Pilpres 2024
Bukan Erick Thohir, Tapi Muhaimin Iskandar yang Jadi Rival Terberat Ganjar Pranowo
Sejak terpilihnya Ganjar Pranowo sebagai calon presiden yang akan diusung PDIP, peta politik di Indonesia terasa makin dinamis.
POS-KUPANG.COM – Sejak terpilihnya Ganjar Pranowo sebagai calon presiden yang akan diusung PDIP, peta politik di Indonesia terkait Pilpres 2024 terasa makin dinamis.
Suhu politik juga semakin meningkatkan sementara eskalasi rivalitas antar kelompok untuk mengkampanyekan calonnya masing masing pun kian terasa. Yang jadi pertanyaan, adalah siapakah kandidat yang bakal menjadi calon terkuat melawan Ganjar Pranowo yang didukung oleh PDIP? Apakah Erick Thohir ataukah Muhaimin Iskandar?
Jawabannya adalah bukan Erick Thohir yang sempat ditawarkan kepada Prabowo Subianto. Sosok yang menjadi rival terberat Ganjar pranowo adalah Muhaimin Iskandar. Sosok inilah yang berpotensi besar menjadi lawan kuat Ganjar Pranowo dalam pertempuran perebutan kursi presiden 2024 nanti.
Ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini akan jadi kuda hitam yang harus diperhitungkan oleh semua koalisi yang sudah terlebih dahulu berusaha memasarkan para capresnya masing masing.
Kok bisa? Ya, pasti bisa. Bahkan, Gus Muhaimian bisa berpeluang besar terpilih menjadi presiden.
Apalagi jika sampai koalisi Kebangkitan Indonesia Raya bubar karena Prabowo Subianto berpindah ke lain hati, alias tergiur untuk menjadi calon wakilnya Ganjar Pranowo.
Pasalnya, hal itu akan membangkitkan simpul simpul kekuatan baru perlawanan dari kalangan partai partai berbasis Islam terhadap koalisi –PDIP dan Gerindra—yang pastinya hanya akan menjadikan kekuatan Islam sebagai daya dongkrak, pemanis dan pengaman politik saja.
Lantas, seberapa besarkah kekuatan Gus Muhaimin untuk melawan Ganjar Pranowo?
Mari kita tengok catatan perjalanan politik Ganjar Pranowo. Harus digaris tebal, bahwa kemenangan Ganjar Pranowo pada Pilgub Jateng pada tahun 2018 lalu menyisakan catatan catatan krusial yang harus dikalkulasi secara politik.
Pasangan Ganjar-Yasin sesungguhnya nyaris kalah dan menang tipis dari pasangan Sudirman Said dan Ida Fauziyah. Tercatat, Ganjar-Yasin memperoleh persentase 58,78 persen dengan perolehan 10.362.694 suara.
Sementara itu, pasangan Sudirman Said-Ida Fauziyah memperoleh persentase 41,22 persen dengan perolehan 7.267.993 suara.
Apa artinya? Artinya, pasangan Ganjar-Yasin yang notabene putra daerah harus berjuang mati matian untuk melawan Sudirman Said dan Ida Fauziyah yang bukan putra daerah.
Poin kedua, Jawa Tengah diklaim sebagai kandang Banteng oleh PDIP sebagai pengusung Ganjar Pranowo.
Sementara Gus Yasin adalah representasi dari kekuatan Nahdhiyyin, santri dan putra asli Jawa Tengah juga.
Namun, kolaborasi keduanya pun hanya bisa menang tipis melawan Sudirman Said dan Ida Fauziyah yang tidak memiliki modal politik sebesar Ganjar.
Baca juga: Survei Terbaru, Prabowo Subianto Paling Dijagokan untuk Melanjutkan Program Jokowi
Catatan tersebut mungkin hari ini banyak dilupakan orang dan para pengamat. Padahal jelas, catatan tersebut mengindikasikan lemahnya Ganjar Pranowo sebagai personal yang layak dipertaruhkan.
Bahwa di media sosial Ganjar Pranowo sangat viral dan berbagai survei mengunggulkannya, maka itu adalah soal lain. Sebab, publik kita sudah semakin cerdas dalam mengamati setiap perilaku perilku pencitraan para politisi di media sosial.
Nah, sekelumit data di atas sudah cukup menjadi modal optimisme Gus Muhaimin untuk memberanikan diri melawan Ganjar Pranowo dengan siapapun pasangannya nanti.
Betapapun, daya lawan Sudirman Said dan Ida Fauziyah pada waktu itu adalah karena mesin politik Partai Kebangkitan Bangsa di Jawa Tengah yang disebut sebut sebagai kandang Banteng ternyata tetap eksis dan berjalan baik. Tentu juga dikarenakan soliditas partai-partai pendukung lainnya.
Pada sisi yang lain, kekuatan Gus Muhaimin Iskandar di Jawa Timur dengan jaringan struktural PKB maupun kultural dan “structural” NU juga layak diperhitungkan.
Apapun, kans perolehan suara Gus Muhaimin di Jawa Timur berpotensi lebih besar dari Ganjar Pranowo bila nanti dipertarungkan secara head to head.
Sementara, kita semua tahu bahwa Jawa Timur merupakan provinsi terbesar kedua setelah Jawa Barat dalam menyumbang calon pemilih di Indonesia.
Menurut data KPU pada pemilu 2019 lalu, Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk Provinsi Jawa Timur berjumlah 30.912.994, atau kedua setelah Provinsi Jawa Barat yang mencapai 33.270.845 orang. Dan, kekuatan PKB dengan NU-nya di Jawa Timur sangat kuat.
Kalau pun Jawa diyakini sebagai kunci kemenangan, kekuatan Gus Muhaimin dan PKB juga tak bisa diremehkan. Perhelatan pilgub Jateng 2019 membuktikan bahwa PKB mampu mengumpulkan suara lebih dari 41 persen dari total pemilih yang mencapai 27.896.902 untuk pasangan calon yang diusungnya.
Dengan modal simpul simpul kekuatan di atas, Gus Muhaimin yang merupakan representasi santri, NU dan politisi islam tentunya memiliki basis modal social dan politik untuk menjadi lawan kuat Ganjar Pranowo.
Belum lagi, hari ini sudah mulai bermunculan kesadaran kesadaran dari para generasi muda untuk menyelamatkan kehidupan demokrasi Indonesia ini dari otoritarianisme yang dilahirkan dari ketidakseimbangan kekuatan politik yang ada, atau ketika sebuah kekuatan politik tertentu mendominasi.
Di situlah Gus Muhaimin dan kekuatan PKB yang dinahkodainya bisa menjadi tumpuan penyeimbang dan penyelamat demokrasi di Indonesia.
Baca juga: Muhaimin Iskandar Temui SBY di Puri Cikeas, Jazilul Fawaid: Bertukar Pikiran Untuk Generasi Bangsa
Sebab, dari sekian partai partai “bernuansa keislaman” yang ada, PKB merupakan representasi partai moderat yang benar benar akan menjadi kendaraan paling nyaman untuk menyalurkan aspirasi bagi kalangan nasionalis maupun religius dan sudah terbukti selalu bisa bersaing dengan partai partai besar lainnya.
Maka, mengabaikan kekuatan seorang Gus Muhaimin dalam kancah pemilihan umum Presiden 2024 nanti hanya akan menyisakan penyesalan. Monggo Gus Muhaimin. (*)
Ikuti Pos-Kupang.Com di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.