Berita NTT Hari Ini
Hari Lahir Sastra 2022 Jadi Momen Indah Bagi Sosok Sastrawan Besar NTT Gerson Poyk
Keduanya mengungkapkan ini dalam Peringatan Hari Sastra NTT 2022 sekaligus memperingati hari ulang tahun Gerson Poyk, 16 Juni ini
Penulis: Ray Rebon | Editor: Edi Hayong
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ray Rebon
POS-KUPANG.COM, KUPANG--Karya dan kisah almarhum Gerson Poyk masih menjadi pembahasan usai sosok besar dalam dunia sastra Indonesia, Asal NTT ini berpulang 5 tahun yang lalu.
Sosok sastrawan ini disebut sangat produktif hingga di usia senja bahkan debutnya telah dimulai sejak 1950, jauh sebelum Nusa Tenggara Timur (NTT) lepas dari Provinsi Sunda Kecil dan menjadi provinsi sendiri.
Fanny J. Poyk, anak almarhum turut menceritakan keseharian hidup ayahnya. Gerson itu sosok idealis.
Sedangkan sastrawan Mario F. Lawi sebagaimana kerabat dan sastrawan lainnya menyebut tokoh yang lahir di Pulau Rote 1931 ini sangatlah jenaka dalam karyanya.
Keduanya mengungkapkan ini dalam Peringatan Hari Sastra NTT 2022 sekaligus memperingati hari ulang tahun Gerson Poyk, 16 Juni ini.
Acara yang digagas Dusun Flobamora dan Dedari Art Institute ini bertempat di Taman Budaya Gerson Poyk Kupang, Kamis 16 Juni 2022.
Mario membagikan pengalamannya mengenai Gerson Poyk yang juga memiliki pemikiran bijak dan kritis.
"Beberapa karya juga diciptakan dengan jenaka mengenai beberapa momentum hidupnya termasuk saat-saat awal Gerson menjadi wartawan," cerita Mario dalam moment tersebut.
"Kisah hidupnya yang merana bisa ditertawakan dan dibuat jenaka," jelasnya.
Sang Guru, novel almarhum misalnya menjadi catatan penting tentang kegelisahan Gerson Poyk akan banyak hal. Dalam berbagai karya Gerson juga mengungkapkan perhatian dan mimpinya akan kampung halaman dan kehidupan di NTT.
Gerson Poyk juga dipandang sebagai satu-satunya yang memiliki cara khas dan tepat menggunakan bahasa ibu untuk bertutur dalam tulisan.
"Beliau dengan enteng memasukkan gaya penuturan lisan apalagi selama bahasa Melayu Kupang atau Melayu NTT ke dalam tulisan," ceritanya.
Rupa karya-karya Gerson yang jenaka memang untuk mengangkat sisi positivisme menanggapi berbagai hal dalam hidup seperti dalam karya Aku dan Surabaya dan Nakamura.
Anak almarhum, Fanny J. Poyk, terjun dalam dunia yang sama dengan ayahnya namun ia dengan tegas mengakui tak akan idealis seperti sang ayah. Menurutnya sastrawan dalam tuntutan dunia saat ini perlu mempunyai lain pekerjaan literasi.