Berita Kupang
Ini Penjelasannya Soal Stunting Bukan Berarti IQ Rendah
yang stunting itu bukan berarti memiliki IQ yang rendah dan orang yang stunting itu pendek tetapi otaknya baik. Jadi stunting itu hanya fisik tapi
Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM, KUPANG -- "Orang yang stunting itu bukan berarti memiliki IQ yang rendah dan orang yang stunting itu pendek tetapi otaknya baik. Jadi stunting itu hanya fisik tapi tidak selamanya juga orang stunting itu punya IQ rendah,".
Hal ini disampaikan Dr. Lulu Lusianti Fitri,M.Sc dari ITB pada acara seminar peduli dan sadar stunting bagi guru serta orang tua di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Teknologi Bandung (ITB). Seminar ini berlangsung di Hotel Swiss Bellcourt, Senin 8 Agustus 2022.
Lulu menyampaikan materi tentang perkembangan otak dan kognisi pada anak.
Menurut Lulu, orang stunting atau pendek tapi otaknya baik. Jadi stunting bukan berarti IQ seseorang rendah.
"Jadi stunting itu bukan berarti IQ rendah, cuma fisik saja. Memang ada juga stunting yang berpengaruh pada IQ," kata Lulu.
Dikatakan, anak stunting itu pendek,tetapi membaca dengan lancar, olahraga mantap serta daya pikir bagus, bahkan ketika ditanya langsung dijawab.
Lulu juga memaparkan soal otak manusia dan juga periode kritis untuk perkembangan otak anak, yakni mulai dari penglihatan, kontol emosi, habits, social skill,logic dan relative quanty.
Dia mengatakan, peserta seminar juga akan melakukan simulasi untuk mengukur otak (kognisi)
Neuroplastis sesuai usia, yakni saraf anak-anak mulai usia 1 tahun, 7 tahun, 12, 30 hingga 70 tahun.
Sementara itu pemateri lainnya, Shanty Rahayu Kusumawardani,S.Pd,M.Si tampil dengan materi membangun kognisi siswa melalui pembelajaran bermakna.
Menurut Shanty, anak di usia 18-24 bulan masih tahap sensorik motorik, 2-7 tahun pra operasional 7-11 tahun tahap operasional konkrit dan 12 tahun ke atas tahap operasional formal.
"Pembelajaran bermakna itu yakni ketika siswa memperoleh pengetahuan kemudian kita memberikan pengetahuan yang baru dan diterima oleh panca indera dan siswa mengingatnya sampai kapan pun," katanya.
Shanty merincikan soal prinsip-prinsip pengajaran untuk mencapai pembelajaran bermakna, yaitu mempertimbangkan pengetahuan sebelumnya. Kemudian memberikan kegiatan yang dapat meningkatkan minat siswa, menciptakan iklim harmonis di mana siswa merasa percaya diri dan percaya kepada gurunya.
Berikan kegiatan yang memungkinkan siswa untuk berpikir, bertukar ide dan berdiskusi dan dijelaskan melalui contoh serta membimbing mereka selama proses pembelajaran.
Ada juga simulasi kognisi bagi anak, seperti menyusun puzzle, berhitung, bermain peran, bermusik dan bermain susun bentuk geometri.
Pada sesi diskusi,