Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 29 Oktober 2023 : Kasihilah Tuhan Allahmu
Jika mereka melanggar ini maka mereka akan mendapat konsekwensi dari perbuatan mereka itu dan akan mendapat hukuman dari Allah sendiri.
POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh Bruder Pio Hayon SVD dengan judul : Kasihilah Tuhan Allahmu.
Untuk Hari Minggu Biasa XXX ini Bruder Pio Hayon SVD menulis renungannya merujuk pada Bacaan Bacaan I: Kel. 22: 21-27, Bacaan II: 1 Tes. 1: 5c-10 dan Injil : Mat. 22: 34-40.
Berikut ini teks lengkap renungan yang ditulis oleh Bruder Pio Hayon SVD hari ini.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Salam damai sejahtera untuk kita semua. Saling mengasihi adalah sebuah kebajikan yang harus dilakukan oleh seorang karena mengasihi itu sifatnya universal tanpa memandang siapa dan dari latar belakang apa.
Dalam tindakan mengasihi itu selalu ada sebuah gerakan yang berasal dari diri sendiri kepada orang lain dan menjadikan orang lain itu juga sebagai subyek yang juga harus melakukan tindakan mengasihi orang lain.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 28 Oktober 2023, Hidup Menurut Roh
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 28 Oktober 2023, Tiga Cara Kuatkan Komitmen dan Sadar Bangun Relasi
Inilah kekuatan dari tindakan mengasihi itu sehingga ketika kita melakukan tindakan mengasihi pada saat yang sama selalu punya dampak juga kepada orang lain.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Hari ini kita memasuki pekan hari minggu ke 30. Bacaan yang disajikan untuk kita adalah tentang tindakan mengasihi. Dalam kitab Keluaran dalam bacaan pertama, Tuhan berfirman bangas Israel untuk tidak menindas orang asing, para janda dan anak yatim, soal peminjaman uang dan tentang mengambil jubah.
Jika mereka melanggar ini maka mereka akan mendapat konsekwensi dari perbuatan mereka itu dan akan mendapat hukuman dari Allah sendiri.
Allah melakukan tindakan itu karena Allah sebenarnya sangat mengasihi orang-orang kecil dan tertindas yang telah mendapat perlakukan yang jahat kepada orang-orang ini karena Allah adalah Pengasih dan Penyayang.
Dan dalam bacaan kedua, St. Paulus memberi tekanan kepada jemaat di Tesalonika untuk tetap mengabdi kepada Allah dan berbalik dari berhala-berhala mereka sambil menantikan kedatangan Anak Manusia.
Mengasihi Allah bagi Paulus adalah dengan tetap mengabdi Allah dan berbalik dari berhala-berhala kita. Dan semuanya dipertegas sangat jelas kepada kita di dalam Injil Mateus tentang Hukum cinta kasih.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 28 Oktober 2023, Kita Umat Beriman Dituntun untuk Hidup Kudus
Orang-orang Farisi dan Ahli Taurat itu hendak mencobai Yesus lagi dengan bertanya: “Guru, hukum manakah yang terbesar dalam hukum Taurat?” Pertanyaan ini sangat tendensius yang ditujukan kepada Yesus oleh orang-orang Farisi dan ahli Taurat.
Mereka sebenarnya sudah tahu dan pasti Yesus juga sudah tahu tentang hal ini. Tetapi tujuan mereka itu sangat negatif yaitu dengan kesombongan sebagai ahli Taurat dan lupa menjalani tugasnya dan hanya melakukan apa yang beruntung bagi kedudukan mereka dan hidup mereka saja.
Dan Yesus menjawab mereka: “Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hati, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang utama dan pertama. Dan hukum kedua yang sama dengan itu ialah Kasihilah sesamu manusia seperti dirimu sendiri.
Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi. Yesus dengan tegas menyampaikan tentang hukum cinta kasih ini agar orang Farisi dan ahli Taurat itu menjadi mengerti dan tak mampu lagi mencobai Yesus.
Bagi Yesus kedua hukum ini menjadi hukum utama dan terutama sebagai sumber hukum lainnya. Penegasan Yesus ini mau memberi pelajaran kepada orang farisi dan ahli Taurat bahwa kebajikan yang paling tutama adalah mengasihi Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, dengan segenap akal budi.
Sebuah tanda penyerahan diri secara total kepada Allah tidak sekedar mengasihi tetapi mengasihi dengan seluruh diri kita: dengan hati, jiwa dan akal budi.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 28 Oktober 2023 : Mendaki Sebuah Bukit
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 28 Oktober 2023 : Intimitas Karena Doa
Ini tandanya sebuah penyerahan diri yang total kepada Allah yang di dalam versi Paulus adalah tidak berbuat berhala tetapi mengabdi kepada Allah. Dan mengasihi sesama manusia seperti dirimu sendiri.
Itu artinya memperlakukan orang lain seperti kita memperlakukan diri kita sendiri. Kebanyakan dari kita masih berada pada tataran mengasihi Allah dengan hal-hal praktis seperti berdoa dan kegiatan rohani lainnya tetapi kita belum sampai pada sebuah kepenuhan mencitai Allah dengan benar dengan mencintai orang lain seperti diri kita sendiri.
Kita kadang masih terpaku pada mencintai diri sendiri dengan egois dan bukan keluar dari diri kepada orang lain. Kita masih terpaku pada cinta diri yang berlebihan sampai kita tak mampu keluar dari diri sendiri dan menuju kepada orang lain.
Mencintai sesama saja kita menjadi sulit bagaimana kita bisa mampu mencintai Tuhan kita dengan seluruh diri kita? Mari kita belajar untuk terus belajar mengasihi dengan benar dan tidak egois dengan diri kita sendiri.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Pesan untuk kita, pertama: belajar mencintai Tuhan dan sesama itu butuh proses yang menguji nyali kita untuk keluar dari diri sendiri kepada orang lain. Kedua, mencintai Tuhan dengan diri kita berarti membawa diri kita benar-benar keluar dari diri kita kepada Allah. Ketiga, mencintai dengan tulus kepada sesama itu berarti meninggalkan ego diri kepada orang lain di sekitar kita.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.