Pilpres 2024

Di Depan Wali Kota Se-Indonesia, Anies Baswedan Bilang Begini: Saya Tak Ingin Buang Garam ke Laut

Kandidat presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Baswedan menyatakan tak ingin banyak bicara tentang pembangunan kota,

|
Penulis: Frans Krowin | Editor: Frans Krowin
POS-KUPANG.COM/kolase foto
PAPARKAN MATERI – Anies Baswedan mengkritisi ketimpangan pembangunan di Indonesia terutama pada malam hari. Ia menyoroti kondisi gelap yang terlihat di luar Pulau Jawa, baik Sumatera, Kalimantan maupun Nusa Tenggara. Kondisi Indonesia di malam hari tersebut, jauh tertinggal dari India, juga Korea. 

POS-KUPANG.COM – Kandidat Presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Baswedan menyatakan tak ingin banyak bicara tentang pembangunan kota, di hadapan para wali kota se-Indonesia. Sebab para wali kota sejatinya sangat memahami hal tersebut.

“Para wali kota itu bukan saja menguasai teori tetapi lebih pada hal-hal praktis, sehinga dirinya tak ingin membuang garam di laut,” ujar Anies Baswedan.

Ia mengatakan hal itu ketika didaulat untuk memaparkan gagasannya di hadapan para wali kota se-Indonesia pada kegiatan Rakernas Apeksi 2023 di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis 13 Juli 2023.

Dikatakannya dalam membangun kota, sesungguhnya ada tiga level yang harus dilakukan dalam memanage pengelolaan kebijaan publik. Tiga level itu didapatkannya ketika mengemban tugas sebagai Gubernur DKI Jakarta (periode 2018-2022).

Pertama, gagasan yang diturunkan dalam bentuk narasi (kedua)  sehingga bisa dipahami secara sama oleh semua. Dengan begitu, visi itu bisa diketahui secara sama dan simetris. Sementara level ketiga adalah eksekusi.

Artinya, kata Anies Baswedan, tak ada karya tanpa gagasan, tak ada karya tanpa narasi. Dengan gagasan yang dinarasikan secara baik, maka akan semakin baik pula karya yang akan dilakukan.

Jadi gagasan, narasi dan karya, merupakan hal lain dari yang namanya ide, perencanaan hingga pada tataran pelaksanaan. Narasi menjadi hal penting dalam membangun pemahaman publik tentang gagasan dan karya yang dilakukan pemerintah.

Anies lantas membeberkan ketimpangan Indonesia di malam hari. Kepincangan itu terlihat dari terangnya suasana malam di seluruh kota di Indonesia.

Dia menebutkan, bahwa dari aspek Indonesia terang, itu hanya terpusat di wilayah Jawa dan Sumatera. Bahkan selepas Pulau Jawa ke Sumatera, terang malam demikian tak seimbang.

Begitu juga dengan terang malam di kota-kota lain di Kalimantan hingga di Nusa Tenggara. Setelah Jawa terlihat sangat terang, berikutnya adalah Malaysia.

Ini tentu beda dengan India, negara yang berpenduduk lebih dari 1 miliar orang. Juga beda dengan di Korea. Di Korea, penerangan malamnya demikian luar biasa.

Sedangkan di Indonesia, terangnya hanya terpusat di Jawa. Sedangkan di luar Jawa umumnya gelap. Di situlah ketimpangan yang sampai saat ini masih terjadi di Tanah Air.

Ini berarti distribusi energi listrik masih lemah. Jika energi listriknya lemah, maka penerangannya juga lemah, ekonominya juga sama. Itu berarti dibutuhkan kerja keras dari PLN.

Anies Baswedan juga menyinggung tentang Indonesia sebagai negara agraris dan maritime, tetapi lebih banyak penduduk malah memilih pindah, bekerja dan menetap di kota.

Urbanisasi demikian kuat di Indonesia. Bahwa urbanisasi tak bisa dihalang, tak bisa dilarang, tetapi dampaknya, adalah semakin banyak jumlah penduduk di wilayah perkotaan.

Urbanisasi memag tak bisa dihindari tapi dampaknya justeru muncul masalah baru di kota. Bahwa urbanisasi boleh tetapi jangan menjadi kotanisasi.

“Orang boleh pindah ke Jakarta, tetapi jangan menjadi jakartanisasi. Karena dampaknya sangat besar,” ujar Anies Baswedan dalam paparannya.

Ia bahkan menyebutkan bahwa ketika masih sebagai gubernur dan melakukan kunjungan ke daerah-daerah pelosok, dirinya menyaksikan langsung betapa kemiskinan ekstrim itu adanya di kota.

“Itu ada di Jakarta. Saya melihat sendiri betapa kemiskinan esktrim ada di kota, ada di Jakarta. Ketimpangan itu ada dan nyata,” ujarnya.

Di wilayah perkotaan di Indonesia, lanjut Anies, hanya 8 kota yang kualitas udaranya baik. Selebihnya tingkat polusinya terus bergerak hingga ke kondisi sangat buruk.

Di Indonesia pun pertumbuhan kota belum produktif. Tak sedikit masyarakat kota justeru berdomisili di pemukiman yang tidak layak. Sementara kesenjangan sosial sangat tinggi.

Oleh karena itu, kata Anies Baswedan, kota-kota harus diberesi lebih awal. Pertumbuhan semua aspek pun tidak berkeadilan. Tata ruang berkembang tanpa bisa dikendalikan.

Untuk itu, kata Anies Baswedan, pihaknya berkeinginan agar ke depan, kota-kota di Indonesia mengalami pertumbuhan dan perkembangan menjadi kota yang mandiri.

Pada kesempatan tersebut, Anies membeberkan banyak hal tentang mimpi-mimpinya mengenai Indonesia yang mandiri dan maju pada tahun-tahun yang akan datang.

Untuk diketahui, Anies Baswedan merupakan kandidat presiden yang akan diusung oleh Koalisi Perubahan untuk Persatuan. Koalisi ini merupakan sinergi dari tiga partai politik, yakni NasDem, Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera atau PKS.

Meski saat ini elektabilitas Anies Baswedan masih jauh dari Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, namun perlahan-lahan kondisi itu berubah menjadi lebih baik.

Baca juga: Tak Mungkin Demokrat Alihkan Dukungan, Walau AHY Ditolak Jadi Pendamping Anies Baswedan

Hingga saat ini Anies juga belum menentukan sosok yang akan mendampinginya sebagai calon wakil presiden. Tapi nama itu kini sudah ada di kantong mantan Gubenur DKI Jakarta tersebut.

Nama itu akan diumumkan namun semuanya kembali pada Anies Baswedan. Jika sudah final, maka akan dicarikan waktu yang tepat untuk mengumumkan figure cawapres tersebut. (*)

Ikuti Pos-Kupang.Com di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved