Berita Kota Kupang

Lepas Pawai Ogoh-ogoh, Fahrensy Funay Singgung Kebebasan Beragama 

Menurut Fahrensy Funay, ogoh-ogoh merupakan ritual Bhuta Yadnya. Umat mengarak patung sebagai bentuk perenungan segala hal yang terjadi. 

Penulis: Irfan Hoi | Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/IRFAN HOI
Penjabat Wali Kota Kupang Fahrensy Funay saat melepas pawai ogoh-ogoh jelang perayaan Nyepi di Kota Kupang. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi 

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Penjabat Wali Kota Kupang Fahrensy Funay melepas pawai ogoh-ogoh. Saat melepas salah satu rangkaian acara jelang Nyepi bagi umat Hindu, ia menyinggung kebebasan beragama. 

Adapun perayaan ogoh-ogoh berlangsung di jalan El Tari Kota Kupang, Minggu (10/3/2024). 

Menurut Fahrensy Funay, ogoh-ogoh merupakan ritual Bhuta Yadnya. Umat mengarak patung sebagai bentuk perenungan segala hal yang terjadi. 

Patung ogoh-ogoh mencerminkan sisi buruk manusia yang diarak bersama dan selanjutnya dibakar. Ogoh-ogoh merupakan simbol membuang sifat buruk dan menjaga keberlanjutan alam dan tidak merusak lingkungan. Ogoh-ogoh dilakukan sebelum ritual penyucian dan penyepian. 

Fahrensy Funay berharap perayaan Nyepi umat Hindu bisa memakai sekaligus menuntaskan seluruh rangkaian keagamaan dengan khidmat. Tujuannya meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa. 

Baca juga: Ogoh-ogoh Meriahkan Perayaan Jelang Nyepi di Kota Kupang


Dengan agenda perayaan Nyepi Tahun Baru Saka 1946 itu, semua pihak semakin ditingkatkan perihal pentingnya merawat persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan. 

"Keragaman suku bangsa, budaya, tradisi, agama dan kepercayaan sudah sepatutnya dihargai sebagai kekayaan Kebhinekaan bangsa yang harus dijaga bersama," katanya. 

Fahrensy Funay tidak mau perayaan keagamaan itu dianggap sekedar tradisi sarat keramaian belaka. Namun, ia meminta untuk ada pemaknaan sebagai bentuk eksistensi dan konsistensi keimanan dan ketakwaan umat Hindu terhadap Tuhan. 

Ia menyebut, tidak saja memaknai dengan sisi agama, akan tetapi penghayatan iman bisa diwujudkan lewat saling menghormati dan menghargai antar sesama umat beragama. 

"Sebagai tanda terawatnya kehidupan yang rukun, setiap tahunnya tradisi keagamaan ini juga diikuti dan didukung oleh seluruh lapisan masyarakat," ujarnya. 

Dia menggambarkan kemeriahan pawai ogoh-ogoh yang selalu melibatkan umat agama lain dan mendapat partisipasi seluruh masyarakat. Dia bilang, umat Hindu bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat Kota Kupang. 

Baca juga: Ini Rute Pawai Ogoh-Ogoh oleh Etnis Bali Rote Ndao

Begitu juga, kada dia, saat perayaan hari keagamaan lainnya. Umat agama lainnya ikut melebur. Fahrensy Funay melihat itu fenomena unik yang muncul atas kesadaran warga. 

"Untuk menjaga toleransi dan menghormati ritual ibadah semua agama, dan pemahaman bahwa hari raya semua agama adalah bagian dari tradisi bangsa yang perlu terus dirawat," jelasnya. 

Bagi dia, hal-hal semacam itu telah menjadi pandangan hidup masyarakat Kota Kupang dan sudah menjadi warisan untuk ikut menjaga dan menghargai kebebasan menjalankan ibadah sebagai pemenuhan hak setiap warga negara. 

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved