Napak Tilas Dari PLBN Motaian ke PLBN Wini, Inga Pisang Dili Teman Minum Kopi 27 Taon Silam

Laporan Wartawan Pos-Kupang.Com

POS-KUPANG.COM - Sahabat yang berbahagia, beta lanjutkan kisah part II, Rabu 27 Juli 2023, sebuah perjalanan napak tilas beta sebagai wartawan Pos-Kupang yang sebentar lagi akan menginjak usia 30 taon berkarya di bidang jurnalistik.

Selama menjadi wartawan atau kuli tinta ato pewarta, ada begitu banyak suka dan duka yang sudah beta lalui bersama keluarga.

Suka duka baik dalam hal teknis di lapangan, juga dalam hal tekanan pekerjaan hingga masalah finansial.

Namun Puji Tuhan semua bisa beta lalui dan lewati dengan baik dan penuh suka cita.

Dan saat melalui titisan waktu, detik demi detik hingga saat ini, ada begitu banyak jamahan serta pertolongan Tuhan Yesus lewat orang orang yang ada di sekitar beta.

Jika dipikir dengan akan sehat,akan sangat mustahil beta bisa hidup dengan empat (4) orang anak dengan gaji yang hanya sekian.

Bahkan seorang direktur perusahan mutiara di Lalendo Bolok dan istrinya, dalam perbincangan dengan istri beta saat mengantar  anak beta si Sulung (Oliver KevinNdoen, ST) yang saat itu duduk bangku SMP Katolik Frater Kupang. Orang ini sangat terheran heran, karena bisa suvival dengan kondisi finansial yang hanya demikian.

Tapi beta katakan beta pung Tuhan Yesus Baek, gaji boleh satu tapi Tuhan tetap pelihara dan berkat ada dimana mana.

Dan saat ini beta pung anak sulung juga sudah berumah tangga dan bekerja dengan baik di PT PLN Wilayah Sultra di Kendari.

Kembali ke napak tilas yang akan beta ceritakan di seri II tisan ini, kitong saat bangun pagi sudah menyiapkan persiapan menuju ke PLBN Motaian dan akan lanjutkan perjalanan ke PLBN Wini.

Perjalanan ini yang sangat melelahkan karena rute panjang ini hanya ditempuh dalam sebuah perjalanan. Ini untuk menghemat anggaran dan waktu.

Saat keluar dari Hotel Setia Atambua pagi hari gunakan mobil Avanza, kitong langsung bergerak menuju ke PLBN Motaian, batas Negara Republic Democratic Timor Leste dan NKRI.

Namun sebelumnya kitong sempat singgah di spot kebanggaan warga Kabupaten Belu, yakni Bendungan/Waduk Rotiklot di wilayah sebelum memasuki Kota Atapupu -Belu.

Usia foto-foto di PLBN Motaian, siang itu kitong lanjutkan  perjalanan ke PLBN  melintasi ruas jalan dari Atapupu menuju wilayah Kabupaten TTU.

 Dalam perjalanan dari PLBN Motain ke PLBN Wini sekitar  2 jam lebih melintasi ruas jalan nasional lintas utara Pulau Timor.

Dalam perjalanan, kitong menemukan sejumlah titik ruas Jalan Nasional sedang diperbaiki/dihotmix oleh Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Wilayah X NTT, UPT di bawah Kementerian PUPR.

Perjalanan ini melewati Pantai Tanjung Bastian, Kabupaten Timor Tengah Utara - Provinsi NTT hingga memasuki wilayah Kota Wini  lalu masuk ke PLBN Wini.

Di PLBN Wini, kitong melepas lelah, lalu mulai melakukan mania foto sepuasnya di sejumlah spot dalam are PLBN Wini.

Usai puas foto foto, kitong melanjutkan perjalanan pulang dengan spot akhir ke Gereja Katolik Sasi di Kota Kefamenanu.

Namun saat keluar dari Kota Wini, beta melhat sebuah pisang yang dulu saat beta bertugas di wilayah Atambua, Kabupaten Belu - NTT sangat akrab dengan beta pung lidah.

Namanya, Pisang Dili. Pisang ini hanya ada dan dijual di Pasar Baru, Kota Atambua.

Pisang Dili ini sangat manis dan lebih gurih dari pisang kapuk atau pisang goreng Timor.

Saat bertugas di wilayah Kabupaten Belu 27 taon silam, dan saat ke Pasar Baru beta suka beli

Lalu maitua suka goreng  bikin kasih beta dan beta pung anak kue pisang untuk minum dengan teh panas sebelum keluar berburu berita.

Dan Pisang Dili ini sonde ada dijual di Kupang.Cuma ada di wilayah Wini - Kabupaten TTU dan di wilayah Atambua Kabupaten Belu, serta di wilaya Provinsi Timor Timur, saat masih gabung dengan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Beta beli ame 8 sisir untuk oleh oleh ke Kupang untuk dibagikan kepada keluarga.

Satu sisir pisang Dili dijual pedadang di sisi ruas jalan di Kota Wini - TTU Rp 15 ribu.

Perjalanan pulang dari PLBN Wini menuju ke Kota Kefamenanu menempuh waktu sekitar 2 jam lebih dalam perjalanan dengan kecepatan normal.

Tiba di Kota Kefamemanu, TTU, kitong mampir di rumah teman anak beta Bradon Joshua Ndoen untuk minum kopi dan kue setelah di sms mama Grace dan Umbu Diky agar usai dari PLBN Motaian mampir di Kota Kefamemanu di kediamannya untuk menum kopi.

Ternyata spot foto terakhor Gereja  Katolik Sasi berada di sebelan jalan di depan rumahnya.

Umbu Dikuy adalah  anggota Kodim TTU yang bertugas di salah satu koramil di wilayah TTU.

Umbu Diky anaknya satu angkatan dengan anak Brandon Joshua Ndoen, yakni siswa kelas 10 angkatan 33 SMA Taruna Nusantara Magelang.

Malah kitong sempat diajakan jamuan makan sore sebelum bergerak pulang kembai ke Kupang.

Saat kembali ke Kupang, kitong sempat singgah di Bakso Persela-Lamongan, di depan Pengadilan Negeri (PN) Soe untuk makan bakso dan mie ayam untuk menutupi udara dingin yang cukup menyengat di wilayah Kota SoE, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) Provinsi NTT.

Usai menghangatkan dengan semangkuk bakso panas, bakso petir dan bakso planet serta bakso beranak, lalu litong kembali ke Kota Kupang menempuh perjalanan sekitar 3 jam.

Tiba di Kupang sekitar jam 12 Malam dengan kondisi tubuh yang cukup  lelah.  Ikuti tulisan seri III atau part 3 yang tak kalah serunya. (ferry ndoen).

Baca juga: Napak Tilas ke PLBN Motaian -Timor Leste,Kenangan 27 Taon Silam Saat Bertugas 2 Taon di Tapal Batas

Ikuti Pos-Kupang.Com di GOOGLE NEWS