Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Kamis 6 Juli 2023, Tuhan Butuh Kesetiaan
Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh Bruder Pio Hayon SVD dengan judul Tuhan Butuh Kesetiaan.
Tetapi dalam teks kitab suci kita tidak menemukan Abraham berdiskusi atau berdebat dengan Tuhan tentang masalah ini.
Menjadi sangat teriris hati lagi ketika anaknya Ishak menanyakan tentang korban yang menjadi persembahan kepada Allah, “Bapa, di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk kurban bakaran itu?”
Pertanyaan Ishak anaknya kepada Abraham anaknya ini pasti sangat menusuk dan sakit hati karena Ishak yang polos itu tidak tahu menahu dan bapaknya hanya dengan tenang berkata, “Allah yang akan menyediakan anak domba untuk kurban bakaran bagianya anakku.”
Tidak hanya sampai di situ. Abraham tetap setia terhadap perintah Allah untuk mengorbankan anaknya Ishak, dia bahkan sudah mengikat anaknya seperti domba dan mau menyembelih di atas mesbah itu.
Sikap Abraham yang sangat setia kepada Allah itu tercermin dalam ketenangannya melaksanakan semua yang diperintahkan Tuhan kepadanya termasuk harus mengorbankan anaknya sendiri sebagai bahan persembahan menggantikan anak domba untuk kurban bakaran kepada Allah.
Kesetiaan Abraham inilah yang membuat dia layak mendapat kasih karunia di hadapan Allah.
Dalam perspektif ini, kita pun bisa mendapatkan kasih karunia dari Allah ketika kita setia dalam perkara-perkara kecil dalam menjalankan kebajikan-kebajikan dan kebaikan-kebaikan dengan setia. Jika demikian maka kita pasti tidak jauh dari berkat yang Tuhan sudah siapkan bagi kita.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 6 Juli 2023, Dosa Adalah Sampah Batin yang Harus Dibersihkan
Dan bukan seperti ahli Taurat yang selalu berprasangka negatif kepada Yesus dalam injil hari ini, “maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat di dalam hatinya “Ia menghujat Allah”.
Padahal Yesus sudah menyembuhkan seorang yang lumpuh dan orang itu sembuh dan bisa berjalan tetapi mereka masih tetap menaruh prasangka buruk kepada Yesus.
Yesus sebenarnya sudah menunjukkan kepada mereka tentang melakukan kebajikan kepada orang lain.
Dan ahli Taurat ini tidak melakukan kebaikan orang lain tetapi hanya tahu melihat apa yang dilakukan orang lain yaitu Yesus dan mengoreksi bahkan menaruh prasangka buruk kepada Yesus yang dianggap sudah menghujat Allah.
Untuk melakukan satu kebaikan atau kebajikan dalam hidup, harus terlahir dari hati yang baik dan tulus. Jika hati kita tidak tulus maka kita pun tak akan mampu melakukan kebajikan dalam hidup.
Maka hari ini, kita belajar seperti Yesus yang selalu tahu melakukan kebaikan dan kebajikan bagi orang lain dan bukan seperti ahli Taurat yang selalu menaruh prasangka buruk kepada orang lain.
Kita ditegur hari ini karena kadang atau bahkan sering kita lebih fokus melihat orang lain berkarya dan berbuat baik dan kita bagian mengeritik dan menilai dengan prasangka buruk padahal belum tentu kita mampu melakukannya.
Kecenderungan manusiawi kita adalah dengan selalu merasa benar dan lebih gampang menilai orang lain dari pada melakukan kebaikan bagi orang lain.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.