Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 12 Juni 2022, Hari Raya Tritunggal Mahakudus: Persekutuan Kasih

Ternyata Tuhan menghendaki supaya kita mengimani dan percaya terlebih dahulu supaya dapat mengerti rahasia Allah.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik Minggu 12 Juni 2022, Hari Raya Tritunggal Mahakudus: Persekutuan Kasih (Ams 8:22-32; Rm 5:1-5; Yoh 16:12-15)

Oleh: RP. Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPANG.COM - Kisah ini terasa usang karena diceritakan berulangkali. Terutama ketika umat Katolik merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus.

Pada suatu hari, Santo Agustinus sedang berjalan-jalan sendirian di pinggir pantai. Sebagai orang terpelajar, Santo Agustinus selalu mencari waktu untuk merenungkan kekayaan rahasia Tuhan dalam hidup di tengah dunia.

Ia berjumpa dengan seorang anak kecil yang sedang bermain-main. Anak itu menggali sebuah lubang kecil seperti sumur di atas pasir.

Lalu ia berulang kali mengambil air laut dengan gelas kecil itu dan memasukannya ke dalam lubang itu. Setiap saat lubang itu diisi langsung menjadi kering karena dasarnya adalah pasir.

Agustinus bertanya kepadanya: untuk apa ia melakukan semuanya itu.

Ia menjawab, hendak memindahkan seluruh air laut ke dalam lubang kecil tersebut.

Agustinus mengatakan kepadanya bahwa usahanya itu hanya sia-sia saja. Tidaklah mungkin memindahkan seluruh air laut ke dalam lubang yang kecil dengan dasar pasir tersebut.

Anak itu kemudian bertanya kepada Agustinus, apa yang sedang dipikirkannya.

Agustinus menjawab bahwa ia sedang memikirkan misteri Tritunggal Mahakudus.

Anak itu tertawa terbahak-bahak sambil mengatakan bahwa otakmu itu kecil seperti lubang buatan saya ini, sedangkan Tritunggal Mahakudus jauh lebih luas dari samudera raya.

Agustinus menjadi sadar bahwa ternyata akal budi itu tidak mampu memahami seluruh rahasia Tuhan.

Ia kemudian berkesimpulan, “Di mana ada cinta kasih, di situ ada AllahTritunggal: pencinta, yang dicinta, dan sumber cinta kasih".

St. Anselmus berkata, “credo ut intelligam” artinya aku percaya supaya aku mengerti.  Banyak orang menuntut agar mengerti lebih dahulu baru percaya.

Hasrat ini melukiskan keangkuhan manusia dengan isi otak yang sepotong saja dan amat terbatas. Apalagi otak itu tidak pernah disegarkan dengan literasi seputar Allah Tritunggal itu.

Ternyata Tuhan menghendaki supaya kita mengimani dan percaya terlebih dahulu supaya dapat mengerti rahasia Allah.

Allah disebut Bapa karena Ia adalah pencipta, dan peduli dengan penuh kasih kepada ciptaan-Nya.

Yesus, Sang Putra telah mengajarkan kita agar memanggil Bapa-Nya sebagai Bapa dan menyebutnya juga sebagai “Bapa kita”.

Sebelum umat Katolik menyebut Yang Ilahi sebagai Bapa, ungkapan Allah sebagai Bapa sudah ada dalam Kitab Perjanjian Lama (Ul 32:6; Mal 2:10).

Tuhan juga dirasakan seperti seorang ibu (Yes 66:13). Yesus sendiri berkata, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa" (Yoh 14:9).

Roh Kudus adalah pribadi Tritunggal Mahakudus dan memiliki keilahian yang sama dengan Bapa dan Putra. Ketika kita menemukan kenyataan bahwa Allah ada di dalam kita, Roh Kudus ada dan menguatkan kita.

Allah mengutus Roh Putra-Nya ke dalam hati kita (Gal 4:6). Roh Kudus yang diterima bukan roh perbudakan yang membuat kita takut, melainkan Roh yang menjadikan kita anak-anak Allah (Rm 8:15).

Yesus dari Nazareth adalah Putra, Sang Pribadi Ilahi yang kedua.

Penginjil Yohanes hari ini menjelaskan tentang persekutuan Tritunggal Mahakudus. Dalam amanat perpisahanNya, Yesus menjanjikan Roh Kudus sebagai Penghibur.

Roh Kudus itu berasal dari Bapa dan dicurahkan dalam nama Putra.

Yesus sendiri menekankan persekutuan-Nya dengan Bapa, “Aku dan Bapa adalah satu saja maka apa yang Bapa punya, Aku punya” (Yoh 16: 14).

Tugas Roh Penghibur adalah membimbing kepada seluruh Kebenaran yaitu Yesus sendiri.

Roh Kudus juga akan mengatakan kepada kita tentang segala sesuatu yang sudah diajarkan Yesus dan juga tentang hal-hal yang akan datang.

Penyertaan Roh Kudus di dalam Gereja amat dirasakan oleh Paulus dalam pewartaannya.

Kepada jemaat di Roma, Paulus menegaskan bahwa kita dibenarkan karena iman. Kita hidup dalam damai sejahtera karena Yesus Kristus.

Karena iman kepada Kristus, kita juga menjadi anak-anak Allah. Kita akan hidup dalam damai sejahtera dengan Allah karena Kristus melalui kasih yang dicurahkan Roh Kudus.

Kita dapat melihat pemahaman Paulus tentang Tritunggal begitu sederhana tetapi nyata dalam hidup.

Kita berdamai dengan Allah karena Yesus menjadi perantara kasih-Nya yang tercurah melalui Roh Kudus.

Tuhan sendiri adalah kebijaksanaan sebagaimana dilukiskan di dalam Kitab Amsal.

Bagi Amsal, sebelum bumi diciptakan, sudah ada Kebijaksanaan. Kebijaksanaan itu telah disalurkan Bapa melalui Yesus Anak-Nya dan akan dilanjutkan oleh Roh Kudus yang akan menaungi nurani setiap kita yang percaya.

Roh Kuds itu akan memimpin kita dalam iman agar kita tidak hanya sekadar omong bijaksana, tapi menjadikan seluruh hidup kita sebuah “kabar gembira” kebijaksanaan yang konkret (Katolisitas, 2013).

Kita merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus berarti kita menyembah Allah yang penuh dengan persekutuan kasih yang “saling berbagi.”

Allah Tritunggal Mahakudus: Bapa, Putra dan Roh Kudus adalah satu komunitas, satu kesatuan. Hal ini mesti menjadi dasar persekutuan setiap orang yang percaya, bukan sekadar model literer saja. 

Allah Tritunggal Mahakudus adalah kasih yang sempurna.  Tidak ada kasih lain yang sempurna seperti kasih Tuhan Allah Tritunggal Mahakudus.

Hari Raya Tritunggal Mahakudus adalah momen merayakan relasi kasih dan kerahiman antara Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus.

Relasi ketiganya merupakan persekutuan kasih dan kerahiman. Teladan relasi kasih dan kerahiman ini mesti menginspirasi dan menggerakkan kita untuk merwujudkannya dalam hidup.

Kita berdayakan otak kita yang “terbatas” dan hanya sepotong ini untuk hidup sebagai orang bijaksana dalam kesederhanaan.

Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 12 Juni 2022:

Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab.
Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab. (POS-KUPANG.COM/AGUSTINUS SAPE)

Bacaan I: Ams. 8:22-31

Tuhan telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama.

Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada.

Sebelum samudera raya ada, aku telah lahir, yakni sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan air.

Sebelum gunung-gunung tertanam, aku telah ada, dan lebih dahulu daripada bukit-bukit aku telah lahir; sebelum Tuhan membuat bumi dengan padang-padangnya, atau debu dataran yang pertama.

Ketika Ia mempersiapkan langit, aku ada di sana, ketika Ia menggaris kaki langit pada permukaan air samudera raya, ketika Ia menetapkan awan-awan di atas, dan mata air samudera raya meluap dengan deras; aku ada di sana.

Ketika Ia menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titah-Nya, dan ketika Ia menetapkan dasar-dasar bumi, aku ada serta-Nya sebagai anak kesayangan.

Setiap hari aku menjadi kesenangan-Nya, dan aku senantiasa bermain-main di hadapan-Nya; aku bermain-main di atas muka bumi-Nya, dan anak-anak manusia menjadi kesenanganku.

Demikianlah Injil Tuhan.

U: Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Mzm: 8:4:-5.6-7.8-9

Refr.: Betapa megah nama-Mu, Tuhan, di seluruh bumi.

1. Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kaupasang: Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?

2. Kauciptakan dia hampir setara dengan Allah, Kaumahkotai dengan kemuliaan dan semarak. Kauberi dia kuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kautundukkan di bawah kakinya.

3. Domba, sapi dan ternak semuanya; hewan di padang dan margasatwa; burung di udara dan ikan di laut, dan semua yang melintasi arus lautan.

Bacaan II: Rm. 5:1-5

Saudara-saudara terkasih, kita, yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.

Oleh Dia kita beroleh jalan masuk karena iman akan kasih karunia Allah.

Di dalam kasih karunia ini kita berdiri, dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.

Bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, ketekunan menimbulkan tahan uji, dan tahan uji menimbulkan pengharapan.

Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U: Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil: Why 1:8

Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.

Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus, kepada Allah yang ada sejak dahulu, kini dan sepanjang masa mendatang.

Bacaan Injil: Yoh. 16:12-15

Dalam amanat perpisahan-Nya Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya.

Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya, itulah yang dikatakan-Nya, dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.

Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang Dia terima dari pada-Ku.

Segala sesuatu yang Bapa punya adalah kepunyaan-Ku; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang Dia terima dari pada-Ku.”

Demikianlah Sabda Tuhan.

U: Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik lainnya

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved