Pilkada Rote Ndao
Diisukan Maju di Pilkada Rote Ndao 2024, Matheos Viktor Messakh: Kalau Perintah Partai Saya Siap
Atok pindah ke Jakarta dan memulai karir sebagai reporter pada harian berbahasa Inggris The Jakarta Post.
Penulis: Mario Giovani Teti | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Mario Giovani Teti
POS-KUPANG.COM, BA'A - Seorang Kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Matheos Viktor Messakh disebut-sebut masuk dalam bursa pencalonan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Rote Ndao Tahun 2024.
Kendati demikian, Matheos Viktor Messakh yang akrab disapa Atok mengakui jikalau partai mengusung dirinya, tentu dia siap bertarung.
"Itu mungkin aspirasi dari bawah. Kita hargai aspirasi seperti itu. Tapi sebagai kader partai saya taat kepada partai. Setahu saya secara resmi partai belum menentukan pilihan. Tapi sebagai kader, kalau diperintah, ya saya siap," kata Atok kepada POS-KUPANG.COM, Kamis, 4 April 2024.
Baca juga: Vico Amalo Jadi Ujung Tombak di Bursa Pilkada Rote Ndao 2024
Sebagai kader partai, tentu Atok siap untuk maju, apalagi di Rote suara PDIP dirasa cukup untuk berkoalisi. Namun Atok begitu taat pada kebijakan partai.
"Saya berasal dari Ti'i. Kalau menghitung demografi Rote Ndao, Ti'i dan Dengka itu selalu menjadi pilihan karena jumlah penduduk yang relatif banyak," ungkap Atok.
"Namun saya sadar akan kondisi saya karena politik ini isi kantong juga penting, walau bisa dicari," lanjut dia.
Atok menyatakan, dirinya tidak harus siap untuk maju nomor 1 (calon bupati), kalau memang ada nomor 2 (calon wakil bupati) sudah tentu Atok siap-siap saja asalkan visi dan misi nomor 1 selaras untuk membawa Rote Ndao yang lebih baik ke depan.
"Masyarakat butuh orang yang mengerti betul tentang Rote untuk memimpin Rote. Kita tidak butuh orang yang hanya punya kekuatan politik dan lain-lain," cetus Atok.
"Dari modal sosial, saya yakin mampu dan dari sisi personal mari kita bertarung. Politik yang dewasa itu, kenali diri, tahu kapasitasnya dan berani maju. Tidak usah malu-malu atau orang bilang sembunyi kuku," lanjutnya.
Atok juga mengemukakan, maju dalam kontestasi politik perlu adanya kesadaran akan kapasitas diri. Yang disebut Atok, itulah politik yang harus dibangun di Indonesia ini.
Menurut Atok sikap sadar itu merujuk pada kapasitas pribadi, kepemimpinan dan finansial.
"Itu baru komplit. Berikutnya adalah pintu. Mau maju tetapi tidak ada pintu. Sebaliknya, kalau bilang pegang pintu, tetapi masyarakat tidak dukung sama dengan gagal," pungkas Atok
Dia mengungkapkan, kebetulan dirinya adalah kader PDIP. Namun belum tentu dan belum secara resmi partai sampaikan bahwa Atok harus maju di Pilkada Rote Ndao.
"Belum secara resmi partai bilang saya harus maju, masih banyak kader PDIP. Tetapi kalau partai benar-benar bilang saya maju, saya siap," tandas Atok.
"Dan yang paling penting itu adalah animo dan dukungan masyarakat terhadap seseorang figur. Itu yang dibutuhkan partai," tutupnya.
Untuk diketahui, Matheos Viktor Messakh alias Atok adalah putra asli Pulau Rote lahir di Ba'a pada 30 Juni 1973.
Atok merupakan anak kedua dari pasangan Benjamin Messakh dan Loudya Messakh-Lenggu. Sang ayah adalah seorang pegawai negeri sipil yang kala itu bertugas di Kantor Pembantu Bupati Wilayah Rote-Ndao dan sang ibunda adalah seorang guru SD.
Lalu Atok dan kakak sulungnya dititipkan pada kakek nenek dari garis ibu di Desa Mukekuku, Kecamatan Rote Timur. Hal ini disebabkan, tugas orang tua sebagai PNS membawa Atok berpindah-pindah mengelilingi beberapa tempat.
Atok bersama sang istri Rika dikaruniai dua orang anak yakni Tiadea Radakaran Isaiah Messakh dan Rubamuri Zemira Messakh.
Atok pernah menjadi bakal calon Walikota Kupang periode 2017-2022. Atok mendaftar pada Pilkada Kota Kupang 2017 bersama Bakal calon wakil Walikota Kupang, Viktor Manbait. Pasangan Viktor Mesakh-Viktor Manbait (Paket Viktori) daftar dari jalur perseorangan.
Pendidikan
Atok menyelesaikan pendidikannya di beberapa tempat antara lain di SD GMIT Oeulu dan SD Inpres Lalao di Kecamatan Rote Timur, SD Negeri Batuplat di Kecamatan Kupang Barat dan SD Inpres Merdeka di Kecamatan Kupang Timur.
Mengikuti orang tua yang berpindah-pindah, pendidikan SMP Atok juga diselesaikan di dua tempat, yaitu di SMP Negeri Oesao dan SMPN 2 Kupang. Pendidikan SMA dilalui di SMA Negeri 1 Kupang dan SMAN 2 Kupang.
Tamat SMA, Atok melanjutkan kuliah di Fakultas Theologi-UKAW Kupang pada tahun 1991.
Ketertarikannya terhadap politik bukanlah hal baru, hal ini ditunjukkan melalui skripsi yang ia tulis semasa kuliah di Fakultas Theologi UKAW.
Judul skripsi Atok, ‘Agama dan Sikap Politik: Suatu Analisis Tentang Sikap Politik Warga GMIT Perkotaan Menurut Pandangan Max Weber.’ Skripsi ini ditulis sesuai refleksinya saat itu sebagai mahasiswa.
Atok pernah menjadi Ketua Umum Senat Mahasiswa Universitas Kristen Artha Wacana di tahun 1998. Selain itu, Ia adalah salah satu pemimpin mahasiswa Kota Kupang dalam berbagai demonstrasi.
Saat terjadinya gelombang reformasi, Atok telah bergabung dengan LSM Pusat Informasi dan Advokasi Rakyat (PIAR) NTT di bawah pimpinan Sarah Lerry Mboeik.
Di PIAR, Atok menapaki karir dari notulis sampai dipercayai mengepalai Divisi Informasi dan Publikasi. Dalam kapasitas itulah Atok bersama beberapa orang rekannya mendirikan Tabloid Advokasi UDIK.
Setelah kurang lebih lima tahun bekerja di dunia LSM, Tahun 2003 Atok mendapatkan beasiswa untuk meneruskan studi di Inggris di bidang jurnalisme di The Nottingham Trent University (2005).
Setelah itu, Atok bergabung dengan Komisi Penerimaan, Kebenaran, dan Rekonsiliasi Timor Leste atau lebih dikenal dengan nama CAVR.
Setahun lamanya Atok bekerja dalam tim CAVR untuk menyelesaikan Laporan Akhir Komisi menyangkut pelanggaran HAM di Timor-Leste sejak tahun 1975-1999 yang kemudian diserahkan ke PBB.
Setelah CAVR, Atok pindah ke Jakarta dan memulai karir sebagai reporter pada harian berbahasa Inggris The Jakarta Post.
Setelah empat tahun bergabung dengan The Jakarta Post, Atok telah menapaki jenjang editor, namun ia memilih untuk berhenti.
Thesis BA-nya tentang ‘Perang Penfui, 9 November 1749’ diselesaikan dengan memuaskan. Menyelesaikan studi tahun pertama dengan nilai terbaik kedua, membuatnya berhak untuk studi selanjutnya ke jenjang Doktoral.
Namun Atok justru memutuskan untuk pulang. Satu sisi belajar memang menyenangkan, namun kerinduannya pada kedua anaknya membuat ia memilih untuk pulang ke Indonesia. (rio)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.