Berita NTT Hari Ini
Peserta Rakerda Se-wilayah Pengadilan Tinggi Agama Kupang Kenakan Tenun NTT
Karena ini hari Selasa, kita mendukung program pak gubernur. Walaupun kami instansi vertikal tapi kami siap mendukung
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Pengadilan Tinggi Agama (PTA) Kupang menggelar rapat kerja daerah (Rakerda) untuk pengadilan agama lingkup PTA Kupang. Acara pembukaan berlangsung di hotel Swiss Bell Kota Kupang pada 7 Juni 2022 dan ditutup pada Kamis 9 Juni 2022 mendatang.
Ada yang berbeda ketika Rakerda itu. Semua peserta yang hadir dari 12 satuan kerja (satker) di PTA Kupang, wajib mengenakan sarung tenun khas NTT. Kompak, tenun berbagai daerah ditemui dalam acara tersebut.
Dari topi Ti'i Langga khas Rote Ndao, hingga tenun nowing dari Lamaholot, juga dibalut kebaya dan selendang, berpadu pada masing-masing peserta. Pelaksanaan rakreda itu bernuansa budaya. Selain peserta, para perjabat tinggi dan ketua PTA Kupang, juga mengenakan balutan selendang NTT.
Baca juga: Samudera Hindia Selatan Sumba- Sabu Berpotensi Terjadi Gelombang Tinggi 5 Meter
Ketua, Pengadilan Tinggi Agama Kupang, Dr. dra. Hj. Sisva yeti, S.H., M.H, mengatakan, semua peserta memang sengaja diwajibkan menggunakan kain tenun NTT. Ini untuk mendukung program pemerintah provinsi (Pemprov) NTT.
"Karena ini hari Selasa, kita mendukung program pak gubernur. Walaupun kami instansi vertikal tapi kami siap mendukung kebijakan bapak gubernur," katanya.
Ini juga, kata dia, untuk membantu mama-mama didaerah, juga sekaligus menjaga dan melestarikan budaya NTT.
Baca juga: GMKI Kupang Apresiasi Penerapan Tilang
Sementara, Ketua panitia, Drs. Salwi, S.H, menjelaskan, kegiatan ini berlokasi di NTT dan kebijakan Gubenur NTT, telah mengharuskan penggunaan kain tenun. Oleh karena itu, panitia memfasilitasi itu agar peserta ikut berperan menjalankan kebijakan itu.
"Terkait dengan itu, teman-teman menunjukkan diri bahwa punya keinginan yang sama untuk memajukan daerah," sebut dia.
Dengan menampilkan cara berpakaian dengan kain tenun, ini merupakan bentuk dukungan bagi program yang diterapkan.
Ia mengaku, hanya ini yang bisa dilakukan semata untuk membantu menjaga budaya NTT. (*)