Wabah Antraks

Kemenkes Imbau Waspada Wabah Antraks, Hewan Ternak Disuntik Antibiotik

Kementerian Kesehatan langsung menerbitkan Surat EdaranKewaspadaan untuk semua fasilitas kesehatan di Yogyakarta menyusul Wabah Antraks.

Editor: Alfons Nedabang
pertanian.go.id
Ilustrasi virus antraks. 

POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Puluhan warga di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terjangkit penyakit antraks. Kementerian Kesehatan langsung menerbitkan Surat Edaran (SE) Kewaspadaan untuk semua fasilitas kesehatan di Yogyakarta.

"Kita sekarang sudah mengimbau, mengeluarkan Surat Edaran untuk Kewaspadaan semua faskes di Yogyakarta," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr. Imran Pambudi, MPHM saat konferensi pers virtual di Gedung Kemenkes, Jakarta, Kamis 6 Juli 2023.

Jadi bukan hanya di Gunungkidul tapi juga untuk kabupaten lain di DI Yogyakarta. Selain itu, Imran menyebutkan jika pihaknya sudah melakukan pendidikan epidemiologi terpadu oleh Satgas One Health di Kapanewong Semaru. "Isinya adalah dari dinas kesehatan, dinas peternakan dan lingkungan hidup," kata dr Imran.

Langkah selanjutnya adalah melakukan zero survei terhadap populasi berisiko. "Kemudian kita memberikan pengobatan terhadap popukasi yang berisiko. Jadi ada yang sudah terpapar dan hasil juga positif kita berikan pengobatan," ujar dr Imran.

Sedangkan dari sisi peternakan hewan, pihaknya telah memberikan pengobatan kepada hewan yang diindikasi tertular dan melakukan vaksinasi.

Baca juga: Wabah Antraks di Gunungkidul, 3 Orang Meninggal Dunia, 93 Dirawat di Rumah Sakit

"Kemudian dekontaminasi di lokasi tempat penyembelihan hewan, memberikan KIE pada masyarakat terdampak. Serta koordinasi lintas sektor dan pembatasan mobilisasi ternak khusus di daerah terjangkit," ujarnya.

Di sisi lain, Kementerian Kesehatan pun telah membuat perencanaan selanjutnya dalam menghadapi antraks.Diantaranya meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yaitu tenaga kesehatan dan relawan dalam penangangan kasus antraks.

"Karena dari pendidikan yang kita lakukan, sepertinya faskes di sana belum lebih aware bahwa dengan gejala yang ada itu, adalah antraks," jelas dr Imran.

Selain itu pihaknya berencana membuat media KIE dengan pendekatan lokal yang spesifik.

"Memberikan pengobatan profilaksis kepada populasi terpapar. Kemudian membuat surat edaran kewaspadaan kepada dinas kesehatan dan rumah sakit di wilayah Yogyakarta," tutupnya.

Jangan Panik

Terkait hal tersebut Peneliti Keamanan dan Ketahanan Kesehatan Global Dicky Budiman sebutkan perlu dijadikan sebagai kejadian luar biasa (KLB) imbau masyarakat untuk jangan panik tapi tetap waspada.

"Tidak perlu panik., tapi ini membuktikan bahwa kita sangat masih harus berhati-hati. Antraks bukan (penyakit) baru, bukan juga di Indonesia," ujar Dicky.

Baca juga: Wabah Antraks di Gunungkidul, 3 Orang Meninggal Dunia, 93 Dirawat di Rumah Sakit

Walau bukan sesuatu yang baru, pemerintah punya kewajiban untuk memitigasi penyakit antraks untuk mencegah potensi kejadian lanjutan. Dicky pun mengungkapkan jika kemunculan antraks, perlu ada penetapan kejadian luar biasa (KLB).

"Dan kasus ini, kalau antraks itu satu harus jadi KLB ya," kata Dicky.

Lebih lanjut, ia pun ungkap beberapa upaya yang bisa dilakukan masyarakat untuk melakukan pencegahan. Diantaranya penting mengenakan masalah masker.

Selain itu penting untuk memastikan sanitasi yang baik, dan lebih berhati-hati dalam mengonsumsi makanan.

"Dan biasakan ketika ada hewan mati misalnya. Pesan saya pada publik jangan disentuh diambil dengan tangan telanjang, tidak memakai masker," tegas Dicky.

Ia menganjurkan untuk menggunakan masker atau sarung tangan. Pada anak-anak, sebaiknya tidak boleh ada kontaks langsung.
"Dan termasuk untuk konsumsi daging ya, biasakan apa pun itu di masak betul sampai mendidih," pungkasnya.

Suntik Antibiotik

Direktur Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Kementerian Pertanian, Nuryani Zainudin mengatakan selepas kejadian kasus antraks di Gunung Kidul pihaknya langsung melakukan penelusuran dan investasi.

Hal ini sebagai upaya melihat sejauh mana wilayah pada daerah Gunung Kidul yang sudah terinfeksi. Pasalnya penyebaran antraks bisa melalui tanah dengan membentuk spora atau 'penyakit tanah' yang bisa bertahan puluhan tahun.

Investigasi yang dilakukan yakni pengambilan sampel lingkungan hingga wawancara para peternak di wilayah tertular dan terancam.

"Investigasi dan penelusuran kasus pada ternak, sejauh mana wilayah daerah di Gunung Kidul tersebut yang sudah terinfeksi, karena mudah menyebar di tanah, sehingga penyebaran itu harus kita telusuri kemana saja dengan pengambilan sampel lingkungan, wawancara ke peternak dan lain sebagainya," kata Nuryani.

Baca juga: Sumba Timur Zona Hijau Penyakit Mulut dan Kuku Ternak 

Selain itu, Kementan juga melakukan penyuntikan antibiotik kepada ratusan hewan rentan di daerah tertular, kemudian dilanjutkan ke daerah terancam. Total ada 78 sapi dan 286 kambing atau domba yang dilakukan penyuntikan antibiotik, guna menghindari hewan sehat dari penularan infeksi.

"Kami sudah melakukan penyuntikan di 78 sapi dan 286 kambing atau domba pada daerah rentan untuk menghindari adanya infeksi kepada ternak yang masih sehat," ujarnya.

Vaksinasi hewan ternak juga dilakukan pada daerah tertular dan daerah terancam sekelilingnya. Kemudian dekontaminasi dengan desinfeksi kuat (formalin) pada lokasi penyembelihan dan penguburan ternak. Kementan juga memberikan logistik berupa obat-obatan antibiotik, vitamin, dan desinfektan kepada dinas untuk penanganan kasus.

"Karena perlu dilakukan desinfeksi besar-besaran di wilayah tertular untuk mencegah kontaminasi spora pada tanah," katanya.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Imran Pambudi mengatakan bahwa Antraks merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Bacillus Anthracis.

Bakteri ini, kata dia, tidak hanya menyerang hewan herbivora seperti sapi dan kambing, namun juga dapat menularkan pada manusia.

"Antraks ini umumnya menyerang hewan herbivora seperti sapi, kambing, domba dan yang lain. Dan yang paling penting, penyakit ini bisa menular pada manusia," jelas Imran.

Imran kemudian menjelaskan bahwa bakteri yang menyebabkan penyakit ini akan membentuk spora jika kontak dengan udara.Spora inilah yang nantinya berfungsi sebagai pelindung bakteri tersebut.

"Nah bakteri penyebab Antraks ini bila kontak dengan udara itu akan membentuk spora, di mana spora ini fungsinya sebagai pelindung. Sehingga bakteri yang ada di dalam spora ini akan sulit untuk mati, karena dia terlindungi dengan spora ini," kata Imran.

Oleh karena itu, bakteri penyebab penyakit ini akan tetap hidup di dalam tanah, bahkan hinggap puluhan tahun lamanya. "Dan ini bisa bertahan sampai puluhan tahun di dalam tanah," pungkas Imran. (tribun network/ais/fit/wly)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved