Doa Harian Katolik

Doa Harian Katolik, Doa Indulgensi untuk Orang-orang yang Sudah Meninggal

Umat Katolik memiliki tradisi mendoakan orang-orang beriman yang sudah meninggal, melalui doa pribadi/kelompok maupun dalam ekaristi/ Misa kudus.

Editor: Agustinus Sape
YOUTUBE/KOMISI KOMSOS K. PADANG
ARWAH - Ilustrasi jiwa-jiwa orang beriman di api penyucian. Umat Katolik sebagai umat yang sedang berziarah di dunia ini diminta untuk mendoakan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal agar segera masuk dalam kalangan para kudus di surga. 

POS-KUPANG.COM - Umat Katolik memiliki tradisi mendoakan orang-orang beriman yang sudah meninggal, melalui doa pribadi/kelompok maupun dalam ekaristi/ Misa kudus.

Untuk mendoakan secara khusus arwah kaum beriman yang sudah meninggal, maka Gereja Katolik telah menetapkan tanggal 2 November setiap tahun sebagai Hari Peringatan Arwah Semua Orang Beriman yang Telah Meninggal.

Bahkan Gereja Katolik mengimbau umat untuk secara khusus mendoakan arwah kaum beriman yang sudah meninggal mulai tanggal 1-8 November agar mendapat Indulgensi penuh,

Ini doanya:

Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus, Amin.

Bapa yang maharahim, percaya akan kasih-Mu yang tiada terbatas, bersama seluruh Gereja-Mu, pada hari ini kami mohon dengan sangat, lepaskanlah jiwa-jiwa........ (sebut nama2 yang didoakan.) dari segala hukuman atas dosa-dosa mereka.

Perkenankan mereka semua memasuki hidup abadi yang terang dan bahagia di Surga mulia, dan perkenankan mereka memandang kemuliaan cahaya wajah-Mu.

Semua ini kami mohon dengan pengantaraan Kristus Putra-Mu dan pengantara kami, kini dan sepanjang masa. Amin

Aku percaya .... (1X)
Bapa Kami ... (1 X)

Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus, Amin...

Apa itu indulgensi?

Setiap orang Kristiani dapat memperoleh indulgensi penuh bagi orang yang sudah meninggal. Caranya dengan mengunjungi makam dan atau mendoakan arwah orang yang sudah meninggal.

Jika menjalankan setiap hari mulai 1-8 November akan memperoleh indulgensi penuh, tetapi bagi yang menjalankan pada hari-hari lain, memperoleh indulgensi sebagian.

Indulgensi adalah penghapusan siksa-siksa dosa temporal, baik seluruhnya atau sebagian, untuk dosa-dosa yang sudah diampuni dalam sakramen pengakuan dosa.

Dengan kata lain, indulgensi dapat menghapuskan seluruhnya atau sebagian dari siksa dosa yang masih harus kita tanggung setelah kematian dalam proses pemurnian yang dikenal sebagai api penyucian (purgatorium).

Nah, karena ditujukan untuk penghapusan/pengurangan siksa dosa di Api Penyucian inilah, maka indulgensi juga dapat diperoleh selain untuk jiwa kita sendiri, juga untuk jiwa-jiwa orang lain yang telah meninggal yang kita doakan.

Karena bukan hanya kita sendiri saja yang memerlukan penghapusan ini, namun juga terutama jiwa-jiwa lain yang telah mendahului kita, yang sedang menjalani proses pemurnian setelah kematian, sebelum mereka dapat bersatu dengan Tuhan di Surga (Lih. KGK 1471).

Membantu yang Sudah Meninggal

Dalam merayakan peringatan hari semua orang beriman, Gereja Katolik juga mengadakan Misa. Kita di dunia dapat membantu jiwa-jiwa menderita di api penyucian dengan doa, amal, perbuatan-perbuatan baik, dan khususnya dengan Misa.

Tindakan-tindakan kita itu dapat membantu mengurangi masa tinggal mereka di api penyucian. Kita yakin bahwa mereka akan menjadi pendoa bagi kita kepada Tuhan. Kita menolong mereka dan mereka menolong kita yang masih berziarah di dunia ini.

Kita sebagai umat Kristiani perlu menyadari makna peristiwa kematian menurut ajaran iman kita. Kematian merupakan puncak kehidupan, hidup kita tidak dihilangkan/dilenyapkan melainkan diubah. Kita harus percaya bahwa sesudah perjalanan di dunia ini selesai, akan terdapat kediaman abadi di surga. Kematian bagi kita merupakan saat di mana kita harus mempercayakan seluruh diri kita kepada Kristus.

Baca juga: Doa Harian Katolik, Doa Bagi Kesucian Imam

Oleh sebab itu, pada peringatan hari arwah semua orang beriman ini, ada baiknya kita berdoa dan memohon kepada Tuhan, agar saudara-saudari kita yang telah meninggal dunia dapat disucikan dari segala dosa-dosanya, dibebaskan dari hambatan, dan dapat menikmati kebahagiaan yang kekal bersama dengan Tuhan dan para kudus di surga.

Hari peringatan ini juga memberikan penghiburan bagi kita, bahwa suatu saat nanti kita akan berjumpa kembali dengan mereka yang telah mendahului kita. Ingatlah bahwa setiap dari kita pasti mempunyai saudari-saudara yang telah dipanggil Tuhan, maka ini kesempatan yang diberikan Gereja untuk mendoakan sanak keluarga yang telah meninggal dunia.

Mengapa mendoakan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal?

1. Api penyucian

Alasan pertama mendoakan orang yang sudah meninggal yaitu karena umat Katolik percaya dengan adanya api penyucian. Api penyucian atau purgatorium adalah ‘tempat’ atau proses di mana kita disucikan.

Gereja Katolik mengajarkan tentang hal ini di dalam Katekismus Gereja Katolik # 1030-1032. Dengan bantuan doa-doa kita, mereka yang sedang berada di api penyucian dapat diselamatkan oleh Allah.

2. Kita disucikan agar layak bertemu dengan Tuhan

Dengan mendoakan, orang meninggal disucikan agar layak bertemu dengan Tuhan.

Hal itu merujuk pada perikop Kitab Suci yang berbunyi, “Tidak akan masuk ke dalamnya (surga) sesuatu yang najis” (Why 21:27) sebab Allah adalah kudus, dan kita semua dipanggil kepada kekudusan yang sama (Mat 5:48; 1 Pet 1:15-16). Sebab tanpa kekudusan tak seorang pun dapat melihat Allah (Ibr 12:14).

Dengan berdoa, kita mohon kemurahhatian Allah untuk mengampuni mereka yang ada di api penyucian agar layak berjumpa dengan Tuhan.

3. Persekutuan semua umat beriman

Gereja Katolik mendoakan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal karena adanya Persekutuan Orang Kudus yang tidak terputuskan oleh maut.

“Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, atau pun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rm 8:38-39).

Oleh karena itu, jika kita mengetahui adanya kemungkinan anggota keluarga kita masih dimurnikan di api penyucian, maka kita yang masih hidup dapat mendoakan mereka secara khusus dengan mengajukan intensi Misa kudus.

“Kita berdoa bagi orang yang sudah meninggal agar mereka dibebaskan dari dosa-dosa mereka.” (2 Mak 12:42-46)

4. Adanya kebangkitan

Alasan terakhir adalah karena kita percaya adanya kebangkitan.

“Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan” (1Kor 15:13).

Dengan kata lain, orang yang tidak percaya akan kebangkitan badan, tidak percaya akan Kristus yang telah bangkit. Karena “jikalau kita percaya bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.” (1Tes 4:13-14).

5 Dasar Alkitabiah

1 Raja-raja 17:17-24.

Perikop ini mengisahkan tentang Nabi Elia yang menghidupkan kembali anak seorang janda di Sarfat. Dalam kisah tersebut jelas ditegaskan bahwa anak itu sebelumnya memang sudah meninggal karena ia tidak memiliki nafas hidup (bdk. ay 17). Menurut kepercayaan bangsa Israel, nafas hidup adalah penentu kehidupan seorang manusia (bdk Kej 2:7). Kemudian Elia berdoa dan memohon kepada Tuhan agar memulangkan nafas hidup anak itu (bdk. ay 21). Akhirnya, berkat doa Elia anak itu hidup kembali (bdk. ay 22).

2 Raja-raja 4:18-37

Perikop ini mengisahkan tentang Nabi Elisa yang menghidupkan kembali anak seorang perempuan di Sunem. Dalam kisah tersebut ditegaskan bahwa anak itu sebelumnya memang sudah mati (bdk. ay 20.32) karena tidak ada suara dan tanda-tanda bahwa anak itu masih hidup (bdk ay 31). Namun berkat doa Elisa untuk anak yang sudah mati itu (bdk. ay 33) akhirnya anak itu dapat hidup kembali (bdk ay 35).

1 Raja-raja 17:17-24

Yudas Makabe yang mempersembahkan korban penghapusan dosa bagi orang-orang yang gugur dalam pertempuran. Dari kisah itu terlihat bahwa orang-orang yang gugur itu memang sudah mati karena jenazah mereka akan dibawa pulang untuk dikebumikan di pekuburan nenek moyang mereka (bdk. ay 39).

Namun sebelum dikebumikan, ditemukan sebuah jimat dari berhala-berhala kota Yamnia pada setiap jenazah. Hal tersebut merupakan dosa pelanggaran terhadap hukum Taurat (bdk. ay 40). Maka demi keselamatan orang-orang itu, Yudas Makabe mengajak semua pasukannya untuk mendoakan mereka agar dosa mereka diampuni oleh Tuhan (bdk. ay 42).

Ia juga mengumpulkan uang dari antara pasukannya untuk dikirim ke Yerusalem, agar dipersembahkan korban penghapus dosa bagi mereka (bdk ay 43). Yudas Makabe melakukan semua itu karena ia percaya akan kebangkitan badan dan pengampunan dosa orang mati (bdk. ay 44-45).

2Makabe 12:43

Karena Kitab Suci mengajarkan bahwa mendoakan orang-orang yang sudah meninggal adalah “sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat” (2Mak 12:43). Saat itu, Yudas Makabe mempersembahkan korban penghapus dosa ke bait Allah, untuk memohonkan pengampunan dosa bagi saudara- saudara sebangsanya yang telah wafat dalam pertempuran. Sebab sebelumnya, anak buah Yudas menemukan di bawah jubah setiap jenazah itu jimat dan berhala kota Yamnia. Hal ini melanggar hukum Taurat.

Yudas berbelas kasih kepada sesama saudara sebangsanya dan memikirkan kebangkitan mereka. Maka ia mengumpulkan uang untuk dipersembahkan di bait Allah di Yerusalem sebagai korban penebus salah bagi mereka (lih. 2Mak 12:38-45).

Kitab 1 dan 2 Makabe telah termasuk dalam Kitab Suci—yaitu dalam Perjanjian Lama—sejak Gereja Katolik melalui Paus Damasus I menentukan kanonnya di tahun 382. Tentang hal ini, St. Agustinus di sekitar abad yang sama mengajarkan:

“Kita membaca di kitab Makabe bahwa korban dipersembahkan untuk orang-orang meninggal (2Mak 39-43). Tapi bahkan jika tidak ditemukan di mana pun di kitab-kitab Perjanjian Lama, otoritas Gereja universal yang jelas tentang hal ini tidak dapat diremehkan, ketika dalam doa-doa imam yang dicurahkan kepada Tuhan Allah di altar-Nya, pemasrahan jiwa-jiwa orang meninggal terjadi.”

Yoh 11:17-44

Perikop ini mengisahkan tentang Yesus yang menghidupkan kembali Lazarus. Dalam kisah ini ditegaskan bahwa Lazarus benar-benar sudah meninggal. Hal ini karena ia “telah empat hari berbaring di dalam kubur” (bdk. ay 17) dan ia “sudah berbau” (bdk. ay 39). Namun berkat doa Yesus untuk Lazarus yang sudah mati itu, pada akhirnya Lazarus dapat hidup kembali (bdk. ay 41-44).

Kis 9:36-42

Perikop ini mengisahkan tentang Petrus yang menghidupkan kembali Tabita. Kisah ini jelas menegaskan bahwa Tabita ini memang sudah meninggal, karena ia sudah dimandikan dan mayatnya dibaringkan di ruang atas (bdk. ay 37). Namun berkat doa Petrus Tabita dapat hidup kembali (bdk. ay 40).

(Dikumpulkan dari berbagai sumber)

Ikuti berita Pos-kupang.com di GOOGLE NEWS

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved