Berita Timor Tengah Selatan

STKIP SoE Resmi Berubah Bentuk Menjadi Institut Pendidikan SoE

Perubahan bentuk dari STKIP menjadi IPS tentu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi masyarakat TTS dan keluarga besar Yayasan Perguruan Tinggi SoE

Editor: Edi Hayong
POS KUPANG.COM/ADRIANUS DINI
POSE BERSAMA - Pengurus STKIP SoE dan undangan lain pose bersama. Untuk diketahui bahwa Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah XV menyerahkan SK izin perubahan bentuk STKIP SoE menjadi Institut Pendidikan SoE, Sabtu 22 Oktober 2022. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Adrianus Dini

POS-KUPANG.COM, SOE - Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah XV atau LLDIKTI XV NTT menyerahkan SK izin perubahan bentuk dari sebelumnya STKIP SoE menjadi Institut Pendidikan SoE pada Sabtu 22 Oktober 2022.

Penyerahan SK Mendikbudristek Nomor 714/E/0/2022 tentang izin perubahan bentuk STKIP SoE menjadi Institut Pendidikan SoE (IPS) oleh LLDIKTI XV NTT kepada Ketua Yayasan Perguruan Tinggi SoE (YPTS) berlangsung di ruang A Institusi Pendidikan SoE.

Wakil ketua Pengurus Yayasan Perguruan Tinggi SoE , Pendeta Olif Kause, S.Th.M.Th dalam sambutannya menyampaikan proficiat kepada STKIP SoE yang telah mengalami perubahan bentuk menjadi Institut Pendidikan soE (IPS).

"Perubahan bentuk dari STKIP menjadi IPS tentu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi masyarakat TTS dan keluarga besar Yayasan Perguruan Tinggi SoE," ungkapnya.

Dia menjelaskan pengalihan bentuk dari STKIP menjadi Institut Pendidikan berlangsung selama 2 tahun. Hal tersebut berkat dukungan dari banyak pihak. Mulai dari pembina, pengurus hingga pengelola Institut.

"STKIP SoE yang telah berubah bentuk menjadi Institut Pendidikan SoE hadir untuk menjawab pergumulan masyarakat kabupaten TTS. IPS membantu masyarakat TTS untuk menjangkau pendidikan secara lebih cepat dan dekat," imbuhnya.

STKIP SoE ungkap Pendeta Kause, mengalami penambahan mahasiswa setiap tahun. Sejak berdiri di tahun 2013 sudah dilangsungkan wisuda sebanyak 5 kali. Dia menyebut ada 200 lebih alumni STKIP Soe dan sekarang mahasiswanya berjumlah 540 lebih.

"Perubahan yang ada mengharuskan tanggung jawab yang lebih besar lagi bagi pengelola pendidikan. Hal itu harus dijadikan semangat untuk menumbuhkan mutu pendidikan tinggi di kabupaten TTS yang kreatif dan inovatif," katanya.

"Kita akan terus berbenah dalam peran dan tanggung jawab masing-masing dengan segala keterbatasan yang ada," tambahnya.

Yayasan Perguruan Tinggi Soe ungkap Pendeta Kause, menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung penyelenggaraan STKIP Soe yang telah berubah status menjadi Institut Pendidikan Soe.

Sementara Kepala LLDIKTI Wilayah XV, Prof. Dr. Adrianus Amheka, ST.,M.Eng dalam sambutannya yang dibacakan Kabag Umum LLDIKTI Wilayah XV, Abdurrahman Abdullah menyampaikan proficiat atas diterbitkannya SK Mendikbudristek tentang Perubahan Bentuk dari STKIP Soe menjadi Institut Pendidikan Soe. 

"Saya juga mengapresiasi langkah maju yang telah dilakukan oleh Rektor Institut Pendidikan Soe bersama Yayasan Perguruan Tinggi Soe dalam rangka peningkatan Kapasitas Perguruan Tinggi yang semula dari Sekolah Tinggi menjadi Institut," ungkapnya.

Langkah maju yang telah dilakukan ini, tambahnya harus diikuti dengan upaya peningkatan Mutu Perguruan Tinggi dalam segala Aspek. Yang menjadi prioritasnya adalah Pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi.

Selaku Kepala LLDikti Wilayah XV dia menyampaikan, pihaknya sangat menaruh perhatian dan akan terus melakukan akselerasi secara massif dan terukur untuk selalu meningkatkan mutu Pendidikan Tinggi di Nusa Tenggara Timur.

"Tentu hal ini tidak dapat dilakukan sendiri oleh LLDikti Wilayah XV atau oleh PTS sendiri akan tetapi upaya ini harus dilakukan secara kolaboratif dan sinergis bersama-sama dengan seluruh stakeholder Pendidikan Tinggi. Intinya, upaya ini membutuhkan komitmen bersama antara LLDikti Wilayah XV, PTS dan juga Pemda Provinsi/Kabupaten/Kota," tandasnya.

Dia mengungkapkan, dalam hal penyiapan lulusan PT yang berkualitas untuk menjawab tuntutan Revolusi Indsutri 4.0 dan Society 5.0 maka pihaknya akan selalu mendorong PTS untuk menerapkan Merdeka Belajar Kampus Merdeka melalui 8 Platform Merdeka Belajar. 

"Mahasiswa tidak hanya dibekali teori tetapi selama mereka belajar juga harus dibekali dengan pengetahuan aplikatif melalui praktek di DUDI," paparnya.

Adapun 8 Platform Merdeka Belajar yang dimaksud di antaranya:

Pertama, Mahasiswa melaksanakan Magang/praktek kerja pada perusahaan, organisasi nirlaba, organisasi multilateral, institusi pemerintah, ataupun perusahaan rintisan (startup company);

Kedua, Proyek di desa. Melalui wadah proyek sosial/pengabdian kepada masyarakat untuk pemberdayaan masyarakat pedesaan/daerah terpencil dalam membangun ekonomi rakyat, infrastruktur, dan lain-lain;

Ketiga, Asistensi mengajar pada satuan pendidikan selama beberapa bulan baik di Kota/daerah terpencil;

Keempat, Pertukaran pelajar, dengan mengambil kelas atau semester di PT baik dalam/luar negeri berdasarkan perjanjian kerja sama antar PT atau pemerintah;

Kelima, Penelitian/Kegiatan riset akademik yang dilakukan di bawah pengawasan dosen;

Keenam, mengembangkan kegiatan kewirausahaan secara mandiri dengan strategi kongkrit dan nyata;

Ketujuh, Studi/Proyek independent mahasiswa dalam mengembangkan proyek yang diinisiasi secara mandiri selanjutnya mengikuti lomba berbagai tingkat yang relevan dengan keilmuannya secara mandiri/bersama sama dengan mahasiswa lain;

Kedelapan, Proyek kemanusiaan. kegiatan sosial/pengabdian kepada masyarakat/untuk sebuah yayasan atau organisasi kemanusiaan baik dalam/luar negeri dalam berbagai bentuk yang disetujui PT.

Selain delapan hal tesebut, kata Adrianus, pihaknya berharap setiap PT juga mengimplementasikan kebijakan antiintoleransi, antikekerasan seksual, antiperundungan, dan antikorupsi dalam mata kuliah atau kegiatan lainnya yang relevan.

Selanjutnya Rektor Institut Pendidikan Soe, Ared Jonathan Billik, S.T. M.Si menyampaikan, di TTS setiap tahun lulus sekitar 4.000 lulusan SMA/SMK dan dari lulusan tersebut sekitar 1.000 lebih lulusan yang melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.

"Sebagai pengelola IPS tentu kami berkewajiban membantu pemerintah dan masyarakat dengan mengembangkan STKIP menjadi Institut Pendidikan. Dengan menjadi Institut kita dapat menambah lagi beberapa rumpun keilmuan, sehingga membuka banyak kemungkinan bagi putra-putri TTS," jelasnya.

Dia menyebut pihaknya sedang melihat program pendidikan yang cocok dengan situasi kabupaten Timor Tengah Selatan untuk selanjutnya ditambahkan lagi di IPS.

"TTS mayoritas penduduknya petani sehingga kita coba mengembangkan beberapa program study ke depan baik di bidang pertanian maupun pariwisata. Kita mengusulkan Agro teknologi karena kita ingin kembangkan pertanian dataran tinggi. Hal tersebut cocok dengan geografis Kabupaten TTS," ujarnya.

Setelah perubahan bentuk menjadi Institut ini Ared mengharapkan agar orang tua di TTS menyekolahkan anak-anak mereka di Soe saja. Hal tersebut sebagai bentuk upaya penghematan biaya ketimbang harus melanjutkan pendidikan di luar TTS. Dirinya menyebut keluarga dengan ekonomi lemah turut terbantu dengan keberadaan Institut pendidikan Soe ini. 

Turut hadir dalam acara penyerahan SK ini, Forkopimda Kabupaten TTS, pengurus Yayasan Perguruan Tinggi Soe, para dosen, civitas akademika dan undangan lainnya. (Cr12)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved