Wawancara Eksklusif
Wawancara Eksklusif Dr. Saleh Husin: Investor Butuh Insentif hingga Kemudahan Perizinan
Indonesia masih menghadapi kendala untuk menarik investor mengembangkan produk turunan CPO (minyak mentah).
POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Indonesia masih menghadapi kendala untuk menarik investor mengembangkan produk turunan CPO (minyak mentah).
Menteri Perindustrian 2014-2016 Saleh Husin menilai tidak mudah membangun kepercayaan pasar sehingga pemerintah perlu memberi daya tarik.
Menurutnya, harus ada keuntungan yang ditawarkan agar investor mau pindah dari pasar A ke pasar B.
“Itu bisa dari kemudahan perizinan lalu kaitan dengan lahan. Lalu kaitan insentif perpajakan. Disamping itu juga biaya energi dalam hal ini listrik gas kan harus bersaing dengan yang mereka terima di sana,” ucapnya dalam Wawancara Eksklusif di Kantor Tribun Network, Palmerah, Jakarta, Selasa (5/3/2024).
Saleh menegaskan jaminan harga murah produksi sangat penting agar Indonesia bisa menjadi pengendali dari harga CPO.
Sebab tanpa jaminan itu biaya produksinya bisa lebih mahal di Indonesia.
“Tetapi kalau kita lakukan itu pemerintah perlu perhitungan cermat sehingga ekonomi secara nasional itu berdampak,” ucap Managing Director Sinarmas itu.
Dia menegaskan agar jangan ada ego sektoral untuk mewujudkan hilirisasi sawit RI.
“Kita berpikir dampak secara keseluruhan lapangan pekerjaan tercipta segala macam timbul yang positif. Saya kira juga sudah dilakukan pemerintahan sekarang dan harus konsisten kalau bisa dipercepat karena dampak ekonominya besar,” imbuhnya.
Lanjutan Wawancara Eksklusif Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra dengan Saleh Husin:
Mengapa ekspor CPO kita ke luar negeri mencapai 62 persen lebih sementara ada kebutuhan dalam negeri yang harus dipenuhi? Apa faktonya?
Kebutuhan dalam negeri kita untuk minyak goreng kira-kira 5-8 juta ton. Disamping itu industri dalam negeri plus biodiesel sekitar 18-20 juta ton untuk dipakai di dalam negeri.
Kemarin sempat orang bertanya kok kita produsen terbesar sawit tapi minyak goreng bisa langka. Salah satunya mungkin kita tahu dengan pecah perang Ukraina dan Rusia membuat suplai terganggu.
Yang paling ready minyak nabati pengganti bunga matahari adalah CPO. Dan harganya yang paling murah akhirnya orang berebut jadi didalam negeri agak sedikit terganggu.
Bukannya dalam peraturan kita sebetulnya ada komoditas yang dibatasi domestic market obligation (DMO)?
Mungkin waktu itu orang tiba-tiba kaget. Akhirnya diperketat lagi DMO. Supaya tidak terjadi lagi dikemudian hari.
Dan akhirnya sekarang sudah bisa berjalan sebagaimana mestinya.
Sebagai seorang yang membuat disertasi mengenai hiliriasi industri sawit, Pak Saleh memandang apa yang sebetulnya terjadi dalam perdagangan CPO kita tempo hari?
Di dalam pelaksanaannya mungkin karena ini berburu dengan waktu sambil berjalan administrasinya.
Sementara permintaan luar negeri begitu besar dan harganya begitu menarik sepertinya ada yang lalai di dalam proses perdagangan itu.
Apakah cukup regulasi kita untuk melindungi perdagangan dalam negeri di tengah ketidakpastian perang dagang Ukraina-Rusia?
Salah satu cara kita bisa mengontrol harga dan market adalah dengan hilirisasi. Artinya kalau sudah melakukan itu tentu kebutuhan CPO di dalam negeri akan meningkat.
Kita tidak akan lagi bergantung pada pasar ekspor minyak mentah luar negeri. Karena kita sudah punya pasar yang besar di dalam negeri.
Dengan membatasi pasar sehingga harganya naik baru kita lepas. Artinya kita bisa mengontrol betul-betul baik harga maupun pasar.
Kontrol tersebut nantinya akan berdampak kepada petani kita karena kebutuhan akan tandan buah segar (TBS). Disamping itu produksi CPO kita juga akaj meningkat maka dengan demikian petani mau tidak mau dapat meningkatkan produktivitas tanamannya.
Kita berharap produksi dari tingkat petani ini bisa meningkat mungkin dari 2 hektare menjadi 10 hektare dan kemudian meningkatkan produk domestik bruto (PDB) kita.
Sebenarnya menurut Pak Saleh berapa persen idealnya ekspor CPO kita untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri kita termasuk untuk kepentingan hilirisasi?
Kalau bisa ya lebih besar untuk didalam negeri. Artinya hilirisasi kita sudah berjalan, produk yang dikembangkan sudah banyak.
Market di dalam negeri sudah besar, dan pabrik kita sudah banyak. Karena tanpa adanya pabrik yang membuat produk turunan CPO siapa yang mau tampung. Tetapi salah satu yang akan menampung dalam jumlah besar itu tadi biodiesel sampai B100.
Di Italia itu sudah 100 persen biodiesel. Waktu itu Menteri ESDM pernah mengunjungi ke sana. Dan Garuda Indonesia kan pernah melakukan penerbangan ke Solo dengan menggunakan bio avtur.
Kalau menurut hitungan Pak Saleh kalau kita mengurangi ekspor CPO barang mentah 10-15 persen berapa keuntungan yang kita bisa dapat?
Artinya di dalam riset saya kalau kita dapat menaikkan produk hilir 15 persen akan turun hulunya 5 persen. Kita bisa dapat tambahan devisa sekitar 7 miliar dolar AS.
Saat ini saja kita ekspor barang mentah CPO nilai ekspornya sudah 27 miliar dolar AS berarti sekitar Rp420 triliun. Ada sekitar 4-5 persen dari PDB kita.
Ini 100 persen nggak ada impornya. Tenaga kerja yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung itu kira-kira 17-20 juta orang.
Komoditas minyak sawit ini produk strategis sekali bagi Indonesia?
Iya betul sangat. Sawit ini yang menyelamatkan kita saat pandemi termasuk nikel, batu bara kalau tidak ya mau dari mana ketika ekonomi dunia sedang anjlok.
Yang bisa mengangkat kita rebound itu ya CPO serta ekspor komoditi-komoditi lainnya.
Sebetulnya apa yang menjadi kendala sulitnya meningkatkan investasi produk bahan jadi di Indonesia?
Itu tidak mudah mengajak orang untuk pindah pasar. Misalnya saya dagang di pasar Palmerah, lalu kalau saya disuruh pindah ke tempat lain pasti saya akan tanya keuntungannya buat saya apa.
Daya tariknya tentu satu kemudahan perizinan lalu kaitan dengan lahan. Lalu kaitan insentif perpajakan. Disamping itu juga biaya energi dalam hal ini listrik gas kan harus bersaing dengan yang mereka terima di sana.
Sebab kalau tidak biaya produksinya lebih mahal. Tetapi kalau kita lakukan itu pemerintah perlu perhitungan cermat sehingga ekonomi secara nasional itu berdampak.
Jangan berpikir ego sektoral, kita harus berpikir dampak secara keseluruhan lapangan pekerjaan tercipta segala macam timbul yang positif.
Apa yang Pak Saleh harapkan atau sarankan tehadap pemerintahan mendatang berkaitan disertasi hilirisasi industri sawit untuk memperkuat perokonomian nasional?
Saya kira juga sudah dilakukan pemerintahan sekarang dan harus konsisten kalau bisa dipercepat. Itu harus betul-betul dilaksanakan karena dampak ekonominya sangat besar.
Mau siapapun presidennya kita ini melaksanakan produk yang 100 persen dari dalam negeri. Menghasilkan devisa yang sangat besar. Ini marginnya 100 persen full.
Apakah regulasinya perlu disederhanakan?
Ya saya kira regulasi yang terlalu jelimet perlu dibuat sederhana. Kita bisa lihat negara tetangga Malaysia sebagai penghasil sawit terbesar kedua di dunia mereka membuat regulasi yang simple tidak bertingkat.
Regulasi kita perlu diperbaharui sesuai dengan kondisi saat ini sebab kita kan harus bersaing dengan negara lain. (tribun network/reynas abdila)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.