Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Rabu 8 November 2023 : Menjadi murid-Ku
Dalam versi Yesus yang kita dengar dalam injil hari ini, Yesus lebih ekstrim dalam praktek pelaksanaan hidup sebagai pengikutNya.
POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh Bruder Pio Hayon SVD dengan judul : Menjadi murid-Ku.
Untuk Hari Rabu Biasa XXXI Bruder Pio Hayon SVD menulis renungannya merujuk Bacaan I: Rm. 13: 8-10 dan Injil : Lukas 14: 25-33.
Berikut ini teks lengkap renungan yang ditulis , Bruder Pio Hayon SVD hari ini.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Salam damai sejahtera untuk kita semua. Menjadi murid selalu dihubungkan dengan guru. Ketika seorang murid ingin belajar maka dia membutuhkan seorang guru untuk membimbingnya dalam belajar.
Dalam proses belajar tentunya ada waktunya dan bahan yang akan dipelajari. Dalam seluruh proses itu terlihat bahwa akan ada murid yang tak mampu menjadi murid karena seleksi alam yang terjadi.
Maka pada akhirnya akan terlihat bahwa yang tetap menjadi murid akan menjadi sedikit dibandingkan dengan saat masuk awalnya ketika memulai proses belajarnya sebagai seorang murid.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 8 November 2023, "Memikul Salib"
Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 8 November 2023, Tiga Cara Mau Totalitas dalam Berkarya
Semua terjadi karena seleksi entah seleksi alam maupun seleksi-seleksi lain yang terjadi.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Hari ini kita kembali lagi merenungkan tentang kejatian seorang murid Tuhan. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma menegaskan kepada jemaatnya dan tentunya kepada kita tentang Kasih sebagai penggenapan hukum.
Paulus menasihatkan kepada jemaatnya itu untuk selalu mengasihi sesama karena dalam perbuatan kasih kepada sesama itulah terjadi penggenapan akan hukum Taurat yakni kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama.
Bagi Paulus ini adalah sebuah kebenaran iman yang harus dijalankan oleh semua pengikut Tuhan dan yang menyebut dirinya sebagai murid-murid Tuhan.
Dalam versi Yesus yang kita dengar dalam injil hari ini, Yesus lebih ekstrim dalam praktek pelaksanaan hidup sebagai pengikutNya.
Kisah itu dimulai dari begitu banyak orang yang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalananNya dan Yesus berkata kepada mereka: “Jika seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, istrinya, anak-anak, saudara-saudaranya bahkan nyawanya sediri, ia tidak dapat menjadi muridKu.”
Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 8 November 2023, Hendaklah Kamu Saling Mengasihi
Yesus menambahkan lagi: “Barangsiapa tidak memanggul salibnya dan mengikuti Aku, ia tidak dapat menjadi muridKu. Dan pada akhir ajaran itu Yesus bersabda: “setiap orang di antaramu yang tidak dapat melepaskan diri dari segala miliknya, tidak dapat menjadi muridKu.”
Kasih dalam konteks Yesus adalah cara yang radikal untuk mengikuti Yesus. Untuk mengikutiNya sang murid harus mampu: membenci orangtua, keluarga bahkan dirinya sendiri dan memanggul salibnya.
Dan kesimpulan Yesus sangat tepat yakni setiap orang di antaramu yang tidak melepaskan diri dari segala miliknya tidak dapat menjadi muridNya.
Bagi Yesus prasyarat utama untuk dapat mengikutiNya adalah mampu “melepaskan diri dari segala kepunyaannya, harta kekayaan, keluarga, kenalan atau apa saja termasuk kelekatan diri dengan hal-hal lain maka dia tidak dapat menjadi muridNya.
Yang terpenting juga adalah harus mampu kehilangan nyawanya. Yesus tidak mau murid-muridNya hanya setengah-setengah saja tetapi harus sepenuhnya dalam hal ini termasuk sepenuhnya melepaskan diri dari kelekatan daging.
Ini memang paling berat karena manusia memiliki banyak kelekatan dengan hal-hal yang ada di sekitarnya termasuk keluarganya bahkan dirinya sendiri. Karena kelekatan itu bisa menjadi sebuah tanda akan ketidakjujuran atau ketulusan dalam mengikuti Yesus.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 7 November 2023 : Pergilah ke Semua Jalan
Tidak adanya kebebasan batin karena ada keterikatan secara daging baik dalam diri kita sendiri maupun dalam hal-hal sekitar kita. Dan banyak di antara kita yang sangat sulit untuk meninggalkan kelekatan-kelekatan daging kita baik dengan keluarga atau hal-hal lainnya.
Kita cenderung untuk gampang sekali melepaskan Tuhan hanya karena kelekatan-kelekatan daging kita dan membuat kita tidak layak untuk mengikuti kita.
Lebih parah lagi, kita yang sudah menyebut diri sebagai pengikut dan murid-muridNya masih saja terikat dengan kelekatan-kelekatan diri kita masing-masing sehingga kita dalam mengikuti Yesus selalu juga membawa kepentingan diri atau kelompok baik kelompok gereja atau politik atau keluarga kita sendiri.
Maka marilah kita belajar untuk melepaskan ikatan atau kelekatan-kelekatan diri kita agar kita secara bebas mengikuti Yesus jalan, kebenaran, dan hidup.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Pesan untuk kita, pertama: kita telah menyebut diri kita sebagai pengikut Kristus karena pembaptisan maka siap melepaskan kelekatan itu sebuah kewajiban. Kedua, mulailah dalam diri kita sendiri untuk melepaskan kelekatan kita. Ketiga, belajar untuk mengurangi ego diri kita agar kita mampu mengurangi kelekatan diri kita terutama kelekatan-kelekatan daging yang sulit kita tinggalkan.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.