Pilpres 2024

AHY Mengaku Sudah Tahu Nama Pendamping Anies Baswedan: Tapi Jangan Tanya ke Saya Dong

Ketua Umum Partai Demorkat, Agus Harimurti Yudhoyono atau biasa disapa AHY, mengaku sudah tahu nama cawapres yang akan mendampingi Anies Baswedan.

Editor: Frans Krowin
POS-KUPANG.COM/kolase foto
SUDAH TAHU – Agus Harimurti Yudhoyono atau biasa disapa AHY mengaku sudah tahu nama cawapres yang ada di kantongnya Anies Baswedan. Namun ia enggan menyebutkannya. Ia malah meminta agar menanyakan langsung hal tersebut kepada Anies Baswedan. 

POS-KUPANG.COM – Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono atau biasa disapa AHY, mengaku sudah tahu nama calon wakil presiden yang akan mendampingi Anies Baswedan pada Pilpres 2024 mendatang. Namun pasti tidaknya nama tersebut ia enggen menyebutkannya.

AHY mengemukakan hal tersebut, setelah dikonfirmasi awak media tentang terlalu lamanya Anies Baswedan mengumumkan nama cawapres untuk perhelatan akbar tahun 2024 mendatang.

Padahal, beberapa waktu lalu, Anies Baswedan sempat mengungkapkan bahwa dirinya akan mengumumkan nama cawapres, setelah tiba di Tanah Air dari Mekkah selepas ibadah haji.

Akan tetapi hingga saat ini, mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut tak jua mengumumkan nama pendamping seperti yang telah dijanjikannya beberapa waktu lalu.Yang terjadi justeru Anies Baswedan terus menunda pengumuman nama cawapres.

Hingga kini belum diketahui alasan mengulur-ulurkan waktu itu. Namun kuat dugaan, langkah itu sebagai cara untuk mendeteksi kekuatan rivalnya dalam menghadapi pilpres mendatang.

Wacana yang sempat berkembang menyebutkan bahwa ada tiga figur yang berpeluang menjadi pendamping Anies Baswedan. Tiga figur tersebut, satu di antaranya adalah putri mendiang Presiden Gus Dur, Yenny Wahid.

Sementara dua figur lainnya, masing-masing Agus Harimurti Yudhoyono atau biasa disapa AHY yang kini mengemban tugas sebagai Ketua Umum Partai Demokrat dan berikutnya, Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur.

Meski tiga nama sudah digadang-gadang jadi cawapres, namun hingga kini tak ada tanda-tanda kalau Anies Baswedan memilih satu diantaranya. Makanya, public bingung menghadapi dinamika politik yang terjadi belakangan ini.

Kepada awak media, AHY mengaku bahwa dirinya sudah tahu nama tersebut. Akan tetapi ia mengelak menyebutkannya. Ia malah meminta untuk ditanyakan langsung kepada Anies Baswedan.

"Sudah tahu, (siapa sosoknya) tapi sebaiknya Tanya langsung ke Pak Anies," kata AHY di Kantor DPP PKS, Jakarta, Minggu 27 Agustus 2023 malam.

AHY menyebutkan, bahwa pengumuman atau deklarasi nama cawapres di Koalisi Perubahan untuk Persatuan hendaknya dilakukan lebih cepat. Maksudnya segera diambil langkah-langkah konrit untuk menyiapkan langkah taktis untuk memenangkan pertarungan tersebut.

Dengan lebih cepat diumumkan, kata AHY, maka seluruh internal Koalisi Perubahan dan Persatuan bisa segera melakukan konsolidasi pemenangan. "Ya tentu lebih cepat lebih bagus, bisa hari ini, bisa besok, bisa lusa. Mudah-mudahan waktu terbaik menentukan kans terbaik," ujarnya.

Di tengah kegusaran anggota KPP menanti diumumkannya nama cawapres, Anies Baswedan justeru mengambil langkah berikutnya dengan menemui Surya Paloh, Susilo Bambang Yudhoyono dan Ketua Majelis Syuro PKS, Salin Aegaf Al-jufri.

Baca juga: Usai Bertemu Surya Paloh, Anies Baswedan Datangi SBY: Kami Tak Bahas Lagi Kondisi Internal KPP

dengan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufri.

Anies mengemukakan bahwa pertemuannya dengan ketiga tokoh parpol tersebut dalam rangka

menguatkan soliditas di antara internal partai koalisi. Anies lantas membeberkan hasil pertemuannya dengan ketiga tokoh partai politik tersebut.

"Jadi kalau pembicaraan pembicaraan itu, suasananya adalah suasana yang guyub," kata Anies saat jumpa pers sebelum gelaran Wayang Kulit Parikesit Jumeneng Ratu di Kantor DPP PKS, Jakarta Selatan, Minggu 27 Agustus 2023.

Dalam pertemuan itu, lanjut Anies, dibahas beberapa hal lagi terutama menyangkut langkah-langkah politik ke depan bagi ketiga parpol itu, termasuk strategi yang diyakini bisa membawa KPP untuk memenangkan percaturan pilpres tersebut.

Soroti Pelaung Ganjar-Anies

Secara terpisah, Peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro menyoroti wacana yang menduetkan Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan pada Pilpres 2024. Meski duet itu baru sebatas wacana, namun hal itu menjadi bahan pergunjingan public.

Bawono Kumoro menyebutkan, bahwa Ganjar Pranowo sebagai bagian dari partai politik berkuasa saat ini, merupakan satu-satunya figur yang paling berpeluang melanjutkan program pemerintahan yang telah dilakukan Presiden Jokowi.

Sedangkan Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden diusung partai yang mayoritas di luar pemerintahan memiliki positioning politik dengan jargon politik perubahan.

"Gagasan untuk menduetkan Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan ini memang menarik. Karena selama ini kedua figur tersebut dipersepsikan sebagai rival yang saling berseberangan," kata Bawono Kumoro.

Jika kedua tokoh itu diduetkan sebagai pasangan calon di Pilpres 2024, maka penyatuan dua kekuatan itu akan mencairkan semua kebekuan komunikasi politik, yang terjadi selama ini.

Dia juga menilai bahwa pengalaman Ganjar dan Anies sebagai Gubernur menjadi nilai tambah yang kuat karena keduanya telah menguasai birokrasi serta saling melengkapi dari sisi basis pemilih.

"Ganjar dan Anies juga memiliki pengalaman dalam memimpin daerah di Jawa Tengah dan DKI Jakarta sehingga apabila berduet bisa saling melengkapi satu sama lain," terangnya.

Sementara, Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno pun menilai duet Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan sangat bagus dan berpeluang terjadi di Pilpres 2024.

Apalagi, Adi menilai bahwa Ganjar-Anies merupakan tokoh yang saling melengkapi dari segi basis pemilih.

Hal itu disampaikan Adi Prayitno saat dimintai tanggapannya soal wacana duet Ganjar-Anies yang dilontarkan oleh Ketua DPP PDIP Said Abdullah.

"Plus duet Ganjar-Anies ini barang bagus. Keduanya saling melengkapi dari segi basis atau ideologi pemilih. Ganjar misalnya sangat kuat di Jatim, Jateng, dan wilayah lain seperti Bali. Anies kuat di Jabar, Jakarta, Banten, dan lainnya. Jumlah provinsi basis Ganjar dan Anies ini pemilihnya mayoritas," kata Adi saat dihubungi beberapa waktu lalu.

Sementara, Adi juga menilai bahwa duet Ganjar-Anies juga saling melengkapi dari sisi ideologis yaitu nasionalis-relijius.

Di mana, pemilih Ganjar berasal dari kalangan nasionalis, sedangkan Anies dari kalangan muslim, terutama muslim kota.

Dia juga menyebut, meski ada kekurangan di mana antagonisme pemilih keduanya sangat kuat dan mendarah daging, bagaikan minyak dan air yang sulit disatukan.

"Tapi dalam politik, jika jagoannya sudah bersatu kecenderungan pemilihnya ikut berdamai," ucap Adi.

Adi juga menilai, duet Ganjar-Anies sangat potensial apalagi ada tambahan dari NasDem yang menjadi promotor utama Anies maju pilpres.

"Kemungkinan besar PKS juga merapat karena pemilih PKS mayoritas penggemar Anies," tandasnya.

Baca juga: SBY Ingatkan Anies Baswedan Soal Konstelasi Politik: Waspada Supaya Menangkan Pilpres 2024

Melengkapi pandangan Bawono dan Adi, pengamat politik Iqbal Themi dari SCL Taktika Konsultan turut menilai wacana duet Ganjar-Anies menjadi solusi efektif konsolidasi nasional dan mengakhiri keterbelahan politik di akar rumput untuk membicarakan kepentingan politik kebangsaan yang lebih besar.

"Dari perspektif persatuan nasional, duet ini bisa mengakhiri keterbelahan politik yang saling berdiametral antara kelompok nasionalis dan relijius sejak Pilkada 2017, Pilpres 2019, hingga saat ini riak-riaknya masih terasa di akar rumput," kata Iqbal beberapa waktu lalu. (*)

Ikuti Pos-Kupang.Com di GOOGLE NEWS

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved