Berita Kota Kupang

Gereja Butuh Pendeta yang Melayani dengan Sepenuh Hati dan Holistik

pendeta harus melihat apa potensi jemaat yang bisa dijadikan brand dan menjadi kekhasan dari jemaat yang pendeta tersebut layani.

Editor: Agustinus Sape
Foto pribadi
Pdt. Dr. Mesakh Dethan foto bersama para pendeta usai Kebaktian Minggu Adven I dan Pengutusan Pdt. Bengngu Djira, S.Th dan Perhadapan Pdt. Sepy Hawu, S.Th di jemaat Betel Maulafa Kota Kupang, Minggu 27 November 2022. 

POS-KUPANG.COM - Gereja butuh Pendeta yang melayani dengan sepenuh hati dan holistik sifatnya. Pendeta bukan hanya melayani hal-hal yang bersifat spiritual rohani, tetapi juga melihat potensi ekonomi jemaat yang bisa dikembangkan demi pembangunan ekonomi jemaat.

Demikian sambutan dan suara gembala dari Ketua Klasis Kota Kupang Timur, Pdt. Semuel Pandie, S.Th, pada Kebaktian Minggu Adven I sekaligus Pengutusan Pdt. Bengngu Djira, S.Th dan Perhadapan Pdt. Sepy Hawu, S.Th di jemaat Betel Maulafa Kupang, Minggu 27 November 2022.

Artinya, kata Pdt. Semuel Pandie,  pendeta harus melihat apa potensi jemaat yang bisa dijadikan brand dan menjadi kekhasan dari jemaat yang pendeta tersebut layani.

"Katakanlah sebuah jemaat bisa mengembangkan sayuran dan tomat organik untuk disuplai ke pasaran. Jika masyarakat mau mencari sayuran dan tomat organik, orang mencarinya di Jemaat Betel Maulafa misalnya, ini bisa menjadi Brand bagi jemaat ini,“ kata Pdt. Semuel Pandie.

Pdt. Semuel Pandie memohon maaf kepada jemaat Betel Maulafa, karena telah memutasikan Pdt. Bengngu Djira ke Jemaat Nasaret Oesapa Timur, Klasis Kota Kupang Timur, padahal yang bersangkutan baru melayani 1 setengah tahun, dan akan digantikan oleh Pdt, Sepy Hawu, S.Th, yang sebelumnya melayani di GMIT Ponain, Klasis Amarasi Timur selama 14 tahun.

Menanggapi suara hati jemaat yang diwakili oleh Pdt. Emeritus Yulius Nalle, yang memang telah rela melepaskan Pdt. Bengngu Djira, tapi tetap protes dengan nada yang sopan dan meminta pendeta berikutnya jangan dipindahkan sebelum periodisasinya berakhir, Pdt. Semuel Pandie, S.Th mengatakan bahwa sekali lagi permohonan maafnya.

"Saya harus bilang sekali lagi permohonan maaf kepada Jemaat Betel Maulafa, namun mutasi ini juga diperlukan untuk kepentingan pelayanan yang lebih luas. Kita harus melihat mutasi pendeta sebagai bagian dari suatu proses iman dan juga untuk kepentingan lembaga gereja secara lebih luas. Ada maksud Tuhan di balik mutasi ini baik bagi Pdt. Bengngu Jira sendiri maupun bagi Pdt. Sepi Hawu,“, demikian penegasan dari Ketua Klasis Kota Kupang Timur ini.

Pdt. Semuel Pandie_024
Ketua Klasis Kota Kupang Timur, Pdt. Semuel Pandie, S.Th (kanan)

Kebaktian Minggu Adven I dan sekaligus Pengutusan Pdt. Bengngu Djira, S.Th dan Perhadapan Pdt. Sepy Hawu, S.Th di jemaat Betel Maulafa, Minggu 27 November 2022, dipimpin oleh Pdt. Dr Mesakh A.P. Dethan, Dosen Pascasarjana Teologi Universitas Kristen Artha Wacana Kupang.

Dalam kotbahnya secara garis besar dikatakan bahwa mitigasi adalah bagian dari Pelayanan Gereja dan itu berlaku bagi semua. Bukan hanya warga jemaat, tetapi para pelayan Tuhan juga harus mitigasi diri sendiri untuk siap diperhadapkan dan siap untuk diutus ke mana pun  Tuhan siapkan untuk melayani.

Terjadi masalah, ketika para pelayan tidak hetoimos (kata Yunani yang artinya siap sedia dan berjaga-jaga) dan tidak mampu memitigasi diri sendiri. Terkadang ketika seorang pelayan dapat berita untuk mutasi, itu seperti berita bencana yang datang, bukannya mempersiapkan diri sendiri dan keluarga untuk siap melayani Tuhan di tempat baru, tetapi sibuk jalan keliling jemaat untuk provokasi supaya tidak bisa dipindahkan dan lain sebagainya.

Tentu sikap ini akan menimbulkan pro dan kontra dalam jemaat. Bapak atau Mama Ketua Klasis akan pusing kepala, bemo dan truk silih berganti akan datang dan pergi ke kantor sinode. Pagi rombongan pro akan minta bertemu dengan Majelis Sinode, siang rombongan kontra yang minta bertemu. Ini sudah seperti suporter sepak bola piala dunia, belum lagi ditambah teriakan dan ribut-ribut.

Baik warga Jemaat, para presbiter (penatua diaken, pengajar dan pendeta) harus punya wawasan hetoimos dan mitigasi dalam pelayanan gereja Tuhan juga. Kita harus waspada terhadap risiko, dan bahaya yang terjadi dari kerusakan-kerusakan pelayanan yang terjadi karena kita semua tidak siap terhadap hal itu“.

Menurut akademisi dan mantan Wartawan Pos Kupang Pencetus Rubrik Bahasa Kupang Tapaleuk, "Seringkali Majelis Sinode dan Ketua Klasis menjadi pusing kepala ketika sang pendeta tidak mau mutasi karena alasan klasik jemaat masih sayang, padahal sang pendeta sebetulnya masih sayang dia pung babi yang dia piara atau hewan lain di kandang-kandang dan harta duniawi lainnya. Tetapi ini tentu tidak berlaku untuk dua orang pendeta yang hari ini siap untuk diutus dan diperhadapkan di Jemaat Betel Maulafa.“

Laporan Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan untuk Pos-kupang.com

Ikuti berita Pos-kupang.com di GOOGLE NEWS

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved