Kongres Masyarakat Adat
Kongres VI AMAN, Hidupkan Semangat Masyarakat Adat Lewat Keanekaragaman Budaya
Langkah awal yang dilakukan adalah menyamakan persepsi serta membagi tugas dimasing-masing masyarakat di wilayah Jayapura.
POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) akan menggelar Kongres VI di Kabupaten Jayapura, Papua, pada 24-30 Oktober 2022, mendatang.
Anggota Steering Committee Kongres AMAN ke-VI Pendeta Albert Yoku mengatakan, pihaknya terus melakukan sejumlah persiapan dalam gelaran akbar masyarakat adat se-Indonesia ini.
Albert menyebut, langkah awal yang dilakukannya adalah menyamakan persepsi serta membagi tugas dimasing-masing masyarakat di wilayah Jayapura. Terutama, di wilayah adat Tabi.
Hal itu disampaikan Albert saat berbincang dengan CEO Tribun Network Dahlan Dahi dan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra di Kantor Tribunnews, Palmerah, Jakarta, Selasa 17 Mei 2022.
"Program kita yang pertama itu melakukan persamaan persepsi sekaligus membagi tangung jawab yang pelru disiapkan. Misalnya di wilayah adat Tabi, (ada) 4 Kabupaten, 1 Kota Madya. Kabupatennya ada Keroom, Jayapura, Sarmi, Mamberamo Raya dan kota Jayapura. Ini yang menjadi tuan rumah Kongres ke VI Masyarakat adat Nusantara," kata Albert.
Albert juga menyebut, pihaknya telah menyiapkan sejumlah antisipasi terkait masyarakat.
Namun, katanya, hal terpenting yakni menghidupkan kembali semangat para masyarakat adat untuk menunjukan keaneka ragaman budaya masing-masing dalam kongres tersebut.
Baca juga: Kedepankan Aspek Budaya di Kongres AMAN VI di Jayapura
Apalagi, lanjut Albert, di wilayah adat Tabi, ada sekitar 89 etnik suku asli yang tersebar di 4 kabupaten dan 1 kota.
"Kita menghidupkan semangat mereka untuk mementaskan budaya mereka ketika kongres ini berlangsung. Karena di Tabi ada, dari 275 suku etnik Papua, di Tabi itu ada 89 etnik suku, di 4 kabupaten dan 1 kota. Ditambah dengan paguyuban suku-suku dari luar. Tapi untuk asli 89," ungkap Albert.
"Itu memiliki bahasa yang berbeda, corak-corak, ukiran, dan tarian dan budaya makan yang sedikit-sedikit berbeda, sehingga ini perlu disiapkan. Nanti pada waktu penyelenggaran itu mereka terlibat juga dalam masalah kuliner, panggung," teranganya.
Ia pun menyadari sejumlah tantangan yang harus dihadapi panitia dalam gelaran acara tersebut. Dimana, ada dua kelompok masyarakat adat yakni Dewan Adat Papua dan Masyarakat Adat (LMA) yang akan dilibatkan bersama dalam acara kongres.
Ia berharap, bahwa kedua kelompok masyarakat adat yang ada di Papua ini bisa saling berkolaborasi dan merajut harmonisasi dalam gelaran Kongres AMAN ke-VI.
"Jadi harus melakukan harmonisasi dengan tema tamu itu raja, teman-teman pimpinan adat yang datang itu raja yang harus dilayani," kata Albert.
"Maka dua kelompok ini tidak boleh ada sesuatu, harus melayani dengan murni kegiatan adat tersebut," harapnya.
Ia juga secara tegas menyoroti sejumlah pihak yang berupaya memanfaatkan acara besar masyarakat adat ini untuk agenda-agenda lain. Termasuk, menyusupkan agenda politik.