Pesta Raya Flobamoratas

Launching Pesta Raya Flobamoratas, Aleta Baun : Bersahabat dengan Alam Berdaulat Pangan 

Koalisi Voice for Just Climates Action ( VCA) menyelenggarakan Pesta Raya Flobamoratas selama tiga hari, Kamis - Sabtu (17-19 November 2022).

Editor: Alfons Nedabang
POS-KUPANG.COM/BIMO
Launching Festival Budaya Lokal NTT, Pesta Raya Flobamoratas di Aula El Tari Kantor Gubernur NTT, Kamis 17 November 2022. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Koalisi Voice for Just Climates Action ( VCA) menyelenggarakan Pesta Raya Flobamoratas selama tiga hari, Kamis - Sabtu (17-19 November 2022).

Launching PRF 2022 berlangsung di Aula El Tari Kantor Gubernur NTT, Kamis 17 November. Pada Jumat dan Sabtu, PRF berlangsung di Waterpark Kupang.

Perwakilan koalisi Voice for Just Climates Action dari Yayasan Hivos Indonesia, Arti Indallan Tjakranegara mengawali sambutan dengan mengatakan, manusia bukan hanya emisi karbon seharusnya menjadi pusar dari aksi iklim.

Menurut Country Engagement Manager Indonesia Yayasan Hivos Indonesia ini, "bagi saya, quote ini salah satu quote yang dapat menggambarkan apa yang sebenarnya mau dilakukan dan kenapa kita melakukan ini."

"Jadi, ketika saya mendengar quote ini pertama kali saya langsung terbayang ketika kita ngobrolin perubahan iklim itu banyak ngomongnya tentang pengurangan karbonnya berapa, apa yang bisa dilakukan dan lain lain tapi kadang-kadang kita tidak membicarakan manusia siapa sih yang menyebabkan perubahan iklim ini dan siapa sih yang tedampak paling besar dari perubahan iklim atau ketika terjadi kekeringan, siapa dibaliknya yang sebenarnya paling terdampak itu? Mungkin ini quote yang bisa menggambarkan sedikit apa yang kita lakukan," papar Arti Indallan Tjakranegara

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTT, Ondy C Siagian mengatakan, ProKlim sebagai upaya adaptasi perubahan iklim di NTT.

"ProKlim ini merupakan program dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang diturunkan ke provinsi dan kabupaten/kota. Jadi kami Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai koordinator untuk pelaksanaan program kampung iklim ini yang di kabupaten kota dilaksanakan oleh Dinas Lingkungan Hidup," katanya. 

Baca juga: Pesta Raya Flobamoratas Tahun 2022 Hadirkan Konsep #SoundofEarth

Menurut Ondy, peta sebaran kawasan hutan NTT yang merupakan salah satu provinsi kepulauan. Untuk kondisi hutan di NTT hampir sebagian besarnya adalah kawasan lindung dan kawasan produksi. 

"Kemudian potensi dalam kawasan hutan itu sangat luar biasa kemudian juga NTT merupakan salah satu provinsi yang berbatasan langsung dengan negara Timor Leste. ini juga keunggulan provinsi NTT," ujarnya. 

"Hutan lindung, hutan produksi, dan juga hutan produksi yang dapat dikonversi. Artinya saya mau jelaskan bahwa yang dapat dikelola oleh provinsi itu adalah seluas 1.7 juta hektar," tambah Ondy. 

Berdasarkan SK Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 357 tahun 2016, hutan konservasi di NTT seluas 521.412 hektar dengan rincian hutan lindung seluas 684.572 hektar, hutan produksi 536.415 hektar sehingga total luas hutan di NTT seluas 1.742.399 hektar. 

"Kalau konservasi ini merupakan hutan tertutup, terbatas karena dia hutan konservasi itu hutan yang berada di hulu hutan sedangkan hutan lindung dan produksi ini yang bisa dikelola. Kalau konservasi, istilahnya yang tidak bisa dikelola maka yang bisa dikelola adalah lindung dan produksi itu seluas 1,2 juta hektar. Itu yang bisa dikelola," jelasnya. 

Menurut Ondy, memang ada perubahan-perubahan dari SK Menteri namun perubahan ini sebetulnya adalah untuk memberikan ruang apabila kawasan tersebut secara turun temurun sudah dikelola dan lain-lain dan menurut menurut penilaian lebih produktif kalau saja itu dikelola tidak lagi sebagai hutan dengan pertimbangan-pertimbangan dan syarat-syarat tertentu. 

Kondisi yang terjadi saat ini adalah luas kebakaran hutan dan lahan pada 20 kabupaten dan 1 kota di NTT tahun 2020 seluas 114.719 hektar, sementara tahun 2021 seluas 1.510 hektar. 

"Artinya terjadi penurunan kasus kebakaran hutan dan lahan itu. Nah sesuai SK Menteri Kehutanan bahwa total luas hutan dikelola oleh Pemerintah Provinsi NTT seluas 1,7 juta hektar. Terjadi penurunan Karhutla dari 6,43 persen tahun 2020 menjadi 0,8 persen pada 2021," tandasnya. 

Aktivis lingkungan hidup NTT, Aleta Baun menegaskan bahwa bersahabat dengan alam berdaulat atas pangan. 

"Ketika masyarakat merawat alam, pasti pangan akan tercapai. Dimana pun manusia bersahabat dengan alam berarti dia berdaulat dengan pangan karena siapapun dia pasti membutuhkan makan," kata Aleta Baun

Menurut Aleta Baun, berbicara tentang perubahan iklim, juga berbicara tentang lingkungan dimana kita ada. Perubahan iklim bukan terjadi hanya untuk satu orang tetapi untuk seluruh makhluk yang hidup yang ada di atas permukaan bumi. 

"Ketika kita berbicara tentang perubahan iklim kita juga berbicara tentang diri kita, bagaimana kita melakukan sesuatu terhadap alam yang ada dan lingkungan dimana kita tinggal," ujarnya.

Aleta Baun mengatakan, krisis iklim banyak menimbulkan kerentanan yang pasti berdampak mau tidak mau terhadap kaum perempuan dan terhadap petani yang sebenarnya setiap hari bekerja di kebun, di ladang di mana mereka selalu membutuhkan sumber-sumber penghidupan. 

"Siapa yang akan mengalami kerentanan tersebut ketika alam kita rusak? Pasti orang-orang yang ada di kampung. Orang-orang yang tidak mendapat gaji, orang-orang yang harus membawa jerigen-jerigen, membawa bambu, membawa periuk untuk pergi ke hutan dan mencari sumber mata air. Itulah yang sebenarnya. Siapa yang akan mengalami adalah orang-orang kecil, orang yang ada di kampung yang tidak mampu berdaya sumber air tidak sampai di muka rumah tetapi harus dia pergi jauh dari rumahnya kurang lebih 25 atau 30 kilometer untuk mencari kehidupan," jelas Aleta Baun. 

Baca juga: Pesta Raya Flobamoratas di Waterpark Kupang, Pengunjung Nonton Film Gratis Hingga Wisata Kuliner

"Manusia makhluk yang hidup ketika tidak ada air dia tidak bisa hidup. Rumput saja tidak bisa tumbuh karena itu masyarakat adat menyebutkan air adalah darah yang dia butuhkan untuk mengalir dalam kehidupan," tambahnya. 

Perwakilan Simpasio Institute Larantuka, Magdalena Oa Eda Tukan yang ikut mengambil bagian dalam kegiatan pembukaaan, mengaku senang berada di sini karena belajar banyak juga mendapat banyak informasi terkait program dari pemerintah, gerakan-gerakan atau upaya-upaya yang dilakukan oleh Aleta Baun dan bagaimana Pesta Raya Flobamoratas kemudian menjadi satu wadah untuk bertemu bersama. 

"Saya mewakili teman-teman dari Simpasio Institute, sebuah komunitas orang muda yang berbasis di Larantuka yang kurang lebih enam tahun ini belajar tentang arsip dan dokumentasi sosial budaya Flores Timur lalu dalam perjalanan bertemu juga dengan teman-teman muda yang lain yang merasa dan sadar bahwa krisis ekologi juga perubahan iklim adalah masalah bersama," kata Eda Tukan. 

"Jadi, orang muda yang hari-hari ini pegang gadget ngomongin musik YouTube teater ternyata mulai sadar bahwa krisis ekologi itu adalah masalah bersama dan ternyata juga kita punya cara-cara yang ampuh untuk menyuarakan itu dengan cara anak muda," tambahnya. 

Perwakilan Pesta Raya Flobamoratas, Yurgen Nubatonis mengungkapkan target ketika mendesain kegiatan ini adalah non aktivis.

"Kita juga tidak mau ketika bikin kegiatan lalu tiba-tiba yang datang teman-teman yang selama ini setiap hari bicara tentang iklim, bicara tentang lingkungan itu akhirnya mubazir juga seperti menggarami lautan sehingga kemudian dari konsep namanya pun kita bikin terbuka Pesta Raya Flobamoratas jadi ini kita undang orang NTT untuk datang pesta bukan untuk datang bicara lingkungan ketika ada di situ baru kemudian mereka ketahui, oh ternyata ada juga informasi tentang lingkungan, informasi tentang iklim tetapi ketika kita sebarkan informasinya kita memang tidak kepingin untuk kepalanya mereka itu oh kalau kita ke sana nanti kita belajar iklim nanti kita belajar ini, tidak seperti itu. Memang acaranya tidak didesain seperti itu," papar Yurgen. 

Ia berharap lebih banyak anak muda hadir mengikuti Pesta Raya Flobamoratas. "Acara ini didesain untuk menarik minat teman-teman anak muda dari usia 17-35 tahun, tapi kalau yang tidak masuk dalam range itu tidak apa-apa juga. Kita terbuka sekali, kita senang untuk semua orang bisa ada di situ sehingga hal-hal baik yang sudah dilakukan semua orang bisa ketahui, kemudian mau untuk melakukan hal yang sama," ujar Yurgen. (uzu)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

  

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved