Berita Sumba Timur

Wahli NTT Ajak Mahasiswa Unkriswina Sumba Bicara Krisis Iklim

irigasi belum juga rampung, hal mana sebut dia mempengaruhi usaha warga terutama petani untuk mengusahakan sawahnya.

Penulis: Mutiara Christin Melany | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO.
DISKUSI - Suasana diskusi Anak Muda Bicara Krisis Iklim yang digelar oleh Wahli NTT di Kampus Unkriswina Sumba, Rabu 25 Oktober 2023 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Christin Malehere

POS-KUPANG.COM, WAINGAPU - Menyikapi dampak perubahan iklim dan cuaca ekstrim akibat pemanasan global dan emisi gas rumah kaca, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) NTT mengajak pata mahasiswa berdiskusi terkait “Anak Muda Bicara Krisis Iklim di NTT” di Kampus Unkriswina Sumba, Rabu 25 Oktober 2023.

Diskusi tersebut melibatkan sejumlah narasumber dan diikuti lebih dari 60 mahasiswa dan mahasiswi Unkriswina Sumba.

Direktur Wahli NTT, Umbu Wulang Tanaamah Paranggi, menjelaskan alasan yang mendasari pihaknya melibatkan anak muda dalam diskusi itu.

Menurutnya, pelibatan anak muda terkait dengan tema besar yang diusung yakni keadilan antar generasi yang mana visinya adalah generasi selanjutnya.

“Kami merasa bahwa pengetahuan tentang iklim dan hal – hal lain yang terkait dengan ancaman dan tantangan bagi anak muda tidak mereka pahami dan kuasai dikuatirkan ke depannya anak muda bisa apatis. Padahal merekalah nanti yang dapat dan rasakan dampaknya,” tandas Umbu Wulang.

Baca juga: Panen Padi Saat Musim Kering, Bupati Sumba Timur Apresiasi Gapoktan di Dua Kecamatan

Umbu Wulang menambahkan, perluasan isu iklim ternyata masih cenderung ekslusif. Padahal anak muda, sebut dia dimasa kini punya segala perangkat yang memudahkan mereka untuk tahu dan kemudian menyebarluaskan informasi terkait perubahan iklim.

Baginya, Anak muda harus mengetahui dan menyebarluaskan informasi tentang perubahan iklim  dan juga mitigasi. Karena realitanya kini telah berada di depan mata.

“NTT sebagai propinsi kepulauan yang sangat berisko menghadapi perubahan iklim dan bencana. Saat ini pulau-pulau kecil di wilayah lain di Indonesia terancam tenggelam akibat naiknya permukaan air laut yang menyebabkan sebagian wilayah daratan semakin sempit. Ingat pada 5 April 2021 lalu, siklon tropis atau badai seroja telah mengakibatkan cuaca ekstrem berdampak bencana Hidrometoerologi yang mengguncang NTT.Akibat cuaca ekstrem tersebut, banjir bandang serta tanah longsor menerjang 21 kabupaten dan kota di wilayah NTT,” paparnya.

Sejumlah narasumber yang dihadirkan diantaranya Direktur Stimulant Institute, Stepanus Makambombu, GMNI dan  Elfis Umbu Katongu Retang dari Unkriswina Sumba.

Para peserta juga antusias mengikuti diskusi dan melontarkan pertanyaan dan gagasan kritis juga informasi.

Ben Lalupanda dari Selaras Sumba menginformasikan perihal kekeringan yang dulunya terkesan jauh dari warga Maulumbi dan Lambanapu seiring dengan hadirnya Bedung Kambaniru dan irigasi, kini justru harus diperhadapkan situasi yang serba sulit.

Bendung sebutnya telah selesai dikerjakan namun saluran irigasi belum juga rampung, hal mana sebut dia mempengaruhi usaha warga terutama petani untuk mengusahakan sawahnya.

Upaya untuk mengggali dan mengoptimlkan sumur yang ada juga sebutnya telah dilakukan namun justru sumber air itu berangsur kering.

Roy Umbu Mahambilir,  dari unsur GMNI mengkritisi belum optimalnya penggunaan dan pengelolaan sampah oleh instansi terkait juga masyarakat.

Masyarakat sebut dia semestinya diberikan edukasi optimal tentang pengolahan sampah sehingga nantinya tidak malah menjejali Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan kemudian dibawa ke Tempat Penampungan Akhir (TPS) di Desa Laindeha. (zee)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved