Berita NTT
Numbu Mamboro Sajian Kolektif Publik Sumba Tengah NTT
Adriana bekerja sama dengan para peneliti, komposer, animator, illustrator, dan teknisi yang berbasis di Nusa Tenggara Timur.
POS-KUPANG.COM - Mamboro adalah wilayah distrik kebudayaan terletak di Kabupaten Sumba Tengah, Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Tercermin dalam rupa dan praktik budaya seperti Situs Kampung Adat Tua Wawarongu, tutur bahasa Mamboro, upacara sakral Tauna Usu Manua, tradisi batu megalitik, dan pola kehidupan masyarakat kawasan pesisir Pantai Maloba.
Tradisi dan budaya di Mamboro cukup kuat mengakar di Pulau Sumba, salah satunya karena sejarah Kerajaan Mamboro. Kerajaan Mamboro dikukuhkan oleh Korte Verklaring tanggal 28 September 1916.
Banyak para raja yang kemudian memimpin Mamboro. Sebelum tahun 1915 wilayah Bolubokat merupakan bagian Kerajaan Mamboro namun kemudian digabung dengan Kerajaan Umbu Ratu Nggay. Kerajaan Mamboro sendiri mendapat tambahan wilayah Tana Righu yang semula merupakan Kerajaan Loura.
Baca juga: Tekanan Rendah di Teluk Bonaparte Australia Picu Hujan Angin di NTT
Walau tokoh-tokohnya memiliki pengaruh kuat di kalangan masyarakat, sebagaimana adanya mereka sebelum dikukuhkan sebagai raja oleh Belanda, namun wacana tentang kerajaan perlahan memudar seiring berakhirnya kekuasaan Belanda, terlebih lagi setelah terbentuknya pemerintahan kabupaten, di mana sebagian besar wilayah yang tadinya disebut kerajaan beralih bentuk menjadi Kecamatan Mamboro.
Pewarisan kebudayaan nilai filosofi, kajian arstitektur vernakular, tradisi megalitik dan pola kehidupan budaya Mamboro menjadi penting untuk diwariskan ke generasi sebagai bentuk identitas diri dan pelestarian kebudayaan.
Transmisi tradisi dan budaya Mamboro merujuk pada proses bagaimana nilai-nilai, norma, pengetahuan, tradisi, dan aspek-aspek budaya lainnya disampaikan dari satu generasi ke generasi berikutnya atau dari satu kelompok sosial atau etnis ke kelompok lain.
Ini adalah cara di mana budaya Mamboro dipertahankan, berkembang, dan dilestarikan. Salah satunya juga dalam bentuk penyajian dan pengarsipan kolektif publik.
Penyajian kolektif publik mengacu pada praktek pengumpulan, penyimpanan, dan berbagi informasi, dokumen, atau pengetahuan yang dapat diakses oleh publik secara umum atau kelompok yang lebih luas.
Ini adalah konsep yang berkaitan dengan transparansi, partisipasi publik, dan kolaborasi dalam pengumpulan dan berbagi informasi. Tentu hal ini dapat berdampak baik pada pewarisan nilai dan budaya Mamboro.
Baca juga: Penjelasan Kadis Pertanian NTT Soal Hama Tanaman Pisang
Namun, sebenarnya perlu usaha, kesadaran, inisiatif masyarakat itu sendiri.
Partisipasi warga Mamboro dibutuhkan agar terciptanya ekosistem ruang interkatif, pengarsipan media, kajian literatur, penyebaran informasi budaya dan seni transmisi tradisi dan kebudayaan Mamboro ke khalayak umum untuk terus lestari.
Dengan bantuan teknologi modern, penyajian dari transmisi budaya Mamboro lebih mudah untuk diterima oleh semua generasi di zaman sekarang dengan memanfaatkan fasilitas publik bersejarah dan terbuka.
Kehadiran teknologi turut membantu pengembangan dan penyajian ide-ide kreatif termasuk nilai-nilai seni dan budaya. Hal ini dikenal dengan seni media baru.
Seni media baru adalah istilah yang merujuk pada karya seni yang dibuat menggunakan teknologi yang bentuknya cenderung hiperteks dan multimedia termasuk di antaranya adalah seni digital, grafika komputer, animasi komputer, seni virtual, seni interaktif, permainan video, dan percetakan 3 dimensi.