Perang Rusia Ukraina

Rusia Kuasai 20 Persen Wilayah Ukraina, Putin Tak Stres Jelang 100 Hari Invasi

Pasukan Rusia sebelumnya telah mundur dari daerah di sekitar ibu kota dan di timur laut Ukraina untuk fokus pada kawasan industri timur.

Editor: Alfons Nedabang
AFP/ALEXEI DRUZHININ/SPUTNIK
Kolase potret Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Minggu (27/2/2022). 

Rusia Kuasai 20 Persen Wilayah Ukraina, Putin Tak Stres Jelang 100 Hari Invasi

POS-KUPANG.COM - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengakui bahwa Rusia menguasai sekitar 20 persen wilayah negaranya. Wilayah yang diduduki Rusia tersebut meliputi semenanjung Crimea yang dicaplok, wilayah-wilayah di Ukraina timur yang dikuasai separatis pro-Moskwa, dan tanah yang diperoleh karena invasi terbaru.

“Hari ini, sekitar 20 persen wilayah kami berada di bawah kendali penjajah,” kata Zelensky dalam pidatonya kepada anggota parlemen Luksemburg, Kamis (2/6/2022).

Pasukan Rusia memperkuat cengkeraman mereka di wilayah Ukraina timur, yang biasa disebut Donbass, sebagaimana dilansir AFP.

Mereka juga terus bergerak menuju pusat administrasi de facto Ukraina di wilayah itu, Kramatorsk. Namun, pasukan Rusia sebelumnya telah mundur dari daerah di sekitar ibu kota dan di timur laut Ukraina untuk fokus pada serangan kawasan industri timur.

Zelensky menuturkan, pada 2014, separatis yang didukung Moskwa dan militer Rusia menguasai wilayah seluas 43.000 kilometer persegi.

Baca juga: Bukan Rusia,Amerika Akui China Penantang Terbesar Harus Dibatasi, Blinken Singgung Stratregi Rahasia

Wilayah tersebut, lanjut Zelensky, luasnya sama dengan ukuran Belanda. Kini, lebih dari tiga bulan pasca-invasi, wilayah yang berhasil dikuasai Rusia telah meningkat menjadi hampir 125.000 kilometer persegi.

Zelensky menambahkan, wilayah itu jauh lebih besar daripada gabungan Belanda, Belgia, dan Luksemburg. Dia juga mengatakan bahwa area dengan luas hampir 300.000 kilometer persegi telah "tercemar" dengan ranjau dan persenjataan yang tidak meledak.

“12 juta orang Ukraina mengungsi dan lebih dari lima juta telah pergi ke luar negeri,” tutur Zelensky.

Putin Tak Stres

Mendekati peringatan 100 hari dalam perang yang tidak mau diakuinya sebagai invasi, Presiden Rusia Vladimir Putin adalah orang yang berniat menyampaikan kesan bisnis seperti biasa.

Saat pasukannya berjuang memasuki kota Sievierodonetsk di Ukraina minggu ini, Putin membuat obrolan ringan yang canggung dalam sebuah upacara yang disiarkan televisi.

Baca juga: Setuju dengan Vladimir Putin, Ternyata Kim Jong Un Dukung Rusia Tumpas Pasukan Musuh?

Dilansir Reuters, sejak awal Mei, ia telah melakukan banyak pertemuan online dengan pendidik, bos minyak dan transportasi, pejabat yang bertanggung jawab untuk mengatasi kebakaran hutan, dan kepala setidaknya selusin wilayah Rusia, yang banyak dari mereka berlokasi ribuan mil dari Ukraina.

Ini dilakukannya bersamaan dengan beberapa sesi Dewan Keamanannya dan serangkaian panggilan telepon dengan para pemimpin asing.

Ia menyempatkan diri untuk memberikan pidato video kepada para pemain, pelatih, dan penonton Liga Hoki Malam Seluruh Rusia.

Menjalani rutinitas yang padat, bahkan membosankan, Putin bersikap "cool", konsisten dengan narasi Kremlin bahwa mereka tidak berperang--hanya melancarkan "operasi militer khusus" untuk menjatuhkan "tetangga yang merepotkan".

Untuk seorang pria yang pasukannya memiliki kinerja yang sangat buruk di Ukraina dan dipukul mundur dari dua kota terbesarnya, ditambah ribuan korban dari Rusia yang tak terhitung jumlahnya, Putin tidak menunjukkan tanda-tanda stres.

Berbeda dengan menjelang invasi 24 Februari, ketika ia mencela Ukraina dan Barat dalam pidato-pidato yang pahit dan marah, retorikanya saat ini tertahan.

Baca juga: China & Rusia Renggang,Takut Sanksi Barat Beijing Larang Maskapai Penerbangan Rusia Masuk Wilayahnya

Pria berusia 69 tahun itu tampak tenang, fokus, dan sepenuhnya menguasai data dan detail.

Dengan mengakui dampak sanksi Barat, ia mengatakan kepada Rusia bahwa ekonomi mereka akan muncul lebih kuat dan mandiri, sementara Barat akan menderita efek bumerang dari melonjaknya harga makanan dan bahan bakar.

Tetapi ketika perang terus berlanjut tanpa akhir yang terlihat, Putin menghadapi tantangan yang semakin meningkat untuk mempertahankan tingkat normalitas.

Secara ekonomi, situasinya akan memburuk karena sanksi semakin keras dan Rusia menuju resesi. Secara militer, pasukan Putin secara bertahap maju di Ukraina timur, tetapi Amerika Serikat dan sekutunya meningkatkan pasokan senjata ke Kyiv, termasuk janji mereka tentang sistem roket canggih.

Sementara itu pembicaraan damai dengan Ukraina terhenti beberapa minggu yang lalu, dan Putin sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda mencari jalan keluar diplomatik. (*)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved