Kesehatan
Mengenal Penyakit Scabies dan Pengobatannya
Scabies merupakan penyakit masyarakat karena mudah menular dan sangat cepat perkembangannya, terutama di daerah yang padat penduduknya.
Oleh: dr. Susana Christina Lopez Kabosu
POS-KUPANG.COM - Penyakit Scabies bukanlah suatu penyakit yang asing untuk masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penyakit ini sangat sering dijumpai pada fasilitas kesehatan primer. Banyak masayarakat yang datang berobat dengan keluhan yang mengarah pada penyakit tersebut. Di Indonesia Scabies disebut penyakit kudis, gudik, atau buduk.
Scabies sering diabaikan masyarakat karena tidak langsung menyebabkan kematian, namun penyakit ini pada umumnya selalu mengganggu aktivitas sehari-hari dan mempengaruhi produktivitas masyarakat pada umumnya.
Scabies merupakan penyakit masyarakat karena mudah menular dan sangat cepat perkembangannya, terutama di daerah yang padat penduduknya.
Menurut World Health Organization (WHO), angka kejadian Scabies pada tahun 2019 sebanyak 130 juta orang di dunia.
Menurut International Alliance for the Control of Scabies (IACS), kejadian Scabies bervariasi mulai dari 0,3 persen hingga 46 persen.
Menurut WHO, angka kejadian Scabies di dunia sekitar 100–200 juta kasus, dengan 455 juta insiden setiap tahunnya.
Kejadian Scabies diperkirakan terjadi sebanyak 3,8 juta setiap hari. Laporan kasus kejadian Scabies paling tinggi menyerang bayi dan anak-anak yang tinggal di daerah tropis dan negara dengan sumber daya yang rendah.
Di beberapa wilayah, terutama di Pasifik, laporan prevalensi Scabies sebanyak 20–30 persen, dengan prevalensi kejadian pada anak–anak > 50 persen.
Negara dengan iklim tropis juga merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit Scabies. Pada tahun 2018 penyakit kulit pada pasien rawat jalan dan rawat inap masuk ke dalam 10 penyakit terbanyak di Puskesmas se-Provinsi NTT dengan jumlah 23.131 kasus.
Penyebab Scabies ditemukan pertama kali oleh Benomo pada tahun 1687, kemudian Mellanby melakukan percobaan induksi pada relawan selama Perang Dunia II.
Scabies berasal dari bahasa Latin: scabere, yang artinya to scratch (menggaruk). Dulu dikenal sebagai gatal tujuh tahun, yaitu penyakit kulit menular yang menyerang manusia dan binatang. Dalam klasifikasi WHO, Scabies dikelompokkan sebagai water-related disease.
Scabies adalah penyakit kulit yang ditandai dengan gatal intens dan disebabkan oleh kutu kecil Sarcoptes Scabiei yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata.
Di fasilitas kesehatan banyak pasien yang datang dengan keluhan gatal, terlebih pada saat malam hari yang mengenai beberapa anggota keluarga atau sekelompok manusia.
Tanda Cardinal pada Scabies yaitu ditemukan seperti pelinting-pelinting kecil atau bentolan seperti digigit nyamuk dan bereaksi kuat saat malam hari. Tanda gatal mulai muncul pada kulit-kulit tipis seperti sela-sela jari, pergelangan tangan, ketiak dan daerah kelamin.
Kedua ditemukan pada sekelompok manusia, yang ketiga ada terowongan pada tempat predileksi warna putih atau abu-abu bentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang kurang lebih 1 cm. Keempat menemukan tungau pada kulit yang sakit.
Gejala-gejala seperti ini masuk dalam 4 tanda cardinal, 2 saja ada keluhannya sudah dapat didiagnosis sebagai penyakit Scabies.
Scabies ditularkan secara langsung dari orang ke orang melalui kontak langsung, tetapi dapat juga secara tidak langsung.
Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain.
Scabies sangat menular, transmisi melalui kontak langsung dari kulit ke kulit, dan tidak langsung melalui berbagai benda yang terkontaminasi (seprei, sarung bantal, handuk dsb).
Selain penularan antar manusia dapat juga berasal dari hewan seperti anjing, kucing, monyet, babi, dan kuda.
Tungau Scabies dapat hidup di luar tubuh manusia selama 24-36 jam. Dalam dua sampai enam minggu sebelum serangan gatal mucul pada orang yang belum pernah terpajan dan pada orang yang sebelumnya pernah menderita Scabies, maka gejala akan muncul satu sampai dengan empat hari setelah infeksi ulang.
Penularannya pun sangat pesat dengan kontak kulit antarindividu yang terkena atau kutu yang ada di sprei, pakaian, handuk atau barang-barang individu yang dipakai bersama.
Cara memutuskan rantai penularan ini dengan pengobatan yang adekuat dan juga mencuci semua pakaian, handuk, sprei dari individu yang terkena Scabies dengan air panas dan menjemur di bawah sinar matahari, karena kutu akan mati pada suhu di atas 50 derajat Celcius.
Pengobatan untuk pasien Scabies itu sendiri terdiri dari medis dan nonmedik. Non medik salah satunya dengan menjaga higiene perorangan dan lingkungan untuk memutuskan mata rantai penularan.
Untuk medik sendiri pengobatannya secara khusus disesuaikan dengan usia serta derajat keparahan pasien itu sendiri.
Ketika masayarakat mengalami gejala yang mengarah pada penyakit ini segera dibawa ke fasilitas kesehatan sehingga pengobatannya lebih efektif dan penyembuhan lebih cepat.
Dengan memerhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, antara lain higiene, serta semua orang yang berkontak erat dengan pasien harus diobati, maka penyakit ini dapat diberantas dan prognosis baik.
Untuk tindakan umum yang dapat dilakukan adalah edukasi kepada penderita Scabies adalah mandi dengan air hangat dan keringkan badan, pengobatan dengan obat Scabies yang dioleskan pada badan, hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan saat pengunaan, ganti pakaian, handuk dan sprei yang digunakan dan direndam dengan air panas, setiap anggota keluarga yang serumah dianjurkan untuk diperiksa pada fasilitas kesehatan terdekat.
Dalam upaya preventif, perlu dilakukan edukasi pada pasien tentang penyakit Scabies, perjalanan penyakit, penularan, cara eradikasi tungau Scabies, menjaga higiene pribadi, dan tata cara pengolesan obat. Rasa gatal terkadang tetap berlangsung walaupun kulit sudah bersih.
Pengobatan dilakukan pada orang serumah dan orang di sekitar pasien yang berhubungan erat dengan tingkat penyembuhan dan pencegahan penyebaran lebih luas penyakit ini.
Masyarakat diharapkan jika mengalami gejala-gejala seperti di atas hendaknya segera berobat ke fasilitas kesehatan terdekat sehingga cepat mendapatkan penanganan dari tenaga medis dan penyembuhan lebih cepat dan adekuat demi tercapainya pemenuhan dan peningkatan mutu kesehatan masyarakat yang lebih baik. Dengan kesehatan yang baik, maka produktivitas masyarakat pun akan meningkat.*
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.