Breaking News

Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 5 Juni 2022 Hari Raya Pentakosta Peka dengan Konteks Berani Bersaksi

Pentakosta merupakan pesta panen yang dirayakan oleh umat Israel setelah mereka menetap di Kanaan pasca pembebasan dari Mesir.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik Minggu 5 Juni 2022, Hari Raya Pentakosta: Peka dengan Konteks, Berani Bersaksi (Kis 2:1-11; Rm.8:8-17; Yoh.14:15-16. 23b-26)

Oleh: RP. Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPANG.COM - Pentakosta dalam bahasa Yunani berarti kelima puluh. Orang Israel mengenal hari raya itu dengan sebutan “hari raya tujuh minggu” (Ul 16:10) yang dirayakan pada hari yang kelima puluh setelah Paskah.

Menurut tradisi Perjanjian Lama, Pentakosta merupakan pesta panen yang dirayakan oleh umat Israel setelah mereka menetap di Kanaan pasca pembebasan dari Mesir. Pesta panen ini diadakan selama 7 Minggu.

Pada hari yang kelima puluh, mereka mempersembahkan korban sajian sebagai ungkapan syukur dan persembahan kepada Tuhan (Im 23:4-24).

Selanjutnya Pentakosta menjadi pesta liturgis. Maknanya ditarik jauh ke masa pengembaraan di padang gurun. Tepatnya peristiwa penampakan Allah kepada Musa di Gunung Sinai. Pada saat itu diturunkan Sepuluh Perintah Allah.

Dengan demikian, Pentakosta dimaknai sebagai pesta peringatan atas pembaruan janji Allah dengan umat Israel melalui turunnya Sepuluh Perintah Allah di Sinai (2Kor 15:10-13; bdk. Kel 19:16-20; Ul 5:4-5).

Pentakosta merupakan satu dari tiga hari raya Yahudi (dua yang lain, Paskah dan Pondok Daun) yang mewajibkan semua orang laki-laki berziarah ke Yerusalem.

Karena itu tidak mengherankan bahwa pada hari-hari itu banyak orang Yahudi dari berbagai negeri datang ke kota itu untuk mengambil bagian dalam pesta Pentakosta.

Turunnya Roh Kudus atas para Rasul bertepatan dengan Hari Raya Pentakosta Yahudi.

Bagi Gereja yang telah mengalami pembaruan perjanjian dalam diri Yesus, Pentakosta merupakan peringatan atas turunnya Roh Kudus kepada para murid Yesus (Kis 2:1-11).

Pada hari Pentakosta itu, Roh Kudus turun dalam rupa lidah-lidah api dan hinggap pada masing-masing murid-Nya (Kis 2:3).

Roh Kudus merupakan anugerah yang menyentuh masing-masing pribadi, orang per orang, sesuai dengan situasi dan kondisi.

Roh Kudus yang satu dan sama memberikan karunia yang berbeda-beda kepada setiap orang, namun sesungguhnya terarah kepada kepentingan bersama: kemuliaan Tuhan dan keselamatan manusia (1Kor 12:1-11).

Fakta ini menegaskan bahwa penerimaan Roh Kudus bukan sekadar pengalaman massal, bukan juga pengalaman beberapa orang terpilih saja, tetapi pengalaman semua murid secara pribadi.

Roh Kudus merupakan daya Ilahi yang melaluinya Allah hadir dan berkarya dalam dunia manusia. Kekuatan dan daya ilahi itu menampakkan diri dalam berbagai rupa dan bekerja dalam berbagai cara,

Lidah-lidah api yang menandakan turunnya Roh Kudus menunjukkan bahwa karunia Roh Kudus itu mengobarkan semangat dalam hidup beriman, bersaksi, bersatu dan melayani dalam diri para murid.

Setelah menerima anugerah Roh Kudus, para murid menjadi semakin beriman dan percaya kepada Yesus sebagai penyelamat (Kis 2:14.21-22).

Mereka tidak lagi takut tetapi dengan penuh keberanian bersaksi dan mewartakan bahwa Yesus telah bangkit (Kis 2:23-24) serta mengajak orang-orang untuk bertobat supaya diselamatkan (Kis 2:28-40).

Mereka juga semakin giat mewujudkan persekutuan hidup bersama (Kis 2:41-43.46) dan mengembangkan solidaritas serta pelayanan kasih (Kis 2:44-45).

Setelah Yesus bangkit, pintu rumah terkunci dan para rasul berdoa dalam ketakutan. Setelah Roh Kudus turun, mereka menjadi terbuka dan bersuara lantang tentang kebenaran Kristus. 

Roh Kudus yang Tuhan anugerahkan kepada para murid, lima puluh hari setelah Paskah, telah dianugerahkan juga kepada kita secara pribadi.

Kekuatan Allah itu berdaya menyatukan kita dalam komunitas orang beriman yang sedang berziarah di tengah dunia ini.

Kita menerima Roh Kudus secara istimewa dalam sakramen baptis (Kis 2:38) dan penumpangan tangan dalam sakramen penguatan (Kis 8:16-17; 19:5-6).

Saat Ekaristi, Roh Kudus juga hadir menyucikan seluruh umat dan menguduskan roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus.

Kasih Allah itu malah dicurahkan ke atas kita setiap saat sebagai sumber kekuatan yang membimbing kita di jalan hidup yang baik dan benar. Roh itu setia bersuara dalam setiap situasi hidup kita (Widodo: 2013).

Menurut Rasul Paulus, Roh Kudus yang dicurahkan Allah itu menjadikan kita semua anak Allah (Rm 8:8-17). Kita telah menjadi ahli waris Allah yakni keselamatan yang dianugerahkan dalam Kristus (Rm 8:17).

Maka tanggung jawab berat yang mesti kita emban adalah setia berjuang hidup sebagai anak-Nya secara pantas dengan jalan pengabdian tanpa pamrih dan pelayanan tanpa henti.

Kelemahan dan keterbatasan manusiawi sering menjadi momok yang membangun benteng untuk menyekap kita dalam dosa.

Kadang kita seolah kehilangan harapan di tengah berbagai pengalaman hidup yang sarat dengan derita, kegagalan dan penderitaan.

Yesus menjanjikan bantuan Roh Kudus untuk mengalahkan kerapuhan manusiawi kita agar hati kita tetap terpaut pada Firman-Nya.

“Roh Kudus yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yoh 14:26).

Hari ini Tuhan menunjukkan kasih-Nya yang tanpa batas. Roh Kudus akan membantu kita untuk sadar bahwa waktu dan tempat hidup kita saat ini merupakan kehendak-Nya.

Tuhan telah menuntun kita melewati lorong-lorong sejarah hidup kita sampai titik ini. Roh Tuhan akan membantu kita menjadi lebih peka membaca rencana Tuhan yang tidak pernah akan kita pahami sepenuhnya.

Terkadang Tuhan membantu kita bukan dengan sesuatu yang membahagiakan. Tapi dengan sakit, luka, derita dan kekecewaan. Mengapa?

Karena Tuhan ingin menyelamatkan hidup kita dari orang, tempat dan keadaan yang salah yang mungkin bisa menghancurkan hidup kita lebih dahsyat lagi. *

Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 5 Juni 2022:

Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab.
Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab. (POS-KUPANG.COM/AGUSTINUS SAPE)

Bacaan Pertama: Kisah Para Rasul 2:1-11

Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang yang percaya akan Yesus berkumpul di satu tempat.

Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah di mana mereka duduk.

Lalu tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus.

Lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diilhamkan oleh Roh itu kepada mereka untuk dikatakan.

Waktu itu di Yerusalem berkumpul orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit.

Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak.

Mereka bingung karena masing-masing mendengar rasul-rasul itu berbicara dalam bahasa mereka.

Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata, “Bukankah semua yang berbicara itu orang Galilea?

Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita?

Kita orang Partia, Media, Elam, kita penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia,

Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab.

Kita semua mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan oleh Allah.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U: Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Mzm. 104:1ab,24ac,29c-30,31,34

Refr. Utuslah Roh-Mu ya Tuhan dan jadi baru seluruh bumi.

1. Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Tuhan, Allahku, Engkau sangat besar! Betapa banyak perbuatan-Mu, ya Tuhan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu.

2. Biarlah kemuliaan Tuhan tetap untuk selama-lamanya, biarlah Tuhan bersukacita karena perbuatan-perbuatan-Nya! Biarlah renunganku manis kedengaran kepada-Nya! Aku hendak bersukacita karena Tuhan.

3. Apabila Engkau menyembunyikan wajah-Mu, mereka terkejut; apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu. Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi.

Bacaan II: Rm. 8:8-17

Saudara-saudara, mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.

Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu.

Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.

Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran.

Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.

Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging.

Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.

Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.

Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah.

Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!” Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.

Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U: Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil: PS 964

Refr. Alleluya.

1. Datanglah, hai Roh Kudus, penuhilah hati kaum beriman dan nyalakanlah api cinta-Mu di dalam hati mereka.

Bacaan Injil: Yoh. 14:15-16,23b-26

Pada perjamuan malam terakhir Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.

Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya.

“Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.

Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.

Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku.

Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”

Demikianlah Sabda Tuhan.

U: Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik lainnya

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved