Puisi

Kita Tetap Bersaudara

Ketika akan diproses lebih lanjut berdasarkan undang-undang dan ketentuan yang berlaku, aku bilang pada polisi: bebaskan dia.

Editor: Agustinus Sape
POS-KUPANG.COM/HAND OVER
Oktavianus Bulu (kanan) dari kampung Wano Libira, desa Raba Ege, Kecamatan Wewewa Barat, tangannya buntung setelah dipotong oleh saudara kandungnya. Namun ia mengampuni saudaranya dengan meminta agar polisi membebaskannya dengan alasan karena pelaku adalah saudara kandung yang darahnya sama dengan korban turun dari ayah dan ibu yang sama. 

Puisi: Aster Bili Bora

POS-KUPANG.COM - Saudaraku, masa kecil kita lewati dengan pengalaman indah dan menyenangkan. Bermain bersama, bercerita indah, tertawa kiki kaka kalau ada yang lucu, berbagi makanan, berdebat tentang sesuatu hal tanpa dendam permusuhan, dan masih banyak lagi hal indah yang membuat jiwa kita bertumbuh merdeka hingga dewasa.

Saudaraku, orang tua kita sangat bangga dan bahagia dengan kita lahir dan ada di bumi ini. Mereka bangga dan bahagia karena Tuhan sungguh sayang memberi mereka anak. Mereka bangga karena ada penerus keturunan masa depan. Mereka bangga karena ada pewaris harta milik, dan mereka bangga karena kita bertumbuh subur dan baku sayang sebagai saudara.

Saudaraku, kasih sayang orang tua sungguh nyata dalam hidup kita. Sejak di kandungan ibu, lahir besar, kawin, punya anak cucu, jadi opa-oma, dan bahkan sampai kita masuk kubur, orang tua tetap sayang kita. Luar biasa orang tua kita, kasih mereka sepanjang jalan sedangkan kasih kita kepada mereka mungkin hanya sepanjang gala.

 

Saudaraku, kita sungguh bangga dan bersyukur karena kita punya orang tua yang mewariskan segalanya untuk kita. Mewariskan kekayaan kasih sayang dan mewariskan harta benda untuk kita dan juga untuk anak cucu kita.

Saudaraku, kebaikan orang tua yang sungguh nyata dalam diri kita sepantasnya kita rawat dalam cinta kasih persaudaraan sejati. Janganlah kita buat lain. Orang tua sayang kita, maka kita pun harus terus baku sayang sampai mati. Kita jangan gampang diadu domba oleh siapa pun. Darah yang mengalir dalam diriku dan dalam diri saudaraku semuanya berasal dari satu sumber ayah dan ibu yang sama.

Saudaraku, tanganku yang sebelah kiri sudah kudung dipotong oleh saudara kandungku sendiri. Saudaraku yang pelaku ditangkap polisi dan ditahan beberapa hari. Ketika akan diproses lebih lanjut berdasarkan undang-undang dan ketentuan yang berlaku, aku bilang pada polisi: bebaskan dia. Polisi balik marah padaku dan bilang aku goblok, tidak tahu aturan, dan bikin gila polisi. Ya, tidak apa-apa. Demi saudara, mau dibilang apa dan mau diapakan, aku siap. Nyawa sekali pun aku serahkan, asalkan saudaraku dibebaskan. Dan kenyataannya saudaraku tidak dihukum penjara walaupun telah lengkap bukti sebagai pelaku penganiayaan.

Saudaraku, walaupun tanganku tinggal sebelah aku tidak akan diam. Aku akan terus bekerja dan bekerja dengan tanganku yang satu. Aku tidak rela memalukan diriku sendiri dan saudara-saudaraku dengan jalan meminta dan meminta. Biar tanganku yang sebelah lagi akan dipotong juga suatu saat, sumpah aku tidak boleh jadi pengemis. Kedua kakiku masih berfungsi untuk cari nafkah. Entahlah kalau kedua tangaku dan kedua kakiku semuanya dipotong oleh saudaraku, apakah aku jadi pengemis atau jadi apa, hanya Tuhanlah yang tahu.

Saudaraku, mungkin kamu bilang aku manusia aneh bin ajaib. Ya, silakan! Mau dibilang apa atau diapakan, aku cuma pasrah. Mau diikat seperti kambing lalu digorok leherku, aku tidak akan melawan. Mungkin saja aku bersyukur karena jalan hidup yang digariskan sang pencipta harus dihabiskan nyawaku oleh saudara kandungku sendiri.

Baca juga: Natal 2022, Pimpinan TNI-Polri di Sumba Barat Daya Salaman Natal Dengan Umat

Saudaraku, tubuhku biar dimutilasi dan dibuang ke mana pun karena kamu marah akan sesuatu hal, sumpah demi Tuhan, raga dan jiwaku selama aku masih hidup dan setelah aku di alam baka, sedikit pun aku tidak akan balas apa lagi dendam. Aku janji pada diriku sendiri dan janji pada saudaraku semuanya untuk terus kawal semangat persaudaraan sejati sebagai wujud syukur dan terima kasih kepada ayah dan ibu yang telah mewariskan darah yang sama dan satu dalam diri kita sesama saudara.

Saudaraku, mari kita satu, kita baku sayang dari lahir hingga kita mati nanti. Kita banggakan hati orang tua dan leluhur kita dengan perbuatan baik, saling sayang, baku tolong, dan saling memaafkan kalau keliru. Jangan buat orang tua menangis karena kita buat yang lain dari mereka.

Tambolaka, 31 Desember 2022

Aster Bili Bora
Aster Bili Bora (Foto Pribadi)

Aster Bili Bora, sastrawan tinggal di Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT. Email: asteriusbilibora@gmail.com Antologi cerpennya: Bukan sebuah jawaban (1988), Matahari jatuh (1990), Bilang saja saya sudah mati ( 2022), dan yang akan menyusul terbit: antologi cerpen Laki yang terbuang, dan antologi Lahore. Karya novel yang sedang disiapkan: Laki yang kesekian-sekian. Antologi bersama pengarang lain: Seruling perdamaian dari bumi flobamora tahun 2018 , Tanah Langit NTT tahun 2021, Gairah Literasi Negeriku tahun 2021, Guru berkesan tak lekang dari ingatan tahun 2022

Ikuti berita Pos-Kupang.com di GOOGLE NEWS

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved