Tokoh Daerah NTT

Profil Tokoh NTT, Gories Mere Tak Pandang Bulu Tegakan Hukum

osok Goris Mere sudah dikenal luas di Indonesia. Ia merupakan putra NTT yang berjasa dalam memberantas teroris dan pengedarean Narkoba .

Penulis: Alfred Dama | Editor: Alfred Dama
SURYA.CO.ID
Komjen Pol Purn Gories Mere 

POS KUPANG.COM -- Sosok Goris Mere sudah dikenal luas di Indonesia. Ia merupakan putra NTT yang berjasa dalam memberantas teroris dan pengedarean Narkoba .

Ia Tokoh NTT ini juga merupakan mantan Wakil Kapolda NTT dan memberantas perjudian di NTT

Dan, Goris Mere memiliki sikap tegas terhdap para pelaku kriminal termasuk teriis hingga ia tuduh anti agama tertentu

Sejumlah jabatan pending pernah dipegang selama menjadi Anggota Polri aktif mulai dari Serse hingga Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional.
Bahkan, di usia yang muda, ia menjasi Stafsus Presien Susilo Bambang Yudhoyono

Dikutip dari Wkipedian, Komjen Pol. (Purn.) Drs. Gregorius "Gories" Mere (lahir 17 November 1954) adalah seorang purnawirawan perwira tinggi Polri yang pernah menjabat sebagai Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional tahun 2009-2012, dan terkenal sebagai perintis Detasemen Khusus 88 (Anti Teror) Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Baca juga: Profil Tokoh NTT, Marselino Ferdinan Bikin Bangga NTT

Gories yang merupakan lulusan Akademi Kepolisian tahun 1976, berpengalaman dibidang reserse dan intelijen, khususnya Terorisme dan Narkotika.

Gories sudah pensiun dari Kepolisian per 1 Desember 2012 dengan pangkat Komisaris Jenderal Polisi. Sejak Juni 2016, Presiden Joko Widodo mengangkatnya menjadi Staf Khusus Presiden bidang Intelijen dan Keamanan .

Karier Profesional
Ayahnya seorang pria Flores, persisnya berasal dari Usu-Pode, Nangaroro, Nagekeo (pensiunan anggota TNI) dan beribukan seorang perempuan Toraja.

Gories menikah dengan Nina Campos, putri Timor Leste berdarah India, memiliki dua anak dan sudah bercucu

Gories sempat lama bertugas di Timor Timur (saat masih bergabung dalam NKRI) ketika masih perwira pertama dan menengah, khususnya di bidang intelijen keamanan (Intelkam).

Oleh karena prestasinya yang prima di setiap medan penugasan, karier Gories pun menanjak dengan pasti[3]

Gories mulai terkenal namanya saat memburu Ratu Ekstasi Zarima di Texas, AS, pada 1996 silam karena kedapatan memiliki 29.667 butir ekstasi.

Selain itu juga, Gories juga menuntaskan kasus penyanyi rock Ahmad Albar yang terjerat narkoba

Saat terjadi kasus Bom Bali 2002 Gories (saat itu Kombes senior) ditunjuk Kapolri menjadi 'komandan lapangan' (Ketua Tim Penyidik) dalam penanganan aksi teror tersebut, di bawah komando Irjen Made Mangku Pastika sebagai Ketua Tim Investigasi Kasus Bom Bali I.

Baca juga: Profil Tokoh NTT, Josef Nae Soi Kerap Beri Motivasi untuk Napi

Sebelum menjadi Kalakhar BNN, Gories sempat menjadi Penanggung Jawab Sementara Kalakhar BNN yang menggantikan Komjen Pol Made Mangku Pastika yang sedang nonaktif dalam rangka Pilgub Bali 2008

Pada tahun 2011, Bersama beberapa tokoh polisi dan masyarakat, Gories pernah mendapat teror bom buku yang cukup heboh kala itu[6]

Setelah pensiun dari Kepolisian, bersama Mantan Kepala BIN A.M. Hendropriyono, mendirikan Hendropriyono Strategic Consulting, dengan Gories menjadi CEO

Gories juga diangkat menjadi Komisaris di perusahaan tambang PT. Darma Henwa Tbk sejak 31 Mei 2013[8]

Pada pertengahan tahun 2016, secara tiba-tiba, Gories Mere dan Diaz Hendropriyono (Anak dari AM Hendropriyono) diangkat menjadi Staf Khusus Presiden, dengan Diaz sebagai Staf Khusus bidang Sosial[2]

Pendidikan

AKABRI (Akademi Kepolisian) 1976

Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) 1986

Sekolah Staf dan Pimpinan Polri (Sespimpol) 1992

Sekolah Staf Komando (Sesko) ABRI 1998

Combat Intelligence & Counter Disaster Course, Royal Military College of Science Swindon, Inggris

Riwayat Karier

Kasat Serse Umum Polda Metro Jaya

Kapolres Metro Jakarta Timur

Direktur Reserse Polda Metro Jaya

Direktur Reserse Polda Jawa Barat

Irwasda Polda Nusa Tenggara Timur

Wakil Kapolda Nusa Tenggara Timur

Kepala Detasemen Khusus 88 (Anti Teror)

Direktur IV Narkoba Badan Reserse Kriminal

Wakil Kepala Badan Reserse Kriminal 2005-2008

Pjs. Kalakhar BNN (2008)

Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Narkotika Nasional 2009-2012

Kepala Asosiasi Lembaga-lembaga Anti Narkotika se-Dunia[3]

CEO Hendropriyono Strategic Consulting (2013-Sekarang)

Komisaris PT Darma Henwa Tbk. (2013-Sekarang)
Staf Khusus Presiden bidang Intelijen dan Keamanan (2016)

Penghargaan
Honorary Award in Order of Australia (HAOA) dari Pemerintah Australia (penghargaan terhadap kinerjanya saat Bom Bali 2002).
Gelar Datuk (Darjah Panglima Jasa Negara)(Juni 2010), dari Yang Dipertuan Agong Malaysia Tuanku Mizan Zainal Abidin karena berjasa dalam membangun hubungan erat antara Indonesia-Malaysia[9]

Penghargaan Direktur Central Intelligence Agency, diberikan langsung di CIA HQ, Fort Langley
Kontroversi

Semasa jabatannya di kesatuan anti-teror tersebut, Mere tak segan memberi perintah kepada anak buahnya untuk melepaskan tembakan apabila tersangka mencoba kabur.

Di satu sisi, ketegasan ini mendapatkan tanggapan positif dari masyarakat, namun di sisi lain, perintah tersebut juga menimbulkan tudingan miring terhadap dirinya.

Mantan Direktur Reserse di Kesatuan Polri yang menganut agama Katolik ini kerap dikecam karena dianggap sebagai ancaman bagi kaum ekstrimis Islam. Ditambah lagi, adalah tugas Mere yang kerap memimpin penggerebekan terhadap terorisme yang kebanyakan dilakukan oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan jihad dalam Agama Islam.

Ketika ada elemen tertentu yang menuduh Gories anti Islam, dia pernah berujar "Saya ini polisi, gak ada urusan dengan politik atau kepentingan tertentu demi kekuasaan. Tugas saya sebagai polisi adalah menegakkan hukum dan menjaga ketertiban masyarakat (Kamtibmas).

Jadi, agama dan suku apapun, kalau bersalah, ya ditindak. Kalau misalnya teroris itu orang Flores dan Katolik, ya, saya tangkap! Lagipula, gak ada kaitannya dengan agama. Keluarga besar saya bercampur Islam dan Katolik. Kalian tahu, saudara-saudara dari ayah saya, kan Muslim"

Namanya sempat disebut ikut serta dalam rangkaian operasi penggerebekan teroris di Medan, Sumatera Utara, padahal jabatan Mere saat itu sudah sebagai Kepala BNN.

Keberadaan 'juragan nomor satu' di BNN ini terendus media ketika tersiar kabar Danlanud Medan mengirim surat kepada Kapolda Sumatera Utara berisi protes atas 'penerobosan' yang dilakukan Densus 88 di Bandara Polonia.

Densus disebut tidak menaati aturan yang berlaku di bandara sesuai dengan standar internasional. Surat juga menyebut adanya kehadiran seorang jenderal bintang tiga di dalam rombongan tersebut. Kapolri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri membantah "Enggak ada masalah. Dia kan lagi kegiatan dengan BNN, jadi enggak ada masalah," Kamis (23/9/2010)*

Baca berita lain di Pos Kupang.com KLIK >>> GOOGLE.NEWS

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved