Desa Wisata di Yunnan, Tiongkok : Optimalkan Potensi dan Kerjasama Warga

Desa Wisata di Provinsi Yunnan: Optimalkan Potensi dan Kerjasama Warga

Penulis: Hermina Pello | Editor: Hermina Pello
POS-KUPANG.COM/HERMINA PELLO
JUAL HASIL PERTANIAN - Warga di Desa Xiaoyu menjual hasil kebunnya kepada pengunjung yang datang ke tempat tersebut 

KUNMING, PK –  Desa Xiaoyu, Distrik Jinning, Kota Kunming, Provinsi Yunnan, Tiongkok sebelumnya  merupakan sebuah wilayah dengan sebagian besar penduduknya  tergolong miskin. Namun saat ini, 74 Kepala Keluarga ( KK ) di wilayah tersebut  kehidupan ekonominya juah lebih maju karena  memiliki sumber pendapatan sendiri yang memadai dari berbagai usaha yang dikembangkan, terutama karena desa ini menjadi desa wisata.

Lokasi desa ini di dekat sebuah danau yang cukup besar. Mata pencaharian penduduk  Desa Xiaoyu  umumnya adalah nelayan.

Bagaimana sebuah desa yang sebelumnya mayoritas penduduknya miskin namun saat ini  sudah memiliki berbagai jenis usaha dan tempatnya menjadi tempat wisata.

Di lokasi tersebut tersedia sejumlah  rumah makan yang dibuat dari tenda- tenda, baik yang berada di tanah lapang maupun di atas danau kecil. Dengan suasana yang nyaman, makan di tempat tersebut menjadi sangat menyenangkan.

Selain itu ada rumah-rumah yang didesain  berhiaskan bambu. Jalan-didalam kampung tersebut juga sangat nyaman. Setiap rumah memiliki usaha baik itu café ataupun menjual hasil lainnya serta hasil pertanian, bunga dan lainnya

Ada juga taman yang berada di dalam lokasi tersebut yang dihias  bambu. Di dalam kampung ada sebuah perahu yang sengaja dipajang ditengah jalan desa untuk  memberikan gambaran mengenai pekerjaan dari warga kampung tersebut yang adalah nelayan.

Wartawan Pos-Kupang.com mendapatkan kesempatan mewakili Persatuan Wartawan Indonesia ( PWI ) NTT untuk melihat dari dekat beberapa tempat wisata di Provinsi Yunnan, Tiongkok bersama 7 kepala desa dari Provinsi Bali dan satu wartawan dari Nusa Tenggara Barat atas undangan dari Pemerintah Provinsi Yunnan melalui Konjen RRT di Denpasar.

Melalui penerjemah Yu Lu mengungkapkan pemerintah membantu masyarakat dengan membangun fasilitas publik sera membuat desain dan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berusaha di rumahnya masing-masing. “Jadi di bagian bawah adalah tempat usaha dan bagian atasnya adalah tempat tinggal. Saat ini pendapatan mereka sudah baik, padahal kampung ini dulunya adalah kampung dengan masyarakat yang miskin.”

Membangun dari apa yang dimiliki  masyarakat.

Karena masyarakat diwilayah tersebut umumnya adalah nelayan maka usaha yang ada juga berkaitan dengan pekerjaan masyarakatnya seperti usaha rumah makan  menyediakan makanan dari hasil olahan ikan dan lainnya. Juga tersedia  tempat untuk memancing bagi para wisatawan.

Setiap rumah warga harus memiliki lokasi untuk green space sehingga mereka bisa menanam sayur sayuran, hingga buah-buahan dan hasilnya di jual kembali  di tempat wisata itu.

Setiap bulan sekitar 10 ribu orang datang mengunjungi kampung atau desa ini maka yang menerima keuntunan langsung  adalah masyarakat setempat.

Sebenanrnya konsep membangun dari apa yang ada di desa bukan hanya dilakukan di Desa Xiaoyu  tapi juga di tempat lainnya seperti di Desa Molawa, Tengchong.

Setiap hari ribuan orang datang ke kampung yang menjadi sangat terkenal setelah Presiden Republik Rakyat Tiongkok, Xi Jinping datang ke tempat tersebut.

Desa Molawa juga menjadi salah satu desa pariwisata yang menarik dimana pengunjung bisa menikmati pemandangan alam, melihat pertanian organic dan mengunjungi lingkungan desa tersebut.

Setiap rumah warga desanya terbuka bagi pengunjung, bisa masuk dan melihat apa yang disediakan di dalam rumah tersebut. Ada rumah yang menyediakan kopi, ada juga yang menjual hasil pekerjaan tangan, dan lainnya. Namun ada satu rumah yang khusus untuk menjelaskan mengenai desa tersebut, mulai dari pemimpin desa, agenda desa, alat tenun, bentuk pakaian hingga berbagai peralatan yang ada.

Bangganya masyarakat Desa Molawa karena mendapat kunjungan dari presiden sehingga para pengunjung bisa menonton rekaman kunjungan di salah satu rumah.

Desa Molawa setiap bulan memiliki agenda tersendiri. Kunjungan paling ramai saat bulan Januari dan Februari khususnya saat panen padi yang kemudian diolah menjadi beras yang bijinya berwarna warni.

Di depan gapura masuk Desa Molawa ada sebuah batu besar dengan tulisan yang merupakan perkataan dari Presiden Tiongkok saat mengunjungi lokasi tersebut. Kata-kata Presiden Tiongkok ini  bisa diartikan “lebih bahagia dan lebih kuat jika bekerja bersama-sama”

Tempat lain yang dikunjungi adalah Desa Jiangdong Yinxing yang berada di Tengchong.  Sebuah kampung dengan dengan puluhan ribu pohon Ginkgo yang terkenal di negeri Tiongkok. Didesa tersebut terdapat  satu pohon Ginko yang usianya diperkirakan lebih dari 1000 tahun. Bulan Oktober sampai November  merupakan waktu yang tepat untuk mengunjungi tempat tersebut.

Pohon Ginkgo memiliki bentuk daun seperti kipas dan sekarang ini daunnya banyak yang menjadi warna kuning serta gugur. Nah kondisi seperti ini yang membuat orang datang untuk melihat kondisi tersebut sambil foto-foto.

Orang bisa berjalan keliling kampung sambil melihat hasil kerajinan dan berbagai yang ditawarkan penduduk tersebut, mulai dari kerajinan batu-batuan hingga makanan serta biji ginkgo yang menjadi daya Tarik karena biji ini memiliki manfaat untuk kesehatan.

Rumah-rumah masyarakat setempat menjadi tempat usaha sehingga masyarakat bisa mendapatkan keuntungan dari usaha tersebut. Ada rumah yang menjadi tempat makan, dimana bisa duduk minum teh panas sambil makan biji ginkgo yang direbus.

Konsep pariwisata yang dibangun ini adalah konsep memulai dari apa yang ada di daerah tersebut atau potensi lokal. Pemerintah membantu menyediakan fasilitas publik dan masyarakat tidak menjadi penonton tetapi juga merasakan manfaat dari lokasi pariwisata tersebut.

Tempat wisata lainnya yang dikunjungi adalah air panas Rehai Scenic dimana air muncul dipermukaan tanah dengan suhu mencapai 98 derajat. Di lokasi ini  setiap hari antara 1000 sampai 2000 orang datang berkunjung.

Untuk menuju lokasi ini, harus berjalan ke tempat yang lebih tinggi namun dengan suhu udara yang dingin dan segar, tidak membuat lelah untuk mencapai tempat tersebut.

Di Rehai Scenic, khususnya di tempat yang airnya mencapai 98 derajat, dimana pengunjung bisa menikmati masak telur atau kacang menggunakan panas bumi yang ada. Ada tersedia seperti dua dandang yang besar sehingga telur tersebut bisa dimasukkan ke dalam dandang dan dalam waktu singkat telur tersebut sudah masak. Ada juga tempat wisata untuk pemandian air panas.

Bersihnya tempat wisata di Yunnan

Dari tiga tempat wisata yang dikunjungi, penduduk setempat menggunakan tempat tinggalnya sebagai usaha namun kondisi di tiga tempat ini sangat bersih, tak ada sampah yang berserakan. “Rumput boleh tinggi tapi tidak ada kantung plastik yang bertebaran di atas rumput tersebut,” ujar Kepala Desa  Kesiman Kertalangu, I Made Suena I Made Suena.

Setiap saat ada orang –orang yang berjalan untuk mengecek apakah ada sampah yang terbuang tidak pada tempatnya untuk memungut sampah

Bahkan ada salah satu Kepala Desa  dari Bali yang sempat memeriksa tempat sampah yang ada di lokasi pariwisata. “Saya melihat orang masih menggunakan kantong plastik untuk membawa barang mereka, tapi tidak ada sampah di dalam tempat sampah ataupun sampah yang berserakan. Semuanya bersih. Bagaimana caranya mereka mengelola sampah anorganik di sana. Itu yang harus kita pelajari” ujarnya I Made Suena.

Kepala Desa lainnya yang ikut dalam kunjungan ini yaitu Kades Sukadana, I Gede Suardana, Kades Ban, I Gede Tamu Sugiantara, Kades Seraya Timur I Made Pertu, Kadesa Taro I Wayan Warka, Kades Kedisan  I Nyoman Gamayana

Tetap Jaga Warisan Budaya

TEH BAKAR  - Cara membuat minuman teh bakar di Kota Dali, Yunnan
TEH BAKAR - Cara membuat minuman teh bakar di Kota Dali, Yunnan (POS-KUPANG.COM/HERMINA PELLO)

Mengunjungi tempat wisata di Yunnan tidak terlepas dari warisan budaya yang tetap dijaga hingga saat ini. Saat mengunjungi Jalan Banqiao Qinglong, selain melihat kota tua dengan desain yang khas, juga bisa menikmati minum teh bakar yang sudah diakui Unesco. 

Rumah yang ada disepanjang jalan sekitar 700 meter itu desainnya tetap dipertahankan sehingga pengunjung bisa melihat kota tua tersebut yang merupakan warisan

Demikian juga saat mengunjungi tempat pembuatan tembikar hitam di Kota Dali. Representative  of the Black Pottery Handycraft, Dong Zhiming mengungkapkan teknik pembuatan ini dari 5000 tahun lalu dan diteruskan turun temurun. Teknik pembuatan ini juga diakui oleh Unesco.

 

 

 

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved