Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Sabtu 17 September 2022, Kebangkitan Orang Mati
Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RP. Markus Tulu dengan judul Kebangkitan Orang Mati.
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RP. Markus Tulu dengan judul Kebangkitan Orang Mati.
RP. Markus Tulu menulis Renungan Harian Katolik ini merujuk 1Korintus 15:35-37 42-49, dan bacaan Injil Lukas 8:4-15.
Di akhir Renungan Harian Katolik ini disediakan pula teks lengkap bacaan Sabtu 17 September 2022 beserta mazmur tanggapan dan bait pengantar Injil.
Ketika kita hendak memahami soal kebangkitan orang mati dalam pandangan kekristenan, maka baik bagi kita untuk terlebih dahulu melihat hubungan Kristus dengan jemaat-Nya.
Kristus yang adalah kepala jemaat telah dibangkitkan dari antara orang mati sebagai yang sulung dari antara orang-orang yang telah meninggal dunia.
Sampai di sini kita memahami kebangkitan orang mati itu demikian, "ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan; ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan; ditaburkan dalam kelemahan dibangkitkan dalam kekuatan; yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah."
Di sinilah letaknya misteri kematian dan kebangkitan itu. Tentu saja berbicara tentang keyakinan berarti berbicara tentang hati.
Berbeda sekali dengan kita berbicara tentang pertimbangan-pertimbangan budi. Karena pertimbangan budi umumnya menuntut pembuktian-pembuktian ilmiah.
Berbicara tentang kebangkitan orang mati bisa dianalogikan dengan benih yang ditaburkan ke ladang. Di mana benih itu harus mati dahulu baru kemudian tumbuh dan menghasilkan buah.
Bahwa benih itu tumbuh dengan subur atau tidak sangat ditentukan oleh lahan di mana tempat benih itu ditaburkan.
Hal ini dalam kehidupan beriman sangat berkaitan erat dengan lahan batin kita. Apakah lahan batin kita itu adalah tempat yang baik dan membuat benih bertumbuh dengan subur atau sebaliknya, sangat ditentukan oleh tanggung jawab setiap kita dalam mengolah hidup.
Di sini kita dipanggil untuk merawat kehidupan kita sebijaksana mungkin. Agar kita memperoleh sukacita hidup tidak hanya di dunia akhirat yakni setelah kita mati dan bangkit. Tapi rahmat sukacita hidup itu sudah sungguh kita alami sejak kita masih hidup di bumi fana ini.
Teks Lengkap Bacaan Renungan Harian Katolik Sabtu 17 September 2022

Bacaan Pertama: 1 Korintus 15:35-37,42-49
Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan.
Bacaan dari Surat Pertama Santo Paulus kepada umat di Korintus:
Saudara-saudara, mungkin ada orang bertanya, “Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apa mereka akan datang kembali?” Hai orang bodoh! Benih yang kautaburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, jika tidak mati dahulu.
Dan yang kautaburkan itu bukanlah rupa tanaman yang akan tumbuh, melainkan biji yang tidak berkulit, umpamanya biji gandum atau biji lain. Demikian pulalah halnya dengan kebangkitan orang mati: Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam kemuliaan; ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan.
Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah. Seperti ada tertulis, ‘Manusia pertama, Adam, menjadi makhluk yang hidup.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 16 September 2022, Mati dan Bangkit Bersama Kristus
Tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan’. Tetapi yang mula-mula datang, bukanlah yang rohaniah, melainkan yang alamiah; barulah kemudian yang rohaniah. Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani; manusia kedua berasal dari surga.
Makhluk-makhluk alamiah sama dengan yang berasal dari debu tanah, dan makhluk-makhluk surgawi sama dengan Dia yang berasal dari surga. Jadi seperti kini kita mengenakan rupa dari manusia duniawi, demikian pula kita akan mengenakan rupa dari yang surgawi.
Demikianlah Sabda Tuhan
U: Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan: Mzm. 56:10,11-12,13-14
Refr. Aku berjalan di hadapan Allah dalam cahaya kehidupan.
1. Musuhku akan mundur pada waktu aku berseru; aku yakin bahwa Allah berpihak kepadaku.
2. Kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Tuhan, yang sabda-Nya kujunjung tinggi, kepada-Nya aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadapku?
3. Nazarku kepada-Mu, ya Allah, akan kupenuhi dan kurban syukur akan kupersembahkan kepada-Mu. Sebab Engkau telah meluputkan daku dari maut, dan menjaga kakiku, sehingga tidak tersandung; sehingga aku boleh berjalan di hadapan Allah dalam cahaya kehidupan.
Bait Pengantar Injil: Alleluia
U: Alleluia.
Berbahagialah orang yang menyimpan sabda Allah dalam hati yang baik dan tulus ikhlas dan menghasilkan buah dalam ketekunan.
Bacaan Injil: Lukas 8:4-15
Yang jatuh di tanah yang baik ialah orang yang mendengar sabda itu dan menyimpannya dalam hati, dan menghasilkan buah dalam ketekunan.
Banyak orang datang berbondong-bondog dari kota-kota sekitar kepada Yesus. Maka Yesus berkata dalam suatu perumpamaan, “Adalah seorang penabur keluar menaburkan benih.
Waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak-injak orang dan dimakan burung-burung di udara sampai habis.
Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan tumbuh sebentar, lalu layu karena tidak mendapat air. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, sehingga terhimpit sampai mati oleh semak-semak yang tumbuh bersama-sama.
Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, lalu tumbuh dan berbuah seratus kali lipat.” Sesudah itu Yesus berseru, “Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah mendengar.”
Para murid menanyakan kepada Yesus maksud perumpamaan itu. Yesus menjawab, “Kalian diberi karunia mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi hal itu diwartakan kepada orang lain dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat, dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti.
Inilah arti perumpamaan itu: benih itu ialah Sabda Allah. Yang jatuh di pinggir jalan ialah orang yang telah mendengarnya, kemudian datanglah Iblis, lalu mengambil sabda itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan.
Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu, ialah orang yang setelah mendengar sabda itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar. Mereka hanya percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad.
Yang jatuh dalam semak duri, ialah orang yang mendengar sabda itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran, kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga tidak menghasilkan buah yang matang.
Yang jatuh di tanah yang baik ialah orang yang mendengar sabda itu dan menyimpannya dalam hati yang baik, dan menghasilkan buah dalam ketekunan.”
Demikianlah Sabda Tuhan
U: Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik lainnya
Ikuti berita Pos-kupang.com di GOOGLE NEWS