Hari Besar Nasional

Mengenal Hari Puputan Badung Bali yang Diperingati Setiap 20 September

Peristiwa heroik perlawanan rakyat Badung Bali terhadap armada pasukan Belanda yang dikenal dengan nama Perang Puputan. 

Penulis: Ryan Nong | Editor: Ryan Nong
POS-KUAPNG.COM/HO-Diskominfos Bali
Hari Puputan Badung Bali 

POS-KUPANG.COM - Pemerintah menetapkan tanggal 20 September sebagai Hari Puputan Badung Bali

Adapun Hari Puputan Badung tersebut ditetapkan sebagai peringatan terhadap peristiwa heroik perlawanan rakyat Badung Bali terhadap armada pasukan Belanda yang dikenal dengan nama Perang Puputan. 

Dikutip dari Kompas.com, Perang Puputan itu berlangsung pada tahun 1906.  

Istilah Puputan berasal dari kata “puput” yang berarti selesai, habis atau mati. Dalam kacamata budaya, puputan adalah tradisi masyarakat Bali dalam berperang yang dilakukan dengan pantang menyerah dan secara habis-habisan.

Baca juga: Daftar Hari Libur, Hari Besar Nasional dan Internasional Bulan September 2023, Tribuners Wajib Tahu

Baca juga: Mengenal Hari Palang Merah Indonesia yang Diperingati Setiap 17 September

 

Latar belakang Puputan Badung

Penyebab terjadinya perang Puputan Badung hanya karena permasalahan kecil antara seorang pedagang dari China bernama Kwee Tek Tjiang dan masyarakat Badung.

Sebelum pecah pertempuran, permasalahan datang ketika Kwee Tek Tjiang, yang kapal dagangnya berbendera Belanda, terdampar di Sanur pada Mei 1904. Setelah terdampar, mereka melakukan pembongkaran dan meminta Syahbandar Sanur untuk menjaga barangnya.

Saat melakukan pengecekan, Kwee Tak Tjieng membuat laporan palsu bahwa uangnya dalam jumlah besar telah dicuri. Ia lantas menghadap Raja Badung untuk meminta ganti rugi dengan nominal lebih besar.

Merespons hal itu, Raja Badung bersumpah bahwa rakyatnya tidak ada yang mencuri sehingga enggan untuk memberi ganti rugi. Permasalahan ini menjadi rumit hingga terdengar oleh pemerintah kolonial Belanda.

Gubernur Hindia Belanda, Van Heutsz, tidak terima dengan sikap penguasa Kerajaan Badung dan siap membalasnya dengan melakukan blokade ekonomi hingga mengirim ekspedisi militer ke Bali.

Raja Badung saat itu, I Gusti Ngurah Made Agung, tetap yakin dengan kejujuran rakyatnya dan berpegang teguh pada pendiriannya.

Baca juga: Mengenal Hari Perhubungan Nasional yang Diperingati Setiap 17 September

I Gusti Ngurah Made Agung pun tidak gentar dengan ultimatum dari pemerintah kolonial Belanda yang berlaku sampai 9 Januari 1905.

Karena ultimatumnya tidak dipenuhi, pemerintah kolonial Belanda mengirim pasukan angkatan laut untuk memblokade perairan di sekitar Badung.

Jalannya perang

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved