih lebih dari 6.800 siswa, pengembang program, dan manajer produk untuk aplikasi dan gim Google Play.
”Kami sangat senang melihat antusiasme dan tanggapan positif yang didapat program ini. Pada tahun 2023, lebih dari 3.100 peserta bergabung dalam program kami untuk meningkatkan keterampilan di bidang-bidang yang krusial bagi kesuksesan aplikasi mereka. Yang lebih mengesankan lagi, 65 persen adalah pelajar dan 35 persen adalah perempuan pengembang program,” ujar Direktur Google Play Asia Tenggara & Australia Kunal Soni.
Google Play Academy Study Jam adalah format kelompok belajar interaktif yang dikelola komunitas untuk membantu pembuat aplikasi dan gim baru mempelajari cara mendesain dan meluncurkan aplikasi atau gim. Program ini berkolaborasi dengan Asosiasi Game Indonesia (AGI), KUMPUL, Google Developer Groups, dan Indie Games Groups Indonesia.
Baca juga: Gereja Katolik Ingin Punya Pendapat Mengenai Masa Depan Kecerdasan Buatan
Program berdurasi lima bulan ini terdiri dari webinar yang dipimpin instruktur, acara luring, dan kursus sesuai keinginan dengan kecepatan belajar masing-masing. Pada akhir kegiatan para peserta mendapatkan sertifikat Google Play Store Listing, sertifikasi gratis yang diakui industri.
”Selama Google Play Academy Study Jam, saya terhubung dengan para profesional dan developer melalui diskusi, forum, dan sesi tanya jawab. Mendapatkan sertifikat Play Store Listing meningkatkan profil saya sebagai developer aplikasi,” ujar Dauw Bastha Fiastat Lugata, mahasiswa dan alumnus Google Play Academy Study Jam.
(kompas.id)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.