Parodi Situasi

Jangan Pilih Sembarang Pilih

Berdasarkan pengalaman lima tahun lalu, pilih yang sudah ada tampak lebih baik, karena pahami benar kurang lebihnya di mana.

Editor: Dion DB Putra
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi pemilu. 

Oleh Maria Matildis Banda

POS-KUPANG.COM - Ini tentang tetap memilih si dia atau ubah pilihan? Kalau tetap, ya tinggal dibahas mana yang perlu diperbaiki. Kalau ubah, apa yang perlu diubah ya?

Berdasarkan pengalaman lima tahun lalu, pilih yang sudah ada tampak lebih baik, karena pahami benar kurang lebihnya di mana. Jadi, kalau sekarang mau berganti pilihan, wah boleh juga!

Tetapi apakah benar-benar bisa menjadi wakil rakyat yang benar-benar bisa berjuang untuk rakyat?

***

“Sudahlah! Kita pilih sosok yang baru saja,” kata Jaki.

“Jangan pilih Rara. Katanya mau bawa perubahan. Janji ini janji itu. Buktinya nol koma kosong. Hanya membual saja kerjanya tuh. Tidak ada yang berubah? Mau ubah apanya? Tidak jelas. Hiiii ingat janjinya?”

“Janji apa?” tanya Nona Mia.

“Mau buat jalan tol lintas Flores, lintas Sumba, lintas Alor, dan lintas Timor. Mau ambil uang dari mana? Ha ha ha,” Jaki terpingkal-pingkal.

“Ingat janjinya yang lain lagi?” tanya Benza.

“Janji apa saja ya? Sebentar saya pikir dulu…” kata Nona Mia.

“Pendidikan berubah lebih baik, kesehatan berubah lebih baik, ekonomi berubah lebih baik. Memangnya selama ini yang sudah ada tidak lebih baik dari yang sudah-sudah? Wuih seperti manusia yang baru jatuh dari langit e. Jadi lupa lihat diri sendiri,” Benza tertawa.

“Oh ya, saya ingat sekarang!” kata Nona Mia.

“Lebih aneh lagi, Rara mau buat jembatan laut seperti Suramadu yang menghubungan Surabaya di Pulau Jawa dengan Madura. Wah jembatan dari Flores tembak ke Sumba, terus dari Sumba tembak ke Timor. Wuih mimpi apa mimpi. Bicara perubahan tetapi tidak jelas apa yang mau diubah. Konsep perubahan apa ya?”

***

“Lagi mimpi apa nglindur e?” Jaki tertawa. Sayangnya tangan Jaki langsung diputar ke belakang oleh Rara yang baru muncul tiba-tiba. Jaki pun berteriak kesakitan saat Rara tarik lebih keras sehingga Jaki tersungkur.

Untung Benza segera menangkapnya sehingga tidak sampai jatuh dan makan tanah.

“Kamu lagi bicara apa?” tantang Rara.

“Kalau tidak mau pilih saya, ya sudah toh. Jangan jelek-jelekkan pikiran saya yang cemerlang dan kata-kata saya yang bijak. Sebab sebagai calon pemimpin…saya pasti harus berkata dan berpikir sedemikian rupa supaya kamu, kamu, dan kamu pilih saya! Tahu!” Rara marah bukan main.

“Hei Rara,” Nona Mia menengahi pertengkaran Jaki dan Rara. “Coba rendah hati sedikit lah. Sombong bukan main-main,” kata Nona Mia dan Rara tersentak kaget.

“Apa? Saya sombong?” Rara tersekat dan wajahnya memerah karena marah.

“Memang kamu sombong,” Benza menyambung.

“Lima tahun lalu waktu calon kamu janjinya mau bangun jembatan Suramadunya NTT yang menghubungkan pulau-pulau di NTT jadi nyambung tuh Flobamora dan pulau-pulau lainnya. Kamu mimpi ya?”

***

“Namanya juga janji,” jawab Rara.

“Buktinya mana?” tanya Nona Mia dan Jaki bersamaan.

“Soal buktinya ya nanti dulu… yang penting itu adalah manisnya janji,” Rara terkekeh.

“Maaf saja ya Rara, saya tidak akan pilih kamu yang janji perubahan tanpa kejelasan konsep. Apalagi janji muluk-muluk bagai mimpi di siang bolong,” kata Nona Mia.

“Saya juga mohon maaf. Saya tidak akan pilih kamu yang tiap lima tahun janji perubahan. Kenyataannya tidak ada yang berubah. Kami masyarakat biasa tetap biasa-biasa saja hidupnya. Berjuang sendiri dengan keringat dan air mata menjalani hidup…” kata Benza.

***

“Saya pastikan! Tidak akan pilih kamu, Rara. Maaf saja,” kata Jaki. Rara tidak dapat menjawab apa-apa selain ternganga. Oh!

“Jangan pilih sembarang pilih,” kata Benza dan Nona Mia bersamaan. (*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved