Renungan Harian Kristen
Renungan Harian Kristen Kamis 25 Januari 2024, Kutuk
Baik kata-kata berkat maupun kutuk, bergantung kepada kehendak Allah. Ketika manusia menghendaki kutuk, Allah berkuasa mengubahnya menjadi berkat.
POS-KUPANG.COM -Renungan Harian Kristen Kamis 25 Januari 2024, Kutuk, merujuk pada Kitab Kejadian 9:18-29 .
Artikel ini dikutip dari buku Renungan Harian Suluh Injil, Ratapan dan Pengharapan yang diterbitkan Gereja Masehi Injili di Timor ( GMIT ).
POS-KUPANG.COM telah mendapat izin dari anggota Tim Penyusun Renungan Harian Suluh Injil edisi Januari 2024.
Simak selengkapnya Renungan Harian Kristen berikut ini:
Materi Pemahaman Alkitab Bolehkah seorang ayah atau ibu mengutuk anaknya? Benarkah kata-kata kutukan orangtua terhadap anaknya pasti menjadi kenyataan?
Baca juga: Renungan Harian Kristen Selasa 23 Januari 2024, JanjI Yang Manis
Setiap orang bisa saja mengeluarkan kata-kata kutukan kepada orang lain, akan tetapi kutukan hanya akan efektif terjadi apabila ada keterlibatan kekuatan ilahi di dalamnya.
Ada banyak alasan mengapa seseorang mengucapkan katakata kutukan. Ada yang merupakan reaksi terhadap perilaku yang salah, agar orang tersebut berhenti melakukan kejahatan.
Orang yang dikutuk biasanya memiliki posisi lebih rendah dari yang mengutuk.
Kutukan sebenarnya tidak berhubungan dengan dendam pribadi tetapi sengaja diterapkan untuk mempertahankan kehidupan bersama yang tertib.
Tetapi pada intinya, sebuah kutukan hanya efektif jika ada campur tangan ilahi.
Dalam konteks masyarakat Israel Kuno, kutukan merupakan bagian dari sumpah untuk melindungi masyarakat.
Baca juga: Renungan Harian Kristen Rabu 24 Januari 2024, Nuh dan Keturunannya
Jika melanggar konsensus bersama maka orang akan mengalami kemalangan, yang sebenarnya berasal dari tindakan Allah sendiri A(lih Ul 28; Yos 6:26; 1Sam 26:19).
Kutuk diberikan sebagai cara untuk menilai dan menghukum seseorang yang melawan ketetapan Allah.
Baik kata-kata berkat maupun kutuk, bergantung kepada kehendak Allah. Ketika manusia menghendaki kutuk, Allah berkuasa mengubahnya menjadi berkat.
Begitu pula sebaliknya. Ketika Nuh mengetahui perbuatan Ham, tampaklah Nuh merasa kehormatan dirinya terancam dan kepemimpinannya dalam keluarga ternodai.
Oleh apa? Sebenarnya oleh perbuatannya sendiri yang tidak mampu mengontrol hawa nafsu akan minuman yang memabukkan.
Akibat kutukan Nuh, maka Ham dan keturunannya pun berada dalam status sebagai budak bagi saudara-saudaranya sendiri, terancam mengalami penindasan, kehilangan kemerdekaan dan bergantung kepada kuasa orang lain.
Ham dianggap bersalah karena telah melihat aurat ayahnya dan tidak segera menutupi.
Ia malah menceritakannya kepada saudara yang lain. Kemabukan, penyebaran berita buruk, kutukan dan perbudakan menjadi satu rangkaian kisah dalam keluarga Nuh.
Di awal kisah ini, ada berkat Allah bagi Nuh dan anak-anaknya, termasuk Ham. Karena itu, tidak mungkin Nuh mengutuk orang yang sudah diberkati oleh Allah.
Ham sering disebut dengan Bapa Kanaan. Inilah yang menunjukkan kaitan kutukan Nuh kepada Kanaan yang bersifat profetik, bahwa kelak Kanaan akan menjadi bangsa yang memperhambakan diri kepada berhala. Hal ini dapat terjadi pada siapa pun, kutukan tidak terhindarkan akibat dosa. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.