Vatikan

Paus Fransiskus Ucapkan Selamat atas Pesta Yubileum Platinum Ratu Elizabeth II dari Inggris

Paus Fransiskus mengirimkan ucapan selamat kepada Ratu Elizabeth II ketika ratu Inggris yang berkuasa itu memulai perayaan ulang tahun ke-70 penobatan

Editor: Agustinus Sape
PRI.org
Paus Fransiskus saat bertemu Ratu Inggris, Ratu Elizabeth (kiri). 

Paus Fransiskus Ucapkan Selamat atas Pesta Yubileum Platinum Ratu Elizabeth II dari Inggris

POS-KUPANG.COM - Paus Fransiskus mengirimkan ucapan selamat kepada Ratu Elizabeth II ketika ratu Inggris yang berkuasa itu memulai perayaan ulang tahun ke-70 penobatannya serta perayaan publik ulang tahunnya.

"Pada kesempatan yang menyenangkan dari ulang tahun Yang Mulia, dan saat Anda merayakan Tahun Yubileum Platinum (Platinum Jubilee) ini, saya mengirimkan salam ramah dan harapan baik," tulis paus dalam telegram yang dirilis oleh kantor pers Vatikan pada 2 Juni 2022.

Paus meyakinkan ratu berusia 96 tahun itu "doa saya bahwa Tuhan Yang Mahakuasa akan menganugerahkan kepada Anda, anggota keluarga kerajaan dan semua orang di negara ini berkat persatuan, kemakmuran dan perdamaian."

Ratu Elizabeth II
Ratu Inggris Elizabeth II berbicara dengan Paus Fransiskus selama pertemuan di Vatikan dalam file foto 3 April 2014. Paus mengirimkan ucapan selamat kepada ratu pada kesempatan perayaan Platinum Jubilee-nya yang menandai 70 tahun memerintah.

Ratu Elizabeth adalah raja Inggris yang paling lama memerintah. Nenek buyutnya, Ratu Victoria, memegang gelar tersebut setelah memerintah selama 63 tahun.

Lahir 21 April 1926, Ratu Elizabeth mengadopsi hari Sabtu kedua bulan Juni sebagai hari ulang tahun resminya.

Secara tradisional, raja Inggris memilih tanggal yang berbeda untuk memperingati ulang tahun mereka secara terbuka.

Namun, tahun ini, perayaan publik ulang tahunnya terkait dengan perayaan Yubileum Platinum-nya.

Dia telah bertemu dengan lima paus dalam hidupnya, menurut Vatican News. Satu tahun sebelum dia dinyatakan sebagai ratu Inggris, Putri Elizabeth saat itu bertemu dengan Paus Pius XII pada tahun 1951.

Kunjungan pertamanya ke Vatikan sebagai ratu terjadi pada tahun 1961 ketika dia bertemu dengan Paus St. Yohanes XXIII.

Dia mengunjungi Paus St. Yohanes Paulus II di Vatikan pada tahun 1980 dan menyambutnya di Inggris pada tahun 1982. Dia bertemu dengannya lagi di Vatikan pada bulan Oktober 2000.

Ketika Paus Benediktus XVI melakukan kunjungan pastoralnya ke Inggris Raya pada 2010, Ratu Elizabeth menyambutnya di Edinburgh.

Ratu dan mendiang suaminya, Pangeran Philip, bertemu dengan Paus Fransiskus pada tahun 2014.

Setelah berbicara secara pribadi selama 30 menit, Ratu Elizabeth memberi paus sekeranjang besar makanan dari perkebunan di sekitar rumahnya; keranjang itu berisi sebotol wiski Balmoral.

Setelah kematian Pangeran Philip pada April 2021, paus menyatakan belasungkawa kepada Ratu Elizabeth dalam sebuah pesan yang dikirim oleh Kardinal Pietro Parolin, sekretaris negara Vatikan.

"Mengingat pengabdian Pangeran Philip pada pernikahan dan keluarganya, catatan pelayanan publiknya yang luar biasa dan komitmennya pada pendidikan dan kemajuan generasi mendatang, Yang Mulia memuji dia atas kasih Kristus Penebus kita yang penuh belas kasihan," tulisnya.

Foto Ratu Elizabeth II Dipajang di Stonehenge

Jelang perayaan Yubileum Platinum, barisan batu raksasa bersejarah Stonehenge di Inggris tampak menyala dengan gambar wajah Ratu Elizabeth II.

Adapun Stonehenge merupakan kompleks batu-batu berukuran besar dan tinggi yang berusia sekitar 5.000 tahun, dilansir dari CNN, Kamis 2 Juni 2022.

Foto-foto Ratu Elizabeth II dipajang di situs Stonehenge, Inggris, jelang perayaan Yubileum Platinum (Platinum Jubilee) bulan ini.
Foto-foto Ratu Elizabeth II dipajang di situs Stonehenge, Inggris, jelang perayaan Yubileum Platinum (Platinum Jubilee) bulan ini. (Twitter/@EH_Stonehenge)

Sebagai informasi, Platinum Jubilee atau Yubileum Platinum adalah perayaan untuk menandai pemerintahan Ratu Elizabeth II, yang telah menjadi pemimpin Kerajaan Inggris selama tujuh dekade atau 70 tahun.

Dari laporan Kompas.com pada Selasa 31 Mei 2022, dalam perayaan tersebut, digelar serangkaian pesta kerajaan, parade, dan arak-arakan mulai hari Kamis hingga Minggu pekan ini.

Pada Senin 30 Mei 2022, sebuah badan amal pengelola situs bersejarah di Inggris bernama English Heritage, mengunggah kicauan di Twitter berisi gambar wajah Ratu Elizabeth II yang menghiasi batu-batu Stonehenge.

"Kami telah menyatukan dua ikon Inggris untuk menandai #PlatinumJubilee! Kami telah memproyeksikan delapan potret Ratu Elizabeth II ke Stonehenge," tulis akun Twitter English Heritage (@EnglishHeritage), dikutip dari USA Today, Kamis.

"Setiap gambar berasal dari dekade yang berbeda dari pemerintahan Ratu," tambah akun tersebut.

Delapan potret yang ditampilkan di Stonehenge termasuk foto dari penobatan Ratu pada tahun 1953, foto aksi saat ia menunggang kuda pada tahun 1960-an, penampilan di pertunjukan Kuda Royal Windsor pada tahun 2017, dan masih banyak lagi.

Mendapat respons beragam Instalasi non-permanen tersebut dimaksudkan sebagai suatu "penghormatan yang memukau" kepada Ratu, meski nyatanya mendapat beragam tanggapan di media sosial, mulai dari yang bernada positif hingga negatif. Sebagian orang menilai potret Ratu Inggris di Stonehenge sebagai sesuatu yang "indah", namun sebagian lainnya mengolok-olok, karena menganggap Stonehenge sebagai tempat suci dan religius.

Stonehenge sendiri telah lama dipandang sebagai situs upacara pagan (kafir).

Sementara itu, sebuah studi baru-baru ini juga menyimpulkan, fitur khas barisan batu Stonehenge merupakan bagian dari fungsinya, menunjukkan bahwa Stonehenge sebenarnya dirancang untuk menjadi kalender matahari raksasa.

Adapun Ratu Elizabeth II sebenarnya bukanlah figur pertama yang wajahnya diproyeksikan di batu Stonehenge.

Pada tahun 2020, delapan pekerja dari sektor seni dan warisan Inggris ditampilkan sebagai bagian dari kampanye penghargaan karena melaksanakan proyek-proyek masyarakat di tengah pandemi.

Potret penghargaan di Stonehenge juga tidak akan menjadi satu-satunya instalasi proyeksi selama perayaan Platinum Jubilee.

Tidak jauh dari Istana Buckingham, Inggris, Marble Arch di salah satu pintu masuk Hyde Park London juga akan menampilkan beberapa potret Ratu Elizabeth II yang kini berusia 96 tahun, dari koleksi National Portrait Gallery.

Riwayat Gereja di Inggris Berpisah dari Paus di Vatikan

Henry VIII menjadi Raja Inggris pada tahun 1509. Pada tahun 1502, kakaknya, Arthur, meninggal dunia.

Ayah mereka, Henry VII, memutuskan bahwa Henry harus menikahi janda Arthur, Catherine dari Aragon.

Henry dan orang-orang lain berpendapat bahwa pernikahan tersebut dilarang menurut Imamat 18 dan 20.

Namun, Sri Paus mengizinkannya dan mereka menikah sesudah Henry VIII menjadi Raja.

Hingga tahun 1514 mereka belum mendapat anak, dan Henry meminta Sri Paus agar membatalkan pernikahan itu.

Akhirnya mereka dikaruniai seorang anak perempuan, Mary, yang lahir pada tahun 1516.

Namun demikian sampai pertengahan tahun 1520-an mereka masih belum mendapatkan anak laki-laki.

Henry mulai berpikir bahwa Allah menghukum dia.

Henry mulai mencari cara mengakhiri perkawinannya dengan Catherine (pada saat itu dia sudah jatuh cinta pada Anne Boleyn).

Henry mempekerjakan beberapa kelompok sarjana untuk mencarikan alasan yang tepat dan baik, menurut Alkitab, mengapa perkawinannya dengan Catherine memang sepantasnya diakhiri.

Salah satu sarjana ini adalah Thomas Cranmer, lulusan Universitas Cambridge.

Mulai tahun 1527 Thomas mengunjungi universitas-universitas di Eropa dan beberapa kaum Reformis Eropa untuk mencari dukungan mereka.

Sri Paus tetap menolak untuk membatalkan perkawinan itu. Salah satu pikiran para sarjana adalah bahwa Raja seharusnya menjadi kepala tertinggi Gereja di Inggris dan bukan Sri Paus.

Sebelumnya, Henry taat kepada gereja Roma. Pada tahun 1521 dia menerbitkan esei tentang Tujuh Sakramen melawan Luther. Oleh karena itu, Sri Paus memberi Henry gelar “Pembela Iman”.

Pada tahun 1533 Thomas Cranmer diangkat menjadi Archbishop Canterbury (Uskup Agung Canterbury).

Pada tahun yang sama Parlemen mengesahkan undang-undang yang melarang orang Inggris naik banding kepada Sri Paus untuk keputusan hukum atau gereja.

Salah satu maksud undang-undang ini adalah menghalangi Catherine dari Aragon naik banding atas perceraiannya.

Pada bulan Mei perkawinan itu dibatalkan oleh Archbishop Cranmer, tetapi pada waktu itu Raja sudah menikahi Anne Boleyn yang sudah hamil sebelumnya.

Anne dinobatkan menjadi Ratu pada akhir bulan Mei.

Pada tahun 1534 Parlemen mengesahkan Undang-undang Keunggulan (the Act of Supremacy), yang menyatakan bahwa Raja adalah kepala tertinggi Gereja Inggris.

Sejak itu Raja dan Archbishop mulai merombak gereja. Selama tujuh-tahun ke depan mereka dibantu oleh Thomas Cromwell, yang menjadi orang yang paling berkuasa di kerajaan sesudah Raja.

Raja tidak mau mengadakan terlalu banyak reformasi teologis, dan dia selalu mencoba mengimbangi kekuatan kaum reformis dan kaum tradisionalis.

Sumber: ncronline.org/kompas.com/daleappleby.net

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved