Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Jumat 6 Mei 2022: Daging - Darah

Zaman dahulu orang mempersembahkan kurban bakaran kepada dewa sembahannya. Umumnya kurban bakaran itu berupa daging hewan.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RD. Fransiskus Aliandu 

Renungan Harian Katolik Jumat 6 Mei 2022: Daging - Darah (Yohanes 6:52-59)

Oleh: RD. Fransiskus Aliandu

POS-KUPANG.COM - Zaman dahulu orang mempersembahkan kurban bakaran kepada dewa sembahannya. Umumnya kurban bakaran itu berupa daging hewan.

Biasanya sebagian daging kurban itu dibakar habis sebagai persembahan bagi dewa, sedangkan sebagian lain dimakan bersama.

Mereka yakin, dewa sungguh hadir dalam daging kurban itu, sehingga yang menyantapnya dipersatukan dengan dewa dan memperoleh hidup baru.

Dalam wejangan-Nya, Yesus berkata kepada para murid-Nya, "Jika kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam Dia" (Yoh 6:53-56).

Perkataan Yesus yang berbicara mengenai daging dan darah-Nya ini kiranya mengingatkan kita akan kata-kata-Nya pada waktu perjamuan malam terakhir.

Dalam perjamuan itu Yesus mengambil roti, memberkatinya, memecahkannya, dan memberikannya kepada para murid-Nya dengan berkata, "Ambillah dan makanlah, inilah tubuh-Ku" (lih. Mat 26:26).

Demikian juga Ia mengambil piala berisi anggur dan mengundang para murid-Nya untuk minum dari piala darah-Nya yang ditumpahkan untuk kita (lih. Mat 26:27).

Kembali kita ingat lagi bahwa dalam alam pikiran Yahudi, daging dan darah seseorang adalah sama dengan pribadi orang itu seutuhnya. Darah juga berarti hidup. Darah itu milik Allah.

Jadi, daging dan darah Yesus adalah seluruh diri pribadi-Nya; kemanusiaan-Nya, yang dengan-Nya Allah menjadi Allah beserta kita berkat penjelmaan-Nya.

Maka, makan daging Yesus berarti mengisi diri kita dengan kemanusiaan-Nya, sehingga kemanusiaan kita disucikan dan dikuatkan oleh-Nya.

Minum darah Yesus berarti mengisi diri kita dengan hidup-Nya yang adalah milik Allah.

Dengan demikian, makan daging dan minum darah Yesus berarti menerima-Nya dan percaya kepada-Nya, sehingga Ia tinggal di dalam diri kita dan kita tinggal di dalam Dia. Hidup kita menjadi baru; dipenuhi dan diperbaharui oleh Allah.

Kata-kata Yesus tentang "daging-Ku, darah-Ku, makan daging-Ku, minum darah-Ku" merupakan kosa kata ekaristi.

Oleh karena itu, dalam praktek dan penghayatan ekaristi yang berlangsung dalam Gereja kita, kita mengerti dan menghayati dengan penuh iman bahwa roti dan anggur yang kita terima adalah tubuh dan darah Yesus.

Dengan begitu, betapa ruginya bila kita mengabaikan kesempatan untuk menerima tubuh dan darah Yesus. Padahal dengan menerima tubuh dan darah-Nya, kita menerima kehidupan dalam dan melalui pribadi-Nya, kehadiran-Nya yang menjelma, kehadiran-Nya yang nyata (real presentia).

Hosti kudus, roti ekaristi adalah makanan istimewa, yaitu pribadi Yesus sendiri, darah dan daging, hadir bagi kita, memberikan diri untuk kita.

Ini adalah anugerah pemberian diri seutuhnya kepada kita masing-masing; anugerah kasih-Nya dan tanda keinginan-Nya untuk tinggal di antara kita sepanjang waktu.

Selama pandemi Covid-19, dengan pemberlakuan pembatasan, kadang membuat kita tak bisa menerima tubuh dan darah Yesus. Kita mengalami ada yang kurang dengan hanya menyambut kerinduan.

Setelah situasinya kembali normal, apakah kondisi kerinduan itu tetap bersemi dalam hati dan mendorong kita untuk mengatasi pelbagai halangan dan menyingkirkan alasan apa pun agar bisa menerima tubuh Tuhan?

Kita pun harus menyadari bahwa dengan menerima tubuh Tuhan dalam ekaristi, kita sebenarnya sedang menjawabi undangan Yesus untuk menjadi seperti Dia yang hadit secara nyata dalam hati kita.

Ia mengajak kita untuk melakukan hal-hal yang baik bagi sesama, bagi dunia, sebagaimana yang Ia lakukan.

Maka, kembali pada kita masing-masing, dengan kekuatan tubuh dan darah-Nya, kita tergerak untuk memberi makan kepada yang miskin, untuk berjuang bagi keadilan dan perdamaian, untuk hadir bagi mereka yang kesepian, tertindas, dan menderita, untuk menyatakan kepada mereka berita gembira persahabatan kita, dan melalui persahabatan ini mewartakan berita gembira bahwa mereka dikasihi oleh Allah.

Jean Vanier berbagi pengalaman. "Ibu saya meninggal pada usia sembilan puluh dua tahun. Yang memberikan kegembiraan, kekuatan, dan hidup kepadanya selama tahun-tahun terakhir hidupnya adalah kunjungan-kunjungan sahabatnya. Kunjungan-kunjungan ini lebih berarti daripada makanan, meskipun makanan juga perlu baginya. Kasih dan kehadiran mereka merupakan makanan bagi ibu saya".

Seorang imam yang "diambil dari tengah umat dan dikembalikan kepada umat", pasti merasakan getaran hati penuh sukacita bila ia memberikan waktu dan ada bersama mereka, bercerita dan mendengarkan suka duka hidup mereka.*

Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 6 Mei 2022:

Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab.
Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab. (POS-KUPANG.COM/AGUSTINUS SAPE)

Bacaan Pertama: Kis. 9:1-20

Orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku, untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain.

Bacaan dari Kisah Para Rasul:

Ketika pecah penganiayaan terhadap jemaat, hati Saulus berkobar-kobar untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan.

Ia menghadap Imam Besar, dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik,

supaya jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.

Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. Ia rebah ke tanah, dan kedengaran olehnya suatu suara yang berkata kepadanya, “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?”

Jawab Saulus, “Siapakah Engkau, Tuhan?” Kata-Nya, “Akulah Yesus yang kauaniaya itu! Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota. Di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat.”

Maka termangu-mangulah temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang jua pun. Saulus bangun dan berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa.

Teman-temannya harus menuntun dia masuk ke Damsyik. Tiga hari lamanya Saulus tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan dan minum. Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias.

Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan, “Ananias!” Jawabnya, “Ini aku, Tuhan!” Firman Tuhan, “Pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus, yang bernama Saulus.

Ia sekarang berdoa, dan dalam suatu penglihatan ia melihat bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi.”

Jawab Ananias, “Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu betapa banyak kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem.

Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu.”

Tetapi firman Tuhan kepadanya, “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain, kepada raja-raja dan orang-orang Israel.

Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku.” Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu.

Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya, “Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus.”

Dan seketika itu juga seolah-olah ada selaput gugur dari matanya, sehingga Saulus dapat melihat lagi. Saulus bangun lalu dibaptis. Dan setelah ia makan, pulihlah kekuatannya.

Saulus tinggal beberapa hari bersama-sama dengan murid-murid di Damsyik. Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah.

Demikianlah Sabda Tuhan

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Mzm. 117:1,2

Ref.: Pergi ke seluruh dunia, wartakanlah Injil!

Pujilah Tuhan, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa!
Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan Tuhan untuk selama-lamanya.

Bait Pengantar Injil: Yoh 6:56

Ref. Alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya.

Barangsiapa makan Daging-Ku dan minum Darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku, dan Aku di dalam dia, sabda Tuhan.

Bacaan Injil: Yoh. 6:52-59

Daging-Ku adalah benar-benar makanan, dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.

Inilah Injil Suci menurut Yohanes:

Di rumah ibadat di Kapernaum orang-orang Yahudi bertengkar antar mereka sendiri dan berkata, “Bagaimana Yesus ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan?”

Maka kata Yesus kepada mereka, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan Daging Anak Manusia dan minum Darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu,

barangsiapa makan Daging-Ku dan minum Darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal, dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.

Sebab Daging-Ku adalah benar-benar makanan, dan Darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan Daging-Ku dan minum Darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.

Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Akulah roti yang telah turun dari surga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati.

Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.” Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik lainnya

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved