Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Jumat 25 November 2022, Firman Tuhan Hidup Sepanjang Masa
Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RP. John Lewar SVD dengan judul Firman Tuhan Hidup Sepanjang Masa.
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RP. John Lewar SVD dengan judul Firman Tuhan Hidup Sepanjang Masa.
RP. John Lewar menulis Renungan Harian Katolik ini dengan merujuk bacaan pertama dari Kitab Wahyu Wahyu 20:1-4. 11-21;2; dan bacaan Injil Lukas 21: 29-33.
Di akhir Renungan Harian Katolik ini disediakan pula teks lengkap bacaan Jumat 25 November 2022 beserta mazmur tanggapan dan bait pengantar Injil.
Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Kristus.
Kitab Suci adalah sabda Tuhan, yang selalu kita baca dan dijadikan bahan doa dan renungan telah menjiwai jutaan orang. Entah sudah berapa juta orang yang telah memanfaatkan dan menikmati Kitab Suci tersebut.
Hingga kini tidak ada orang yang dapat menghitungnya. Berapa jumlah Kitab Suci yang telah dicetak ulang kiranya juga tidak ada yang menghitung. Kitab Suci juga diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia ini.
Kitab Suci ditulis dan mulai digunakan ratusan atau ribuan tahun yang lalu, namun sampai kini masih tetap fungsional dan up to date.
Mungkin Kitab Suci terbakar atau hanyut kena air bah/banjir, tetapi isinya tetap hidup dalam diri manusia dan mungkin juga diturunkan atau diteruskan pada anak cucu atau keturunannya.
“Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu”, demikian sabda Yesus.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 25 November 2022, Mendengarkan dan Melaksanakan Sabda Allah
Seluruh sabda Yesus atau keteladanan hidup-Nya diringkas atau dipadatkan dalam kata 'cinta kasih'. Cinta kasih sejak dahulu kala sampai kini sama saja, tidak berubah.
Apa itu cinta kasih? Rasul Paulus mengatakan, "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu" (1Kor 13:4-7).
Orang yang hidup oleh dan dengan kasih macam itu, namanya tidak akan berlalu, meskipun tubuhnya sudah kembali menjadi debu. Dia akan senantiasa dikenang.
"Aku melihat takhta-takhta dan orang-orang yang duduk di atasnya; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dan karena firman Allah; yang tidak menyembah binatang itu dan patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka; dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun" (Why 20:4).
Apa yang menjadi penglihatan penulis Kitab Wahyu ini kiranya juga akan menjadi penglihatan siapa pun yang setia dan taat kepada kehendak Tuhan atau senantiasa hidup dalam dan oleh kasih. Ia dapat melihat dan mengimani para pendahulu atau orangtua, nenek-moyang yang telah sekian tahun lamanya dipanggil Tuhan tetapi hidup dan berkarya di dalam dirinya. Ia mampu melihat dan mengimani kebaikan, keutamaan dan nilai-nilai kehidupan yang telah dihayati oleh orangtua dan nenekmoyang kita, sehingga dalam hidup masa kini jiwa mereka senantiasa menghidupi cara hidup dan cara bertindak kita.
Baca juga: Renungan Harian Katolik, Kamis 24 November 2022, Angkatlah Kepalamu
Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Kristus.
Kita semua diajak untuk mawas diri. Hendaknya kita hidup dan bertindak sebaik mungkin selaras dengan panggilan dan tugas perutusan kita masing-masing. Sebagai orangtua atau yang dituakan marilah kita warisi anak cucu kita dengan keutamaankeutamaan atau nilai-nilai kehidupan bukan harta atau uang. Harta dan uang dapat hilang sekejap karena kebakaran atau dicopet atau tidak dapat bermanfaat lagi.
Sementara itu keutamaan atau nilai-nilai kehidupan tidak akan musnah sampai akhir zaman. Kepada mereka yang berkarya di dalam dunia pendidikan, entah formal maupun informal, diingatkan dan diajak agar hendaknya dalam proses pendidikan atau pembelajaran lebih mengutamakan nilai-nilai kehidupan atau karakter daripada kepandaian atau ilmu pengetahuan, lebih mengutamakan kecerdasan spiritual daripada kecerdasan intelektual. Kita perhatikan pendidikan, iman dan gizi yang menjadi akar kehidupan dalam proses pendidikan atau pembelajaran.
Kontemplasi
Di hari-hari terakhir tahun Liturgi ini kita memang diajak mawas diri: Sebagai suami istri, apakah kita semakin saling mengasihi dan memberikan diri ? Sebagai pekerja apakah semakin terampil dan sungguh-sungguh dalam bekerja, sebagai pelajar apakah semakin tekun belajar dan dan trampil.
Bercermin pada sabda Tuhan hari ini, para orangtua diingatkan: hendaknya mewariskan kepada anak-anak nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup, bukan harta benda atau uang, mengutamakan pendidikan anak-anak daripada kepentingan lainnya.
Doa
"Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup. Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, ya TUHAN semesta alam, ya Rajaku dan Allahku!
Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau.
Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah" (Mzm 84:3-6)
Sahabatku yang terkasih, Selamat Hari Jumat. Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.*
Teks Lengkap Bacaan Jumat 25 November 2022

Bacaan Pertama: Wahyu 20:1-4,11-21:2
Orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka. Aku melihat Yerusalem Baru turun dari surga.
Bacaan dari Kitab Wahyu:
Aku, Yohanes, melihat seorang malaikat turun dari surga memegang anak kunci jurang maut dan sebuah rantai besar di tangannya. Ia menangkap naga, si ular tua, yaitu Iblis dan Setan. Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya, lalu melemparkannya ke dalam jurang maut.
Pintu jurang maut itu kemudian ditutup dan dimeteraikannya, jangan sampai naga itu menyesatkan lagi bangsa-bangsa, sebelum masa seribu tahun itu berakhir. Kemudian naga itu akan dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya.
Lalu aku melihat takhta-takhta dan orang-orang yang duduk di atasnya. Kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa mereka yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dan karena sabda Allah.
Mereka itu tidak menyembah binatang dan patungnya, dan tidak menerima tanda binatang itu pada dahi dan tangan mereka. Mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama dengan Kristus untuk masa seribu tahun.
Lalu aku melihat sebuah singgasana, putih dan besar, dan aku melihat Dia yang duduk di atasnya. Dari hadapan-Nya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya.
Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Kemudian semua kitab dibuka. Juga sebuah kitab lain dibuka, yaitu Kitab Kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang tertulis dalam kitab-kitab itu.
Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya. Demikian pula maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya. Dan mereka masing-masing dihakimi menurut perbuatan mereka.
Kemudian maut dan kerajaan maut itu dilemparkan ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua, yakni lautan api. Dan barangsiapa namanya tidak ditemukan tertulis dalam Kitab Kehidupan, dilemparkan ke dalam lautan api itu.
Lalu aku melihat langit dan bumi yang baru. Langit dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi. Dan aku, Yohanes, melihat kota kudus, yaitu Yerusalem baru, turun dari surga, dari hadapan Allah, berhias bagaikan mempelai yang berdandan untuk suaminya.
Demikianlah Sabda Tuhan
U: Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan: Mzm. 84:3,4,5-6a,8a
Refr. Berbahagialah yang mendiami rumah Tuhan.
1. Jiwaku merana karena merindukan pelataran rumah Tuhan; Jiwa dan ragaku bersorak sorai kepada Allah yang hidup.
2. Bahkan burung pipit mendapat tempat dan burung layang-layang mendapat sebuah sarang, tempat mereka menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu ya Tuhan semesta alam, ya Rajaku dan Allahku.
3. Berbahagialah orang yang diam di rumah-Mu, yang memuji-muji Engkau tanpa henti. Berbahagialah para peziarah yang mendapat kekuatan dari pada-Mu. Langkah mereka makin lama makin tinggi.
Bait Pengantar Injil: Lukas 21:28b
Refr. Alleluya, alleluya.
Angkatlah kepalamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.
Bacaan Injil: Lukas 21:29-33
Jika kalian melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.
Inilah Injil suci menurut Lukas:
Pada waktu itu Yesus mengemukakan perumpamaan ini kepada murid-murid-Nya, “Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. Apabila kalian melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kalian tahu dengan sendirinya, bahwa musim panas sudah dekat.
Demikian pula jika kalian melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: Sungguh, angkatan ini takkan berlalu, sebelum semuanya terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi sabda-Ku takkan berlalu.”
Demikianlah Sabda Tuhan
U: Syukur Kepada Allah.
Renungan Harian Katolik lainnya
Ikuti berita Pos-kupang.com di GOOGLE NEWS