Berita Lembata

Orang Muda Katolik di Mingar Lembata Bahas Ancaman Ekologi, Undang Peneliti Lingkungan Piter Pulang

Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Mingar St. Maria Ratu Damai menggelar live di Stasi Lewoblolong, Desa Lolong, Kecamatan Nagawutung, Kabupaten Lembata.

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/ RIKCO WAWO
EKOLOGI - Peneliti Lingkungan Piter Pulang sedang menjelaskan potensi ancaman ekologi di wilayah Mingar, Kecamatan Nagawutung, Kabupaten Lembata, 26 Maret 2023. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo

POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA - Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Mingar St. Maria Ratu Damai menggelar live di Stasi Lewoblolong, Desa Lolong, Kecamatan Nagawutung, Lembata, NTT.  

Kegiatan ini dilangsungkan selama dua hari, 25-26 Maret 2023. Kegiatan ini diwarnai dengan aksi penanaman pohon di salah satu titik yang adi di Stasi Lewoblolong.

Selain penanaman pohon, kegiatan ini pun diwarnai dengan diskusi tentang ekologi yang melibatkan peneliti dari Barakat yaitu Piter Pulang.

Piter menjelaskan gereja hari sangat terbuka untuk membicarakan isu perubahan iklim melalui tema APP 2023, Keadilan Ekologi Sebagai Ekspresi Iman.

Baca juga: Pemda Lembata Gelar Seleksi Terbuka Kepala Puskesmas, Bentuk Transformasi Pelayanan Kesehatan

Anak muda melalui OMK Paroki Mingar harus mengambil peran dalam masyarakat. Sebab anak muda pula yang menjadi penerus masa mendatang.

"Kegiatan orang muda harus diisi dengan kerja konservasi dan perlindungan alam yang menopang kehidupan manusia," jelas Piter.

Bagi Piter, selama ini masyarakat cenderung bicara mengenai pengelolaan lingkungan. Namun melihat keterancaman yang ada, masyarakat, melalui orang muda harus bicara mengenai perlindungan lingkungan. 

Dalam diskusi ekologi, terungkap bahwa sepuluh Stasi (lingkungan gereja, setara desa) yang ada di dalam Paroki Mingar mengalami degradasi di kawasan penyangganya.

"Bagian atas memang bagus tetapi ada titik-titik tertentu yang gundul. Ini sangat berbahaya karena tarikan lurusnya menganga ke pemukiman", kata Piter.

Baca juga: Komisi II DPRD Lembata Temukan Kerusakan Ruas Jalan di Nagawutung

Ia memaparkan peta citra dan menunjukan secara langsung letak kawasan penyangga yang mengalami degradasi. Ada pembabatan hutan yang dilakukan oleh masyarakat. Wilayah pesisir pun terancam banjir rob sebab tidak banyak pohon pelindung di kawasan tertentu.

Baginya, kawasan penyangga yang rusak ini harus diperbaiki. Solusinya adalah, masyarakat harus melakukan konservasi di daerah yang mengalami degradasi. Selain untuk menghindari banjir, upaya inipun untuk mengikat tanah agar meminimalisir potensi longsor.

Namun saat melakukan konservasi ada hal yang perlu diperhatikan yaitu indeks kerapatan baik dari sisi jumlah maupun jenis pohon.

"Kalau sudah ada pohon maka harus ada pancang dan semai, sehingga pohon tumbang, ada regenerasinya," ungkap Piter.

Pembina OMK, Rm. Yovan Koten, Pr. menjelaskan tahun Ekologi digagas lantaran gereja menyadari adanya dampak perubahan iklim yang mulai dirasakan.

Baca juga: Jalan Mulus, Warga Nagawutung Lebih Mudah Jual Komoditi Pertanian

Sudah banyak perubahan yang terjadi di dalam wilayah Keuskupan. Keuskupan merasa penting untuk mengangkat Ekologi sepanjang tahun 2023 berjalan.

"Sehingga dalam kegiatan live in ini akan ikut mendukung apa yang sudah dicanangkan oleh keuskupan," ujarnya.

"Ke depannya teman-teman muda ini akan menjadi penerus di dalam keuskupan ini. Awalanya, mereka bisa memaknai lebih dulu bagaimana kondisi wilayah di dalam paroki," katanya. 

"Minimal mereka juga paling kurang punya niat melakukan hal baik. Mereka semestinya menangkap hal baik dalam pembicaraan kali ini. Untuk awal, mereka harus tahu bagaimana persoalan ekologi yang terjadi di wilayah masing-masing dan wilayah sekitar," tutupnya. (*)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved