Berita NTT Hari Ini

Perpustakaan Tidak Hanya Mencerdaskan Tetapi Juga Menyejahterakan Masyarakat 

Perpustakaan Tidak Hanya Mencerdaskan Tetapi Juga Menyejahterakan Masyarakat

Editor: Ferry Ndoen
POS-KUPANG.COM/ASTI DHEMA
Peserta mengikuti kegiatan pertemuan antar pengelolaan perpustakaan dalam kegiatan Peer Learning Meeting (PLM) tingkat Provinsi NTT di Hotel Sotis Kupang pada Selasa,12 Juli 2022. 

Perpustakaan Tidak Hanya Mencerdaskan Tetapi Juga Menyejahterakan Masyarakat 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM,Asti Dhema

POS-KUPANG.COM,KUPANG - Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) saat ini tengah mendorong gerakan literasi untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat. Perpustakaan Nasional RI sejak tahun 2018 lalu, menyelenggarakan kegiatan Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial.
 
Kegiatan ini merupakan bagian dari program prioritas nasional 2020 – 2024 dengan tujuan untuk memperkuat peran perpustakaan umum dalam meningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang unggul melalui peningkatan kemampuan literasi untuk mewujudkan Indonesia Maju. 

Transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial menitikberatkan pada peningkatan kapasitas pengelola perpustakaan agar dalam memberikan layanan perpustakaan mampu memahami kebutuhan masyarakat, memberikan inovasi layanan dengan melibatkan keterlibatan masyarakat dan membangun kerjasama dengan berbagai pihak untuk mewujudkan layanan perpustakaan yang sesuai kebutuhan masyarakat.

Di tahun 2022 ini, Perpustakaan Nasional RI memperluas Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial di 96 Perpustakaan Desa yang berada di 136 kabupaten/kota, di 34 Provinsi.

Pada bulan Maret hingga Juni 2022, Perpustakaan Nasional RI telah membekali para pengelola perpustakaan penerima manfaat program melalui Bimbingan Teknis (Bimtek) Strategi Pengembangan Perpustakaan dan Teknologi Informasi & Komunikasi (SPP-TIK). 

Pasca bimtek tersebut, perpustakaan didorong untuk mengimplementasikan program dengan meningkatkan layanan informasi, melakukan kegiatan pelibatan masyarakat sesuai kebutuhan, melakukan advokasi untuk membangun dukungan serta publikasi dari kegiatan perpustakaan.

Meskipun di tengah pandemi COVID-19 dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat, serta pembatasan berkegiatan, perpustakaan tetap berupaya memberikan layanan dan membantu masyarakat. Hal ini tampak dari munculnya impact atau orang yang berubah hidupnya setelah memperoleh layanan perpustakaan.

Agar proses transformasi perpustakaan dapat terus berlanjut dan meningkat, Perpustakaan Nasional memfasilitasi pertemuan antar pengelolaan perpustakaan dalam kegiatan Peer Learning Meeting (PLM) tingkat Provinsi.

Disebut Peer Learning Meeting karena mempertemukan sesama pengelola perpustakaan untuk saling belajar dan berbagi pengalaman dalam menjalankan transformasi perpustakaan. 

Adapun tujuan penyelenggaraan PLM tahun ini adalah sebagai berikut,Memfasilitasi proses saling belajar dan berbagi pengalaman, serta capaian keberhasilan dan area of improvement dalam implementasi program,meningkatkan komitmen, motivasi dan kepercayaan diri peserta untuk terus melaksanakan strategi program,memberikan pengetahuan dan keterampilan baru bagi peserta untuk penguatan implementasi program

Menyusun rencana tindak lanjut implementasi program dan memberikan apresiasi bagi perpustakaan kabupaten & desa terbaik di tingkat provinsi.

PLM Provinsi tahun 2022 dilakukan secara onsite / tatap muka di 33 lokasi untuk 34 provinsi, termasuk Provinsi DKI Jakarta dan DIY Yogyakarta yang tahun ini menjadi mitra program. Pada pelaksanaan PLM tahun ini dibagi dalam 5 gelombang dimana setiap gelombang dilaksanakan di 6 – 7 provinisi. 

Peserta yang dilibatkan berasal dari Dinas Perpustakaan Provinsi, Dinas Perpustakaan Kabupaten, Perpustakaan Desa, Impact/Dampak, dan Desa Champion. Peserta PLM akan diharapkan dapat saling belajar, menghargai capaiannya masing masing dan capaian perpustakaan lain.

Melalui PLM provinsi ini, perpustakaan dapat lebih membuka diri dan rendah hati belajar dari keberhasilan perpustakaan lainnya dan menjadikannya sebagai motivasi meningkatkan strategi pengembangan perpustakaan.

Perpusnas mempercayakan proses fasilitasi sesi-sesi dalam PLM Provinsi dilakukan oleh para Master Trainer dan Fasilitator Daerah yang merupakan pelaku implementasi program, sehingga dapat membagikan best practices atau pengalaman baik dalam melaksanakan transformasi perpustakaan selain memberikan dukungan kepada penguatan sumber daya di daerah. Selain itu, salah satu sesi dalam PLM Provinsi ini menghadirkan narasumber lokal dari masing-masing provinsi. 

Narasumber lokal ini akan sharing inovasi untuk pengembangan diri dan perpustakaan  sehingga diharapkan dapat memberikan dukungan dalam implementasi transformasi perpustakaan di wilayah masing-masing. 

Perpusnas berharap peserta dapat memanfaatkan momentum PLM Provinsi ini untuk saling berbagi, saling belajar antar sesama pengelola perpustakaan. Tindaklanjuti hasil belajar selama PLM Provinsi dengan melakukan langkah-langkah yang lebih kreatif agar perpustakaan semakin maju, melayani dan membantu masyarakat yang saat ini belum lepas dari dampak pendemi. 

Perpusnas juga mendorong kepada Dinas Perpustakaan Provinsi atau Kabupaten, dapat merencanakan pertemuan PLM seperti ini dengan anggaran mandiri secara berkala setiap tahunnya, baik secara tatap muka maupun secara daring dengan memanfaatkan teknologi komunikasi.

Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Provinsi NTT Stefanus Ratoe Oedjoe, sangat mengapresiasi program PLM yang merupakan kegiatan luar biasa karena peran perpustakaan ke depan itu tidak hanya mencerdaskan masyarakat tetapi juga menyejahterakan masyarakat atau meningkatkan taraf hidup masyarakat yang disebut dengan perpustakaan berbasis inklusi sosial.

"Di perpustakaan diajarkan oleh pustakawan,membaca buku, menonton video,setelah itu tidak pulang begitu saja, dilanjutkan dengan cara membuat abon ikan,bakso dan langsung praktik,"

Setelah belajar mengolah produk, kemudian dilanjutkan dengan bagaimana cara pengepakan juga diajarkan hingga pada sistem pemasaran produk secara online. Sama seperti program Pemda NTT yaitu NTT Bangkit,NTT Sejahtera!.

Dari data statistik,dirinya menyampaikan tingkat literasi NTT berada di nomor  8 dari 34 provinsi di Indonesia berada di atas Provinsi DKI Jakarta yang namanya literasi menurutnya bukan hanya membaca,namun asal mulanya berawal dari membaca kemudian dilakukan dan dijual.

Untuk tingkat kemajuan dari Perpustakaan berbasis inklusi sosial ini,secara persentase dirinya mengaku belum ketahui secara langsung namun yang pasti dan jelas ada.

LPM dihadiri peserta dari sembilan Kabupaten di NTT dan semua didanai oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan harapan kesembilan kabupaten ini bisa dibuatkan di dua atau tiga desa. Setelah kembali ke kabupaten diharapkan dilakukan dan disosialisasikan ke masyarakat sehingga bisa menjadi contoh.

"Satu kabupaten kan,desanya ada banyak. Itu nanti jadi contoh. NTT saja ada 3.200 desa,"ujarnya.

Peserta PLM asal Kabupaten Lembata,Ignasio Mariano Riangtobi sekaligus seorang Pustakawan pada Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lembata menyampaikan bahwa PLM merupakan tindak lanjut dari kegiatan awal yang dilaksanakan di Surabaya pada saat launching dan Bimtek TIK. 

"PLM ini adalah evaluasi.Jadi, tanggapan kami dari kabupaten sangat baik,bahwa program ini ada jaminan Keberlanjutannya,tidak hanya berhenti pada pemberian teori tetapi juga pertanggungjawaban hasil yang sudah kami lakukan," jelasnya.

Terkait tiga strategi program ini, peningkatan kualitas layanan,pelibatan masyarakat dan juga advokasi.Setelah mengikuti kegiatan ini,nantinya dibekali mengenai penerapan bagaimana menceritakan dampak dari kegiatan ini karena transformasi muaranya pada dampak perpustakaan bagi masyarakat.Harapannya ke depan,program ini tidak hanya menyentuh kabupaten-kabupaten tetapi juga sampai kepada masyarakat desa di kabupaten.

Lanjut Ignasio,Inti dari transformasi perpustakaan ini kembali lagi kepada pengertian literasi.Tidak hanya untuk kemampuan menulis dan membaca,tetapi juga bagaimana literasi menyejahterakan ekonomi masyarakat yang terpenting dalam hal ini adalah meningkatkan usaha mikro yang tentunya punya harapan besar dengan kegiatan dan pembekalan yang diperoleh, transformasi bisa mendongkrak tingkat literasi di kabupaten-kabupaten peserta.

Ada tiga isu dalam PLM yakni, digitalisasi,literasi manusia dan literasi data. Tahap awal yang dilakukan adalah sosialisasi supaya bisa menjadi contoh untuk desa lain kemudian mengambil replikasi mandiri dengan melihat beberapa desa yang memilik potensi dan bisa diajak kerja sama serta memiliki akses dan peluang untuk menerapkan digitalisasi. 

Karena menurutnya digitalisasi terkait banyak faktor seperti software,hardware dan brainware harus disiapkan semuanya serta jaringan internet memadai yang dipetakan terlebih dahulu.

Salah satu peserta, Emanuel Piran, Sekretaris Desa Sina Malaka,Kecamata Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur menyampaikan kegiatan ini disambut sangat antusias oleh masyarakat menerima karena kegiatan Bimtek,ketika dirinya kembali ke Lembata dan membagikan kegiatan tersebut kepada masyarakat dan hasil akhirnya memunculkan berbagai macam kegiatan kelompok UMKM berjalan bersama ibu-ibu dasawisma.

"Di desa ada sepuluh dasawisma.Dari sepuluh dasawisma itu ada enam yang aktif sekali dan hari ini kami bawa hasil karya mereka untuk kami pamerkan di sini,"ungkap Emanuel.

Produk-produk hasil karya seperti keripik pisang,stick keju,minyak kemasan dan kue kering ulat hijau  dan kue kering wortel sebagai makanan lokal yang terbuat dari kelor.

Setelah selesai kegiatan di provinsi ini,para peserta pulang dan sosialisasi,salah satunya dengan cara membuat perpustakaan desa di rumah warga untuk membaca kemudian membagikan buku-buku kepada ibu-ibu yang artinya pendekatan pelayanan.

"Mereka tahu baca semua lalu bagian digitalnya juga,banyak ibu-ibu yang pandai mengoperasikan HP,"ujarnya.

Masih menurutnya, ketika sosialisasi, kelihatannya antusias masyarakat begitu tinggi kemudian beberapa kelompok terbentuk dan kegiatan mereka berjalan.

"Jadi saya bisa mengatakan bahwa dari Rp 0 mereka sudah menghasilkan untuk anggota per kelompoknya itu sudah bisa mencapai Rp 1 juta dalam target satu minggu,satu kali kerja dalam dua bulan ini,"jelas Emanuel.

Diharapkan dengan kegiatan berikutnya pendapatan mereka semakin naik dan taraf ekonomi masyarakat semakin meningkat. (cr16)

Peserta mengikuti kegiatan pertemuan antar pengelolaan perpustakaan dalam kegiatan Peer Learning Meeting (PLM) tingkat Provinsi NTT di Hotel Sotis Kupang pada Selasa,12 Juli 2022.
Peserta mengikuti kegiatan pertemuan antar pengelolaan perpustakaan dalam kegiatan Peer Learning Meeting (PLM) tingkat Provinsi NTT di Hotel Sotis Kupang pada Selasa,12 Juli 2022. (POS-KUPANG.COM/ASTI DHEMA)
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved