Perang Rusia Ukraina
Gawat, Perang Rusia Ukraina Berdampak Buruk bagi Indonesia, Petani Terancam, Energi Bergerak Liar
Perang Rusia Ukraina berdampak buruk bagi Indonesia, Krisis pangan mengintai, Petani terancam, dan komoditas energi bergerak liar
Gawat, Perang Rusia Ukraina Berdampak Buruk bagi Indonesia, Petani Terancam, Energi Bergerak Liar
POS-KUPANG.COM - Perang Rusia Ukraina berdampak luas bagi dunia.
Tak hanya berdampak bagi negara-negara Barat yang merasakan dampak buruk dari Perang Rusia Ukraina
Indonesia kini juga dalam kondisi darurat imbas buruk dari Perang Rusia Ukraina.
Dampak Buruk bagi Indonesia akan dirasakan Petani.
Pasalnya, Perang Rusia Ukraina mengakibatkan impor pupuk dari Rusia terhambat.
Baca juga: Tinjau Lahan Sorgum di Sumba Timur, Presiden Jokowi Singgung Krisis Pangan di Dunia
Dampak lanjutannya, krisis pangan mengintai.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pupuk adalah tiga komoditas utama yang diimpor Indonesia dari Rusia selain besi dan baja serta bahan bakar mineral.
Pada 2021, Indonesia mengimpor pupuk senilai US$ 326,1 juta dari Rusia sementara pada Januari-Februari tahun ini sebesar US$ 95,6 juta.
Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri I Gede Ngurah Swajaya bahkan mengingatkan perang Rusia-Ukraina bisa membuat masyarakat Indonesia, terutama petani, terancam.
"Ada satu hal yang sangat mengancam rakyat Indonesia, khususnya terkait ketahanan pangan, yakni sebagian besar suplai untuk produksi pupuk Indonesia berasal dari Belarusia dan Rusia," tutur I Gede Ngurah dalam diskusi secara virtual beberapa waktu lalu
Baca juga: Rusia Kuasai 4 Pelabuhan Ukraina di Laut Hitam, Bisa Picu Krisis Pangan Eropa Afrika dan Asia
Menurut I Gede Ngurah, impor pupuk dari Rusia memang masih bisa dilakukan di tengah konflik. Pupuk juga tidak masuk dalam komoditas yang dikenai sanksi. Namun, perang membuat sebagian jalur diblokade sehingga jalur logistik terganggu.
Persoalan lain adalah terkait pembayaran. Negara Barat sudah mengeluarkan sistem keuangan dunia Society Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT) sebagai bagian dari sanksi ekonomi ke Negeri Beruang Merah.
Sanksi tersebut tentu saja menyulitkan negara lain jika bertransaksi dengan Rusia.
"Secara logistik kemampuan Indonesia untuk mendatangkan pupuk ataupun pangan dari wilayah konflik juga menjadi hambatan yang luar biasa," katanya
Perang Rusia Ukraina juga berdampak pada Harga Minya Mentah Dunia.
Harga minyak mentah menjadi yang paling banyak disorot saat ini.
Perang Rusia-Ukraina membawa harga minyak Brent kembali ke level US$ 100 per barel. Harga minyak Brent juga melonjak 60 % lebih dalam setahun terakhir. Hal ini pun kemudian berimbas pada harga minyak mentah RI.
Kementerian ESDM menetapkan harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) pada Mei 2022 sebesar US$ 109,61 per barel. Adapun ICP mengalami kenaikan US$ 7,10 per barel dari US$ 102,51 per barel pada bulan April 2022.
"Harga rata-rata Minyak Mentah Indonesia untuk bulan Mei 2022 ditetapkan sebesar US$ 109,61 per barel," demikian bunyi diktum keempat Keputusan Menteri ESDM Nomor 54.K/MG.03/DJM/2022 tentang Harga Minyak Mentah Indonesia Bulan Mei 2022 tanggal 2 Juni 2022.
Tim Harga Minyak Mentah Indonesia menyampaikan bahwa peningkatan harga minyak mentah di pasar internasional dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Antara lain seperti kesepakatan Uni Eropa atas paket sanksi ke-6 terhadap Rusia yaitu embargo minyak mentah.
Sehingga meningkatkan kekhawatiran pasar yang mengakibatkan semakin terganggunya pasokan minyak mentah global di saat terbatasnya pasokan di tengah peningkatan permintaan BBM dan bahan bakar jet menjelang puncak summer driving season di AS dan Eropa.
"Selain itu, keterbatasan pasokan minyak mentah global dikarenakan produksi OPEC+ lebih rendah 1,5 juta bopd dibandingkan kuota produksi," ujar Tim Harga Minyak, Jumat Juni 2022
Perang Rusia-Ukraina yang berkepanjangan juga akan membuat sejumlah komoditas pangan melonjak.
BPS juga sudah mengingatkan perang sudah membuat harga pangan impor merangkak naik mulai dari kedelai, tepung terigu, hingga gandum. (*)
Berita terkait Perang Rusia Ukraina