Berita NTT
Hati-hati Penyakit ASF atau Demam Babi Afrika, Ini Karena Kunjungan antar Ternak
penyakit yang terbawa oleh virus dan kita harus hati-hati Demam Babi Afrika. Kunjungan antar ternak ini harus hati-hati.
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Selama saya jadi mahasiswa sampai pada pimpinan di Politani, baru kalau ini saya dapat penyakit ASF African Swine Fever atau Demam Babi Afrika itu. Dulu-dulu tidak begini. Jadi ini memang suatu penyakit yang terbawa oleh virus dan kita harus hati-hati. Kunjungan antar ternak ini harus hati-hati.
Tapi saya lihat sekarang ini di NTT sudah mulai berkurang, sudah mulai pulih. Masyarakat juga sudah mulai kembali mencari bibit untuk beternak kembali. Tapi sekarang kita harus memberikan penyuluhan ke masyarakat.
Kita harus bikin yang namanya bio sekuriti. Ini seperti kita kemarin waktu pandemi covid-19 yang ktia kemana-mana harus lewat satu ruang dan disemprot oleh disinfektan. Jadi antar peternak kita harus bikin itu. Jadi ada pengamanan di depan, kita semprot jadi tidak langsung ke kandang.
Untuk obat, saya juga belum tauh ada vaksin khusus ASF. Kalau kemarin ada penyakit hokolera, itu sudah ada vaksinnya. Untuk ASF saya juga belum tauh, mungkin di teman-teman kedokteran hewan sudah ada. Secara pribadi saya belum lihat.
Baca juga: Kaboax Hibur Peserta African Swine Fever atau ASF di Aula El Tari Kantor Gubernur NTT
Bagi pemerintah, saya melihat teman-teman di dinas dan laboratorium bisa optimal. Kita punya daerah ini hampir semua punya poskeswan harus lebih efektif, tapi kami juga belum tauh bagaimanan kebijakan dinas peternakan di provinsi dan kabupaten untuk mengaktifkan poskeswan ini.
Poskeswan ini sebagai ujung tombak kita dilapangan untuk memonitor bagaimana ada penyakit baru yang menular jadi kita harus aktifkan poskeswan ini. Kalau kerjasama oleh Pemda NTT dan Australia ini sudah banyak. Ini mungkin yang kesekian kalinya.
Hokolera kemarin itu juga dengan Australia. Itu juga berjalan hingga adanya vaksin. Sekarang ASF ini, saya rasa kalau ada kerjasama dengan Australia, mudah-mudahan manajemen dalam arti pengaturan kerjasama itu lebih rill dan cepat dirasakan oleh masyarakat atau peternak dilapangan.
Kita di NTT ternak babi itu selain ternak yang komersil, dia juga tergolong salah satu ternak adat. Mau di kampung manapun harus ada ternak babi. Dari Manggarai Barat sampai Alor dan dsri malakan sampai Sumba Barat Daya itu harus ada ternak babi. Itu yang saya kategorikan sebagai ternak adat.
Kita punya pos-pos pemantau itu ada seperti di bandara dan pelabuhan laut. Dari karantina kita bisa pantau titik awalnya dari luar untuk pencegahan. Kalau dari dalam, kita punya wilayah di NTT itu hampir satu atau dua kecamatan itu digabung dengan poskeswan. Sehingga dari dalam sendiri kita harus aktifkan poskeswan itu.
Kita juga harus antisipasi sendiri dari dalam sehingga ada petugas yang bisa memantau. Sehingga poskeswan harus kita aktifkan. (Fan)