Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 26 Juni 2022, Komitmen Menjadi Pengikut Kristus

RD. Fransiskus Atamau menitikberatkan referensi renungannya pada bacaan Injil Lukas 9: 51-62 berkaitan dengan komitmen menjadi pengikut Kristus.

Editor: Agustinus Sape
DOK KUB YOHANES MARIA VIANEY
RD. Fransiskus Atamau (tengah berkasula) foto bersama umat usai memimpin misa pengukuhan pengurus Kelompok Umat Basis (KUB) Santo Yohanes Maria Vianey dan KUB Santo Petrus Stasi Santo Fransiskus Xaverius Naimata, Rabu 15 Juni 2022. 

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik berikut dibawakan oleh RD. Fransiskus Atamau saat memimpin misa Hari Minggu Biasa XIII di Gereja Katolik Stasi Santo Fransiskus Xaverius Naimata, Paroki Santo Yosef Pekerja Penfui Kupang, Minggu 26 Juni 2022.

RD. Fransiskus Atamau menitikberatkan referensi renungannya pada bacaan Injil Lukas 9: 51-62 berkaitan dengan komitmen menjadi Pengikut Kristus.

RD. Fransiskus Atamau menyebut komitmen menjadi Pengikut Kristus ternyatakan dalam tiga hal berikut.

Pertama, merelativir kepentingan diri sendiri dan keluarga terhadap kepentingan Allah;

Kedua, mensubordinasikan harta benda duniawi terhadap harta surgawi; dan yang ketiga, kemauan untuk bertahan dalam penderitaan jika ditolak oleh manusia.

Inilah yang dimaksudkan Yesus ketika Ia menegur Yakobus dan Yohanes yang hendak menurunkan api dari langit untuk membinasakan Samaria yang menolaknya dan ketika ia berkata kepada setiap orang yang mau mengikuti Dia, "Biarkanlah orang mati menguburkan orang mati" sebab "Setiap orang yang siap membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah".

Kita sekalian menyebut diri orang-orang Kristen; pengikut-pengikut Kristus, tetapi sering kepentingan diri atas harta duniawi masih memenangi kita sehingga kita menomorduakan panggilan surgawi. 

Maka marilah kita mohon ampun agar layak merayakan peristiwa penyelamatan ini.

Pertama: dendam kesumat lama (Luk 9: 51-53)

Suku Samaria sering disebut sebagai Setengah Yahudi sebab mereka merupakan campuran antara orang Yahudi dengan bangsa Assyria karena perang dan kawin-mawin.

Bagi orang samaria yang sudah tercampur, Yerusalem bukan lagi menjadi pusat Ibadat, melainkan mereka lebih menyukai gunung Garizim sebagai tempat pemujaan dan pemberian persembahan kurban-kurban.

Maka bagi orang Yahudi, suku Samaria dipandang tidak murni lagi sehingga suku Samaria dibenci.

Sebaliknya, suku Samaria, karena sikap dan perbedaan itu juga tidak menyukai orang Yahudi, dan membuat kedua suku ini menjadi bermusuhan.

Orang Yahudi dari Galilea kalau ingin melakukan perjalanan menuju Yerusalem atau wilayah Yudea selatan, sebenarnya bisa langsung melalui wilayah Samaria ini.

Tetapi karena permusuhan tadi, maka orang Yahudi biasanya menghindar dan berjalan memutar ke utara terlebih dahulu sehingga jarak yang ditempuh lebih jauh.

Akan tetapi Yesus berpikiran berbeda, Ia berusaha mendekatkan diri pada mereka, sebagaimana kisa Yesus beristirahat di tepi sumur dan berdialog dengan perempuan Samaria (Yoh 4:1-26).

Maka ketika hendak kembali ke Yerusalem, Yesus mengirimkan utusan untuk menanyakan apakah mereka boleh melewati wilayah tersebut atau tidak?. Namun sebutan orang Samaria ini tertutup dan tidak bersahabat.

Pelajaran pertama yang dapat kita ambil dari kisa ini adalah tidak ada gunanya membuat permusuhan, sebab buah permusuhan selalu merugikan dan tidak pernah menguntungkan.

Sikap bermusuhan ini karena adanya dendam yang bersemayam di hati, padahal dendam itu hanya merupakan beban kepahitan yang merusak diri sendiri.

Bermusuhan terhadap orang yang "jahat" sekalipun pasti merugikan, apalagi bermusuhan terhadap orang-orang baik.

Sikap bermusuhan akan menutup dialog dan interaksi, sekaligus tidak dapat mengembangkan peluang adanya kerjasama atau sinergi. Padahal sinergi hanya bisa terjadi apabila ada kesatuan dan kesejajaran, sehingga untuk membangun sinergi semua pihak harus mengutamakan sikap terbuka dan kebersamaan dan bukan egoisme.

Tuhan Yesus mengajarkan agar kita tetap rendah hati dan mengasihi musuh yang membenci kita dan dengan demikian maka mimpi-mimpi kita yang besar akan tercapai.

Kedua: penghakiman dan penghukuman (Luk 9: 54-56)

Dalam ayat sebelumnya diajarkan bagaimana sikap kita apabila suatu rumah atau kota tidak menerima kita dengan ramah dan baik yaitu keluar dari kota itu dan mengebaskan debu dari kaki kita sebagai peringatan terhadap mereka (Luk 9:4-5).

Artinya, kita tidak perlu memaksa atau beradu argumentasi akan maksud baik kita dalam mengunjungi mereka.

Demikianlah yang terjadi pada rombongan Tuhan Yesus. Suku Samaria tidak bersedia memberikan izin kepada mereka untuk melintasi wilayah tersebut.

Penolakan ini membuat reaksi keras pada murid-murid Tuhan Yesus.

Rasul Yohanes dan Yakobus rupanya belum memahami perkataan Tuhan Yesus tersebut. Mereka merasa tersinggung dengan penolakan itu dan menganggap sebagai penghinaan terhadap Tuhan Yesus sehingga mereka ingin langsung menghukum oran gsamaria dengan api.

Ini cara berpikir yang salah , yakni kita yang menjadi hakim dan pelaksana hukuman. Semangat dan hasrat yang berkobar-kobar serta kesetiaan pada Kristus tidak perlu menjadi kita pelaku tindak kekerasan pada orang yang hidup di dalam dendam dan kegelapan.

Kita harus mengendalikan roh mana yang menguasai diri kita sehingga tidak terjerembab dalam dosa dan akibatnya tujuan mulia yang kita emban malah tidak akan tercapai.

Kita dipanggil bukan untuk membinasakan orang, melainkan untuk menyelamatkan mereka.

Firman Tuhan mengatakan biarlah penghakiman dan penghukuman itu menjadi milik dan hak Allah (Rm 12:19; Ibr 10:30; Ul 32:35-36) dan Allah tidak pernah memberi kuasa atau wewenang kepada kita untuk melakukan hal itu.

Ketiga: mencari alasan untuk tidak mengikuti Yesus ( Luk 9: 57-61).

Dengan banyak melakukan kebaikan kasih dan mukjizat, maka semakin banyak orang yang ingin mengikuti Tuhan Yesus, meski dengan motivasi yang beragam.

Ada yang terpanggil, memang untuk melayani dan siap berkorban meninggalkan segala kehidupan lamanya, namun tidak sedikit yang ingin untuk kepentingan diri sendiri seperti penonjolan diri, kehebatan, keuntungan atau kesombongan.

Yesus mengetahui motivasi mereka ini, sehingga hal yang diungkapkan oleh-Nya adalah kemiskinan-Nya atas harta benda duniawi sebagai tantangan mengikuti Dia, "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya."

Yesus secara tidak langsung mengungkapkan bahwa orang Samaria juga menolak kehadiran-Nya.

Tetapi kepada orang lain Yesus mengajak agar dia mengikuti Dia. Orang tersebut bersedia namun dengan syarat, agar ia bisa pulang terlebih dahulu untuk menguburkan ayahnya.

Respons Tuhan Yesus cukup keras dengan mengatakan, "Biarlah oran gmati menguburkan oran gmati."

Respons Yesus bukan berarti mengajarkan agar kita mengabaikan tanggung jawab kepada keluarga, melainkan Ia menyadari bahwa sering kali orang melepaskan tanggung jawab melayani dan mengabarkan Injil atau perbuatan kasih hanya dengan alasan urusan keluarga.

Tuhan Yesus menekankan bahwa merka yang siap mengikut Dia haruslah memiliki respon cepat dalam sikap dan tindakan, tidak ragu-ragu dan meberi alasan-alasan tertentu yang tidak  benar dan prinsipil.

Yesus dengan segala kebenaran dan panggilan-Nya haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama dan kita harus bersedia membayar harga untuk itu, termasuk mengorbankan kepentingan keluarga.

Yesus mengatakan demikian kepada orang ini sebab Ia tahu bahwa orang ini hanya mencari-cari alasan agar terhindar dari panggilan untuk melayani Dia dan memberitakan Kerajaan Allah.

Mengikut Yesus berarti menyadari konsekuensi dan harga yang harus kita bayar dan kita harus siap dengan hal itu.

Itulah pelajaran ketiga yang diberikan kepada kita.

Keempat, melihat ke belakang (ayat 51 dan 52)

Pada ayat 51 disebutkan Yesus pergi ke Yerusalem, meski Ia tahu akan penderitaan dan kematian yang menantinya. Yesus menatap terus ke depan, akan tanggung jawab dari Bapa yang diemban-Nya.

Kita seharusnya juga demikian. Panggilan Tuhan kepada kita untuk melayani harus kita sikapi dan bersedia membayarnya dengan rasa sakit dan penderitaan, bukan menghindari atau menyurutkannya.

Kalau kita menginginkan mahkota maka kita harus siap dengan memikul salib sekaligus. Kalau kita berhitung untung dan buahnya saja tanpa bersedia membayar dan menanggung risiko, maka akan mudah terjadi penyesalan dan kita kembali melihat ke belakang.

Tuhan Yesus memberi perumpamaan dengan menyebut, "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah",  maksudnya agar kita selalu menatap ke depan.

Seorang yang membajak tanah apabila menoleh ke belakang, maka hasil bajakannya pasti akan bengkok-bengkok dan sangat sulit untuk ditanami maksimal.

Apabila kita fokus pada arah, maka tidak akan mudah pihak lain untuk menarik kita dari tujuan yang ingin kita capai.

Inilah harga yang diminta oleh Yesus dari kita yakni komitmen total dan bukan setengah hati.

Jangan mudah sebentar-sebentar melihat ke belakang dan berpikir mengapa kita mengambil jalan yang sekarang ini. Kita jangan memilih jalan salib yang kita sukai saja, dan menghindar dari jalan susah dan tidak senangi.

Kita harus memiliki prinsip sebagaimana Rasul Paulus nyatakan, "berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus yesus."

Rasul Paulus melupakan yang ada di belakangnya yang dahulu dianggap keuntungan, tetapi sekarang dianggap rugi karena telah mendapatkan Kristus" (Flp 3:7-14).

Itulah beberapa pesan Injil buat kita hari ini:

Jangan menyimpan dendam yang menimbulkan kebencian dan permusuhan;

Jangan suka menghakimi, karena itu adalah hak Tuhan;

Jangan mencari-cari alasan untuk menghindar dari panggilan Tuhan untuk melayani;

Jangan suka melihat masa lalu yang menghambat masa depan.

Semoga Tuhan memberkati kita.

Teks Lengkap Bacaan Renungan Harian Katolik Minggu 26 Juni 2022

Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab.
Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab. (POS-KUPANG.COM/AGUSTINUS SAPE)

Bacaan I: 1Raja-raja19:16b.19-21

Bersiaplah Elisa, lalu mengikuti Elia.

Bacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja:

Sekali peristiwa Tuhan berkata kepada Nabi Elia, “Elisa bin Safat dari Abel-Mehola, harus kauurapi menjadi nabi menggantikan engkau.”

Maka pergilah Elia menemui Elisa bin Safat.

Pada waktu itu Elisa sedang membajak dengan dua belas pasang lembu, dan ia sendiri mengendalikan yang kedua belas.

Elia lewat di dekatnya dan melemparkan jubahnya kepada Elisa.

Segera Elisa meninggalkan lembu-lembunya, mengejar Elia dan berkata, “Perkenankanlah aku mencium ayah dan ibuku dahulu, lalu aku akan mengikuti engkau.”

Jawab Elia kepadanya, “Baiklah! Pulanglah dahulu, dan ingatlah apa yang telah kuperbuat kepadamu.”

Elisa lalu meninggalkan Elia, mengambil pasangan lembu itu dan menyembelihnya.

Lalu ia memasak dagingnya dengan kayu bajak itu sebagai kayu api, dan memberikan daging itu kepada orang-orangnya, dan mereka pun memakannya.

Sesudah itu bersiaplah Elisa, lalu mengikuti Elia dan menjadi pelayannya.

Demikianlah sabda Tuhan.

U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Mzm 16:1-2a,5,7-8,9-10,11

Refr.: Bahagia kuterikat pada Yahwe. Harapanku pada Allah Tuhanku.

1. Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung. Aku berkata kepada Tuhan, “Engkaulah Tuhanku, Engkaulah bagian warisan dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepada-Ku.”

2. Aku memuji Tuhan yang telah memberi nasihat kepadaku, pada waktu malam aku diajar oleh hati nuraniku. Aku senantiasa memandang kepada Tuhan karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.

3. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorai, dan tubuhku akan diam dengan tentram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati dan tidak membiarkan orang kudus-Mu melihat kebinasaan.

4. Engkau memberitahukan kepadaku, ya Allah, jalan kehidupan, di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah, dan di tangan kanan-Mu ada nikmat yang abadi.

Bacaan II: Galatia 5:1.13-18

Kamu dipanggil untuk merdeka.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Galatia:

Saudara-saudara, Kristus telah memerdekakan kita, supaya kita benar-benar merdeka.

Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau tunduk lagi di bawah kuk perhambaan.

Memang kamu telah dipanggil untuk merdeka.

Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk hidup dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain karena kasih.

Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!”

Akan tetapi, kalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, jangan-jangan kamu saling membinasakan.

Maksudku ialah: Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.

Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh, dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging, karena keduanya bertentangan, sehingga setiap kali kamu tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.

Sebaliknya, kalau kamu membiarkan diri dibimbing oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat.

Demikianlah sabda Tuhan.

U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil: 1Sam 3:9; Yoh 6:68c

Refr.: Alleluya, alleluya, alleluya.

Bersabdalah, ya Tuhan, sebab hamba-Mu mendengarkan. Sabda-Mu adalah sabda hidup yang kekal.

Bacaan Injil: Lukas 9: 51-62

Yesus mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem. Aku akan mengikuti Engkau ke mana saja Engkau pergi.

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Ketika hampir genap waktunya diangkat ke surga, Yesus mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem.

Maka diutus-Nya beberapa utusan mendahului Dia.

Mereka itu pergi, lalu masuk ke sebuah desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya.

Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem.

Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata, “Tuhan, bolehkah kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?”

Tetapi Yesus berpaling dan menegur mereka, “Kamu tidak tahu apa yang kamu inginkan. Anak manusia datang bukan untuk membinasakan orang, melainkan untuk menyelamatkannya.”

Lalu mereka pergi ke desa yang lain. Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan, datanglah seorang di tengah jalan, berkata kepada Yesus, “Aku akan mengikuti Engkau ke mana pun Engkau pergi.”

Yesus berkata kepadanya, “Serigala mempunyai liang, dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.”

Lalu kepada seorang lain Yesus berkata, “Ikutlah Aku!” Tetapi orang itu berkata, “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.”

Tetapi Yesus menjawab, “Biarlah orang mati mengubur orang mati; tetapi engkau, pergilah, dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.

Dan seorang lain lagi berkata, “Tuhan, aku akan mengikuti Engkau, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.”

Tetapi Yesus berkata, “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”

Demikianlah sabda Tuhan.

U. Syukur kepada Allah.

Renungan Harian Katolik lainnya

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved