Breaking News

Liputan Khusus

Lipsus - Cerita Guru Honorer di Ende, Gaji 400 Ribu Harus Tempuh Empat Km ke Sekolah

Meski gajinya terbilang sangat kecil, namun semangatnya tetap dijaga sebagai tenaga pendidik.

Editor: Ryan Nong
POS KUPANG/DOK.LITVINA ORU
Litvina Oru, guru honorer di SMP Negeri 4 Nangapenda di Rajawawo, Rapowawo, Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende saat menempuh perjalanan ke sekolah. 

POS-KUPANG.COM, ENDE - Setiap hari, Litvina Oru alias Vina, guru honorer di SMP Negeri 4 Nangapenda, Rajawawo, Desa Rapowawo, Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende, menempuh perjalanan sejauh 4 Kilometer untuk sampai ke sekolahnya.

Meski gajinya terbilang sangat kecil, namun semangatnya tetap dijaga sebagai tenaga pendidik.

Apa yang dialami Vina itu juga banyak dialami oleh guru honor lainnya di berbagai daerah di NTT. Mereka terus berjuang berjalan kaki melewati medan yang terbilang cukup ekstrim. 

Baca juga: Lipsus - Raih SPS Awards 2024, Dion DB Putra Komitmen Terus hasilkan Karya Jurnalistik Terbaik

Pada Hari Pendidikan Nasional ( Hardiknas ), Kamis 2 Mei 2024 ini, genap 6 bulan 2 hari Vina mengabdi sebagai guru honorer di SMP Negeri 4 Nangapanda. Vina mengaku, honor yang diterimanya perbulan sebesar Rp 400.000.

Jumlah ini sangat sangat kecil bahkan jauh dibawah Upah Minumum Provinsi (UMP) NTT tahun 2024, sebesar Rp 2.186.826 atau mengalami kenaikan sebesar 2,96 persen dari UMP tahun 2023 sebelumnya, sebesar Rp 2.123.994. 

Dengan uang Rp 400.000, tentu saja Vina masih kesulitan untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidup sehari-hari. Lulusan Program Studi (Prodi) Bimbingan Konseling (BK) FKIP Undana Kupang ini masih tinggal bersama orang tuanya sehingga setiap hari gadis lajang ini pulang pergi diantar oleh saudaranya dengan menggunakan sepeda motor. Namun sesekali dia berjalan kaki.

"Jarak dari rumah ke sekolah itu sekitar 4 kilometer, setiap hari saudara yang antar kebetulan saudara punya kendaraan roda dua. Tapi kondisi jalan rusak, sehingga jarak tempuhnya satu jam lebih,” katanya.

Karena itu, meski dibonceng naik sepeda motor, Vina mengaku mengalami kelelahan dan kecapean. Setiap pagi, keluar dari rumah jam 06.00 Wita dan tiba di sekolah jam 07.00 Wita lebih. 

Menurut guru BK ini, meski berstatus guru honor dan honor yang diterimanya hanya Rp 400.000, namun dia tetap bertekad mengabdi di sekolah tersebut. Sebab, menjadi guru adalah panggilan hidupnya. Selain itu, karena  SMPN 4 Nagapenda itu adalah sekolah negeri yang merupakan prioritas pemerintah saat ini. 

"Honor memang kecil tapi kebetulan saya tinggal dengan orang tua jadi uang honor itu saya gunakan untuk menabung.  Tinggal dengan orang tua, jadi makan minum masih orang tua yang tanggung,” katanya. 

Sedangkan kendaraan yang setiap saat mengantar jemput Vina itu adalah milik saudara sehingga gratis. “Mungkin kalau ada uang lebih bisa isi BBM saja," ungkap Vina.

Vina menyadari, apapun tantangan yang dihadapi saat ini, dia akan tetap menjalankan profesinya sebagai guru meski statusnya baru guru honor.  "Saya adalah guru, pendidik anak bangsa. Jadi apapun kendalanya, saya jalani saja," ujar Vina. 

Tantangan lain yakni, dirinya mesti berhadapan dengan siswa yang datang dari berbagai latar belakang keluarga dan karakter berbeda. Hal ini tentu menjadi pengalaman dan tantangan tersendiri bagi Vina sebagai guru BK.

“Menjadi guru adalah kebanggaan tersendiri bagi saya. Karena guru bertugas mencerdaskan anak bangsa. Tujuan inilah yang menjadi semangat saya untuk terus bertahan sebagai guru honorer.  

Sementara itu di berbagai daerah, dalam upacara peringatan HUT Hardiknas, para peserta upacara mengenakan pakaian adat dari masing-masing daerah.

Kepala Sekolah (Kasek) SMA St Angela Atambua, Suster Indira Krisanti Lengkong, OSU, M.Pd mengatakan, Hardiknas 2024 menjadi momentum penting bagi para pendidik untuk meningkatkan pelayanan pendidikan. 

Suster Indira mengatakan, momen ini menjadi peneguhan untuk memberikan layanan pendidikan yang lebih baik. Dalam konteks ini, kurikulum Merdeka Belajar yang telah dicanangkan oleh pemerintah menjadi fokus utama. 

“Saya berharap para guru semakin merdeka dalam mengajar, tidak lagi terikat dengan ketentuan-ketentuan dalam kurikulum konvensional,” katanya. Pendekatan yang dilakukan mesti memperhatikan kemampuan dan kebutuhan siswa, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan sesuai dengan karakteristik individu.

"Semoga para siswa semakin bersemangat dan merdeka dalam belajar, serta memiliki keberanian untuk mengeksplorasi banyak hal sehingga pemahaman mereka tidak hanya sebatas menghafal, tetapi juga dapat memahami konsep secara mendalam,” katanya.

Hal ini akan membantu siswa semakin percaya diri dan berkembang menjadi manusia yang diharapkan. Menurutnya, meskipun sudah banyak guru-guru penggerak yang aktif, sekolah-sekolah yang belum terakses oleh program tersebut perlu mendapatkan perhatian khusus. 

Bupati Sabu Raijua, Drs. Nikodemus N. Rihi Heke, MSi mengatakan, di saat belajar, harus juga bisa memberikan pembelajaran untuk orang lain. Artinya, berbagi bagian dari literasi. Untuk perkembangan dan kemajuan pendidikan di Sabu Raijua, semua harus bertanggung jawab bukan hanya pemerintah.

Dia berharap Hardiknas bisa membuat masyarakat Sabu Raijua membangun bersama pendidikan yang baik. Bukan hanya guru tetapi juga anak didik, harus belajar.

Penjabat Gubernur NTT Ayodhia Kalake saat menyalami para peserta apel peringatan hari pendidikan nasional di alun-alun I. H Doko di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT. 
Penjabat Gubernur NTT Ayodhia Kalake saat menyalami para peserta apel peringatan hari pendidikan nasional di alun-alun I. H Doko di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT.  (POS-KUPANG.COM/IRFAN HOI)

 

Ayodhia Kalake nilai partisipasi anak sekolah masih rendah

Berdasarkan usia anak sekolah, Provinsi NTT menempati urutan ke 11 secara nasional. Ia menyebut, masih ada ribuan yang belum tersentuh akses pendidikan. 

"Ini masih rendah. Kita harus bekerja keras lagi, khususnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk berpartisipasi," kata Ayodhia, Kamis (2/5), usai apel peringatan hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Alun-alun I H Doko, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT. 

Menurutnya, semua stakeholder harus mendorong anak-anak bisa berpartisipasi dalam sistem belajar yang sudah ditetapkan. Sebisa mungkin menekan angka tersebut. 

Menurut Ayodhia, penerapan merdeka belajar yang sejauh ini terus berjalan. Mahasiswa dari perguruan tinggi akan diarahkan untuk melakukan tugas akhir di sekolah-sekolah untuk persiapan ujian sekolah dan nasional. "Semacam pendampingan, diharapkan bisa meningkatkan kualitas anak-anak, dan kualitas SDM kita NTT," ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) NTT, Cosmas Lana mengajak semua orang untuk memaknai peringatan Hardiknas kali ini. Paling pertama, kata dia, mengenai pendidikan nilai. “Keluarga menjadi penggerak utama peningkatan pendidikan nilai. 

Menurut dia, pendidikan nilai berkaitan dengan budi pekerti,” katanya.

Cosmas mengatakan, gerakan kembali bersekolah kini sedang digalakkan. Ia tidak ingat detail jumlah anak yang putus sekolah di NTT. Namun salah satu factor terjadi putus sekolah karena perekonomian keluarga. (cr8/cr23/dhe/fan)

 

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved