Berita Kota Kupang

Prof. Apris Adu Jadi Guru Besar Undana Kupang, Rektor Max Sanam Bangga

Ia menyampaikan terima kasih dan mengapresiasi kepada semua pihak karena Undana kembali melahirkan satu lagi guru besar.

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/IRFAN HOI
Prof. Dr Apris A.Adu, S.Pt.,M.Kes 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi

POS-KUPANG.COM, KUPANG -  Rektor Universitas Nusa Cendana atau Undana Kupang, Dr drh. Maxs U. E. Sanam, M Sc mengukuhkan Prof. Dr Apris A.Adu, S.Pt.,M.Kes sebagai guru besar bidang ilmu kesehatan masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Undana.

Rektor Max Sanam mengaku bangga dengan pencapaian mantan mahasiswanya itu. Rektor Max berkisah, Prof Apris merupakan mahasiswanya di fakultas peternakan Undana. Selain itu, ia juga menjadi penguji dalam ujian tertutup doktoral di Universitas Airlangga

Rektor Max menceritakan kisahnya itu, dalam pidatonya usai pengukuhan yang berlangsung, Jumat 12 Agustus 2022 di auditorium Undana Kupang.

Baca juga: 3.482 Calon Mahasiswa Lulus Seleksi Jalur SBMPTN Undana Kupang

 "Saya harus mengatakan jujur, tahun 2017 saya diminta untuk menjadi penguji dalam ujian tertutup S3 di Universitas Erlangga dan ternyata profesornya lebih cepat, pada hal Prof Apris adalah anak didik saya di Peternakan. Ini menjadi kebanggaan bagi seorang guru ketika melihat anak didiknya lebih sukses. Meski belum bergelar prof tapi minimal saya sudah menjabat rektor," kata Max Sanam. 

Meski demikian, ia juga sudah mengajukan diri ke kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek Dikti) untuk dikukuhkan menjadi guru besar.

"Sebagai pimpinan, saya sudah mengajukan syarat menjadi guru besar. Para dosen dengan gelar doktor berproses pengajuannya karena akan memberikan dampak positif jika lebih banyak guru besar di Undana. Selain itu, dosen dengan gelar S2 juga harus lanjut ke jenjang lebih tinggi. Jangan jadi dosen biasa saja karena berpengaruh kepada mutu pendidikan," sebutnya.

Ia menyampaikan terima kasih dan mengapresiasi kepada semua pihak karena Undana kembali melahirkan satu lagi guru besar.

Guru besar bidang ilmu kesehatan masyarakat Undana ini berawal dari teknisi atau staf biasa namun dapat mewujudkan prestasi yang luar biasa dibidang akademik. Menjadi Profesor saat ini teramat sulit. 

Baca juga: Meriahkan HUT Ke-29, Prodi Pendidikan Kimia Undana Kupang Gelar Lomba Microteaching Se-NTT

Baginya, guru besar ini juga merupakan yang pertama dan satu-satunya di fakultas kesehatan masyarakat Undana.

Pencapaian ini merupakan titik awal dalam untuk mendidik dan melahirkan karya-karya sebagai lokomotif pendidikan. 

Ia menjelaskan, profesor merupakan kepemimpinan intelektual di sebuah perguruan tinggi. Pada kesempatan itu ia membeberkan sebanyak lima tipe profesor di dunia. Dari lima tipe tersebut memiliki cara kerja berbeda sesuai dengan tipenya.

Untuk itu, ia mengajak semua profesor bekerja dan berkarya mengembangkan Undana lebih baik lagi.

Dalam waktu dekat, kata dia, akan dilakukan visitasi dari lembaga akreditasi sehingga dengan adanya guru besar ini bisa memberikan nilai tambah bagi status akreditasi fakultas.

Dengan keberhasilan Prof Apris, diharapkan menjadi contoh dan motivasi bagi dosen-dosen bergelar doktor untuk diusulkan menjadi guru besar

"Saat ini tercatat Undana memiliki 39 Prof namun 19 lainya tidak aktif lagi karena pensiun dan telah meninggal dunia. Dalam waktu dekat ada yang pensiun maka para dokter segera diusulkan," tuturnya. 

Baca juga: Dosen Undana Kupang Sebut Ramos Horta Akan Lebih Terbuka Terkait Kerjasama Ekonomi Multilateral

Untuk meningkatkan mutu pendidikan, pihaknya menyepakati untuk mendorong para dosen lainnya agar dapat melanjutkan studi ke jenjang S3 karena bisa terjadi krisis doktor dan profesor yang bisa mengakibatkan turunnya status dan mutu pendidikan. 

"Kita memang maju tapi lambat sedangkan universitas lain bergerak lebih cepat. Untuk itu kita harus bergerak cepat untuk mengantisipasi hal ini," sebut dia. 

Dikesempatan itu, Prof Apris A. Adu,  menyebut perjalanannya meraih predikat ini tidak dengan hal mudah. Dibutuhkan kerja keras doa juga melibatkan semua orang.  

Dirinya diterima dan diangkat sebagai PNS golongan 2A menjadi sebagai staf administrasi. Golangan tersebut setara dengan ijasah SMA maka, harus menyesuaikan pendidikan lagi.

Semangat merubah nasibnya pun tak pernah surut. Dengan kemampuan keuangan yang pas-pasan, ia bertekad melanjutkan pendidikan nya ke jenjang strata dua (S2) dan berlanjut ke S3. 

"Puji Tuhan karena setelah saya menyelesaikan doktor 2017, terdapat 6 jurnal bereputasi dihasilkan serta didukung dengan track record pemenuhan kebutuhan dari segi penunjang, pengabdian, pembelajaran dan didikan serta inpirasi yang dihasilkan melalui penelitian sehingga 1 tahun 27 hari bisa dikukuhkan menjadi guru besar," kata dia berkisah. 

Keberhasilan tertinggi dibidang akademik itu diakui bukan karena kemampuannya semata namun terdapat banyak pihak yang turut serta mengantarkan meraih gelar profesor itu.

Prof Apris menyebut perjuangannya tidak luput dari kendala dan masalah yang dihadapi. Tantangannya yakni dirinya berlatar belakang  tenaga kependidikan bukan pendidik sehingga membutuhkan kerja keras dan banyak penyesuaian.

"Awalnya saya tidak memiliki mimpi menjadi guru besar karena yang jadi guru besar itu minimal harus tenaga pendidik bukan staf administrasi. Tapi saya nekat dengan bermodalkan ijin belajar saya melanjutkan S2 tahun 2014. Waktu itu saya berpikir ketika selesai hanya bisa digunakan untuk sosial saja namun ketika selesai, ada kebijakan pemerintah pusat untuk pemutihan ijazah dengan status ijin belajar," sebutnya.

"Dari sekian banyak dosen yang mengajukan pemutihan, terdapat 13 nama yang keluar untuk diakomodir sebagai tugas belajar salah satunya saya," tambah dia. 

Kepercayaan diri menjadi dosen pun mulai menguat dan mendapat dukungan dari berbagai pihak dan sejumlah profesor. Salah satunya adalah Prof Agus Benu yang saat itu mengatakan bahwa dirinya akan menjadi guru besar.

Selain itu, motivasi yang mendorongnya untuk terus belajar adalah Prof Alo Liliweri karena latar belakang keduanya sama-sama berasal dari tenaga kependidikan.

"Banyak orang yang menyebut bahwa saya akan menjadi guru besar. Saya juga melihat latar belakang prof Alo yg sudah menjadi guru besar, memicu saya untuk terus belajar dan berkarya dan hari ini sejarah mencatat saya menjadi guru besar," kata Prof. Apris. 

Setelah dikukuhkan, tak lupa ia berpesankan kepada akademisi lainnya yang juga memiliki kemampuan namun belum menjadi guru besar karena prestasi tertingga dalam akademik itu bisa diraih jika ingin bekerja keras.

 "Kita harus kembali kepada tujuan awal kita sebagai dosen yaitu penelitian, pengajaran dan pengabdian kepada masyarakat. Kita harus memperkuat tri darma, menghabiskan waktu untuk riset bersama menghasilkan jurnal internasional bereputasi sebagai syarat menjadi profesor dan mengaplikasikan ilmu kepada anak didik," imbaunya. 

Acara diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dilanjutkan dengan membacakan Surat Keputusan (SK) Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek Dikti), Nadiem Makarim, nomor 36641/MPK.A/KP.05.01/2022 Tanggal 7 Juni 2022, pembacaan riwayat hidup dan akadmik serta pengukuhan oleh rektor Undana.

Pria kelahiran Oebobo 13 Agustus 1976, diberikan kesempatan untuk menyampaikan pidatonya tentang "Peranan Biologi Molekuler Jaringan (Ekspresi Protein Bcl-2  dan P53 Wild) sebagai Indikator Karsinogen, dalam pencegahan perubahan pola makan yang mengandung Senyawa nitrosamine" yang merupakan tradisi akademik di lingkungan Undana

Pengukuhan itu dihadir seluruh anggota senat, pegawai dan staf serta mahasiswa Undana. Tampak hadir pula ratusan keluarga, dengan mengenakan busana adat Rote dipadu dengan baju berwarna ungu. (*)

Ikuti berita Pos-kupang.com di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved