Uskup Anton Pain Ratu Wafat

Kardinal Timor Leste Virgilio do Carmo Sampaikan Belasungkawa atas Meninggalnya Mgr Anton Pain Ratu

Saya sangat sedih mengetahui meninggalnya Uskup Anton Pain Ratu. Saya turut berduka cita bersama komunitas Katolik di Atambua

Editor: Agustinus Sape
POS-KUPANG.COM/HO
Poster Mgr. Anton Pain Ratu dengan moto "Maranatha! Datanglah, Ya Tuhan Yesus" terpampang di Gereja Katedral Atambua di mana jenazahnya disemayamkan sebelum dimakamkan, Selasa 9 Januari 2024. 

POS-KUPANG.COM, DILI - Kardinal Virgilio Do Carmo da Silva, atas nama rakyat Timor Leste dan Gereja Katolik Timor Leste menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Uskup Anton Pain Ratu SVD, Uskup Emeritus Keuskupan Atambua, dalam usia 95 tahun. pada hari Sabtu tanggal 6 Januari 2024 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), Mgr. Gabriel Manek, SVD, Atambua, Kabupaten Belu.

“Saya sangat sedih mengetahui meninggalnya Uskup Anton Pain Ratu. Saya turut berduka cita bersama komunitas Katolik di Atambua,” kata Kardinal Silva di Dili.

Upacara pemakaman mendiang Uskup Anton Pain Ratu akan dilangsungkan pada Selasa, 9 Januari 2024 di Atambua, di mana Kardinal Silva didampingi Uskup Norberto do Amaral, dan tim dari Timor Leste akan hadir pada upacara pemakaman tersebut.

Kardinal Virgílio do Carmo da Silva dari Dili (kanan) dan presiden Komisi Pemilihan Nasional, Jose Belo saat konferensi pers pada 2 Februari 2023. Kardinal Virgilio sampaikan belasungkawa atas meninggalnya Mgr. Anton Pain Ratu, uskup emeritus Keuskupan Atambua.
Kardinal Virgílio do Carmo da Silva dari Dili (kanan) dan presiden Komisi Pemilihan Nasional, Jose Belo saat konferensi pers pada 2 Februari 2023. Kardinal Virgilio sampaikan belasungkawa atas meninggalnya Mgr. Anton Pain Ratu, uskup emeritus Keuskupan Atambua. (Foto: Keuskupan Agung Dili)

Uskup Anton Pain Ratu lahir di Lawawolo, Ile Boleng, Flores Timur, pada 2 Januari 1929 dan menjabat Uskup Atambua sejak 1984 hingga mengundurkan diri pada 2 Juni 2007.

Menjalani tahbisan uskup selama 41 tahun, Uskup Pain Ratu merupakan uskup tertua di Indonesia dan uskup emeritus tertua di antara tiga belas uskup emeritus di negaranya, demikian catatan Asia News.

Menurut Pastor Steph Tupeng Within dari Serikat Sabda Allah, Pain Ratu pernah terlibat membantu pengungsi dari Timor Leste, bekas jajahan Portugis, pada masa perjuangan kemerdekaan dari kekuasaan Indonesia pada tahun 2000-an.

Ia memobilisasi “upaya bantuan darurat bagi para pengungsi dan meminta pemerintah Indonesia untuk “memberikan kehidupan yang layak” bagi mereka, kata mantan pemimpin redaksi surat kabar Flores Pos.

Baca juga: BREAKING NEWS: Uskup Emeritus Atambua Mgr Anton Pain Ratu Meninggal Dunia

Ketika perjuangan kemerdekaan berubah menjadi kekerasan, Uskup Pain Ratu mengupayakan pengurangan kehadiran militer di wilayah perbatasan, kenang Pastor Steph.

Pada tahun 2006, Pain Ratu memainkan peran utama dalam mengakhiri kekerasan di Atambua selama protes massal terhadap eksekusi tiga petani Katolik – Fabianus Tibo, Marinus Riwu, dan Dominggus da Silva – yang dituduh melakukan kerusuhan sektarian, yang menewaskan sekitar 200 Muslim, pada tahun 2000.

Mereka kemudian dieksekusi oleh regu tembak pada 22 September 2006.

Kerusuhan terjadi di Atambua, ibu kota Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Pain Ratu ikut serta dalam unjuk rasa menentang hukuman mati, yang juga ditentang oleh Vatikan.

“Dia mengendarai sepeda motor keliling Atambua menyerukan diakhirinya kekerasan. Atambua tenang,” kata Pastor Steph.

“Siapa yang berani turun ke jalan untuk meredam kerusuhan massal? Suara siapa yang dapat didengar oleh para aktivis dan dapat diandalkan oleh pasukan keamanan yang gelisah? Hanya Uskup Anton Pain Ratu,” kata pastor itu.

Ia memihak “kaum tertindas, dengan perjuangan tanpa kekerasan,” kata Pastor Steph.

Pada tahun 2003, ketika dia berusia 75 tahun, dia mengajukan pengunduran dirinya ke Vatikan. Namun, butuh waktu empat tahun hingga permohonannya dikabulkan ketika Paus Benediktus XVI memilih Uskup Dominikus Saku sebagai penggantinya.

Mgr. Anton Pain Ratu SVD, uskup emeritus Keuskupan Atambua.
Mgr. Anton Pain Ratu SVD, uskup emeritus Keuskupan Atambua. (POS-KUPANG.COM/HO)

Pengangkatan Uskup Dominikus Saku menandai peralihan kepemimpinan dari uskup SVD ke uskup diosesan di Atambua yang menjadi keuskupan pada 3 Januari 1961.

Sejak pensiun, ia tinggal di dekat tempat suci Bitauni di Paroki St. Maria Kiupukan, Kabupaten Timor Tengah Utara.

Di sana, sebagaimana ditulisnya dalam surat, ia ingin menghabiskan sisa hidupnya “sebaik-baiknya dengan berdoa, menulis dan membantu Keuskupan Atambua dengan segenap kemampuan saya dalam bidang pelayanan.”

Robert Bala, seorang penulis Katolik, mengatakan bahwa pilihannya untuk tetap berada di keuskupan dan hidup dalam kesederhanaan adalah sebuah ekspresi "untuk merangkul tanah di mana ia bekerja."

Pastor Yudel Neno dari Keuskupan Atambua, yang tinggal bersama Pain Ratu beberapa tahun terakhir, menyebut kesederhanaannya “menginspirasi.”

“Dia merawat barang-barang lama, asalkan layak untuk digunakan kembali. Dia tidak selalu membutuhkan hal-hal baru."

Mery Nitbani, ketua Majelis Jemaat Polikarpus di Atambua dari Gereja Masehi Injidil di Timor (GMIT), mengenang upaya ekumenis uskup tersebut.

Dia mengatakan uskup mendorong program pertukaran ekumenis di mana para pendeta Protestan memimpin khotbah di gereja-gereja Katolik dan sebaliknya.

Agustinus Taolin, Bupati Belu, menyebut Pain Ratu sebagai pemimpin Gereja “yang berkharisma dan berkarakter.” Taolin menghadiri Misa bersama uskup pada akhir Desember.

Jenazah Mgr. Anton Pain Ratu_0050
Umat melayat jenazah Mgr. Anton Pain Ratu yang disemayamkan di Gereja Katedral Atambua sebelum dimakamkan tempat yang sama Selasa 9 Januari 2024.

Ny. Fransiska Paula Nino, seorang hakim asal Kefamenanu, bercerita di grup WhatsApp, bahwa beberapa hari sebelum almarhum berpulang, dia sempat menonton video sang uskup merayakan ulang tahun yang ke-95.

Dia juga bercerita bahwa pada hari raya Natal 2023, Uskup Anton Pain Ratu masih sempat merayakan Natal bersama umat Paroki Haumeni, di mana ia pertama kali bertugas setelah ditahbis menjadi imam.

"Sepertinya almarhum sudah mengetahui perjalanan akhirnya," tulis Fransiska yang merasakan duka mendalam atas berpulangnya sang Uskup. 

Dia yakin umat Katolik Paroki Haumeni sangat berduka karena merasakan begitu besar cinta sang Uskup.

Mgr. Anton Pain Ratu lahir di Lamawolo, Kabupaten Flores Timur dari keluarga petani.

Ia belajar di Seminari Menengah St. Yohanes Berchmans Todabelu Mataloko dan Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero Maumere Flores.

Ia ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1958 setelah mempelajari antropologi budaya di Institut Pastoral Asia Timur di Universitas Ateneo, Manila.

Pada tahun 1972, ia diangkat menjadi pemimpin regional dan menjabat selama tiga periode berturut-turut.

Pada tahun 1979, ia diangkat menjadi anggota dewan umum kongregasi di Roma hingga diangkat menjadi uskup.

(tatoli.tl/ucanews.com)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved