Piala Dunia 2022

Jogo Bonito, Antara Membuat Luka dan Terluka

Babak 8 Besar Piala Dunia 2022 Qatar mulai bergulir. Tim Samba Brasil berhadapan dengan tim Balkan Kroasia.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Sipri Senda saat memperkuat Collegio San Paolo Roma dalam turnamen Clericus Cup 2008 yang diselenggarakan Vatikan. Inzet (kanan): bintang Brasil Neymar Jr. 

Oleh: Sipri Senda

POS-KUPANG.COM - Babak 8 Besar Piala Dunia 2022 Qatar mulai bergulir. Tim Tango Argentina berhadapan dengan Tim Oranye Belanda. Tim Samba Brasil berhadapan dengan tim Balkan Kroasia.

Satu-satunya tim Afrika, Maroko akan berduel dengan Portugal yang dibintangi Cristiano Ronaldo. Dan Tim Ayam Jago Prancis melawan tim Inggris.

Menuju semifinal, Brasil harus berhadapan dengan Kroasia, yang menang adu penalti atas Jepang.

Brasil adalah tim favorit dengan prestasi lima kali juara piala dunia. Tak terbantah. Dalam setiap perhelatan piala dunia, Brasil selalu masuk nominasi calon juara. Dan menjadi satu-satunya tim yang tak pernah absen dalam piala dunia.

Sebagai favorit juara, kelas Brasil tentu di atas Kroasia, calon lawannya di babak 8 besar. Bursa taruhan lebih condong ke Brasil, yang memang memiliki pemain di atas kualitas rata-rata. Dari kiper, lini belakang, tengah dan depan, bertaburan pemain bintang dengan kualitas mumpuni.

Dalam babak penyisihan, dua kali menang dan sekali seri menunjukkan kelas Brasil.

Laga ketiga memang berakhir seri karena tidak semua pemain utama diturunkan, tapi dilihat dari permainan tim yang dikatakan pemain lapis kedua di bawah koordinasi bek sayap gaek, Dani Alves, permainan Brasil tetap menyerang dan nyaris menghasilkan gol.

Kini mereka berada di babak 8 besar dan akan berhadapan dengan Kroasia. Tim Balkan ini memiliki Luca Modric yang menjadi andalan di lini tengah. Daya juang tim ini terkenal pula nyaris tanpa lelah.

Mereka tentu ingin mengulang kembali mimpi mencapai apa yang dicapai Boban cs yang terhenti di empat besar Piala Dunia Prancis 1998, dikalahkan tuan rumah yang kemudian menjadi juara setelah menumbangkan Brasil di final dengan skor 3-0.

Juga melampaui Mandzukic cs yang mencapai final 2018 dan dikalahkan Prancis.

Kroasia 2022 ingin melampaui capaian tahun 1998 dan 2018. Kalau bisa, melampaui empat besar dan dua besar. Menjadi juara untuk pertama kalinya. Impian ini menjadi motivasi mendasar untuk menampilkan yang terbaik.

Melawan Brasil adalah tantangan sekaligus pembelajaran. Tantangan, mematangkan; dan pembelajaran mendewasakan.

Tim lawan yang berada di level atas adalah guru. Menyamai atau bahkan mengalahkannya adalah prestasi dan prestise tersendiri.

Nama besar Brasil tak membuat Kroasia minder. Justeru dianggap tim di bawah kelas Brasil membuat mereka dapat bermain lepas tanpa beban nama besar.

Jika Brasil lengah, maka jogo bonito atau permainan indah ala Samba (bukan Sambo), akan merasakan sengatan Luca Modric cs yang membuat luka.

Baca juga: Tarian Tango dan Total Football

Brasil dengan jogo bonitonya berada di dua pilihan ketika berhadapan dengan tim Balkan yang spartan ini. Atau membuat luka, atau terluka.

Maka irama Samba dalam pertarungan gengsi dan teknik tinggi ini mesti dimenangkan. Pilihannya adalah membuat Luca Modric terluka. Akankah itu mungkin?

Dari segi materi pemain, Brasil bertaburan bintang yang malang melintang dalam kompetisi Eropa maupun lokal. Ada Neymar, Casimiro, Thiago Silva, dan bintang muda yang sedang moncer dengan ketajamannya membobol gawang lawan, Richarlison.

Juru taktik, Tite, akan dengan mudah mengatur strategi permainan khas Brasil karena materi pemain yang mumpuni. Mimpi menjadi campeone untuk keenam kalinya bukan mustahil, meskipun harus melewati jalan terjal.

Jalan terjal itu bernama Kroasia di depan mata, dan pemenang antara Argentina dan Belanda, pada babak semifinal mendatang.

Jogo bonito telah melekat pada tim Samba Brasil. Kalah atau menang, mereka tetap menyuguhkan permainan indah yang menghibur penonton.

Para pemain bertalenta tinggi itu akan menyihir penonton dengan permainan atraktif sekaligus agresif untuk menghasilkan gol dan memenangkan pertandingan.

Filosofi jogo bonito menjadi roh permainan Brasil kapan pun, termasuk partai melawan Kroasia. Para pemain Brasil adalah seniman-seniman bola.

Bagi mereka, bermain bola itu seni. Ada unsur keindahan, maka disebut jogo bonito. Apalagi kalau keindahan itu bermahkota kemenangan. Jika demikian, maka jogo bonito itu membuat luka, dan bukan terluka.

Meski demikian, tujuan utama bukanlah membuat luka. Itu cuma konsekuensi dari sebuah kemenangan.

Tetapi seni memainkan bola dalam jogo bonito mewartakan nilai hidup yang indah. Di sana ada kerja sama apik, ada koordinasi cerdas, ada komunikasi efisien, dan ada pencapaian tujuan efektif.

Semua itu dijiwai oleh nafas persatuan dan persaudaraan sebagai bangsa (nasionalisme), sekaligus persatuan dan persaudaraan universal sebagai bangsa manusia (internasionalisme-humanisme).

Nilai-nilai inilah yang diusung dalam perhelatan sepak bola dunia. Dan Brasil dengan jogo bonitonya maupun Kroasia dengan permainan spartannya, akan menyuguhkan nilai-nilai tersebut dalam duel ini.

Baca juga: Jadwal Perempat Final Piala Dunia 2022 Kroasia vs Brasil, Beratnya Vatreni Menggulingkan Selecao

Pertandingan babak delapan besar ini akan seru, menegangkan, mengasyikkan, dan menghibur, tapi juga berpotensi menghasilkan luka dan tangisan bagi yang kalah.

Tidak saja bagi para pemain, tapi juga bagi para fans sedunia. Karena bola memang bulat, dan harus ada satu yang menang.

Namun persatuan dan persaudaraan universal yang diciptakan, takkan membuat luka itu bernanah. Itu ko tidak.

Sipri Senda adalah mantan pemain bola kaki tim Collegio San Paolo Roma dalam turnamen Clericus Cup 2008 yang diselenggarakan Vatikan.

Ikuti berita Pos-Kupang.com di GOOGLE NEWS

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved