Perang Rusia Ukraina
Dampak Perang Rusia vs Ukraina, Harga Minyak dan Gandum Meroket,Indonesia Kena Imbas?
Dunia diguncang aksi Presiden Putin ketika mengumumkan Operasi Militer ke Ukraina. Hingga kini, Ukraina berada
Mulyanto pun meminta pemerintah mengambil langkah berbagai upaya mereduksi ketergantungan pada BBM dan gas LPG internasional harus semakin dipercepat.
"Sudah sangat mendesak adalah konversi pembangkit listrik tenaga diesel dengan gas atau EBT, khususnya di wilayah Indonesia bagian timur. Selain itu adalah konversi gas LPG untuk keperluan rumah tangga dan industri dengan gas alam,” paparnya.
Dalam jangka pendek, Mulyanto mengusulkan agar pemerintah menghidupkan kembali gerakan penghematan migas nasional.
"Untuk jangka panjang program mobil listrik, pembangunan kilang minyak dan peningkatan lifting migas menjadi sangat strategis. Sayanganya program-program ini terkesan lambat bila tidak ingin dikatakan jalan di tempat," ujarnya.
Diketahui, patokan internasional minyak mentah berjangka Brent naik 4,34 persen menjadi 101,04 dolar AS per barel, melintasi level 100 dolar AS untuk pertama kalinya sejak 2014.
Sepanjang pekan ini harga gas acuan Eropa telah naik lebih dari 65 persen dari level Euro 72,56 per kwh. Di Inggris, harga gas naik 23 persen, sedangkan harga gas di AS naik 6,5 persen menjadi 4,92 dolar AS per juta British thermal unit (mmBtu).
Kenaikan harga migas tersebut tentunya akan diikuti dengan menguatnya harga LPG, di mana harga acuan gas LPG, Contract Price Aramco (CPA), sejak memasuki 2021, mengalami kenaikan tinggi.
Realisasi dari Januari - April 2021 mencapai 570 dolar AS per metrik ton, kemudian meningkat menjadi sebesar 847 dolar AS per metrik ton pada November 2021.
Konflik Rusia vs Ukraina kian memanas.
Terlebih Presiden Rusia, Vladimir Putin disebut telah meluncurkan invasi skala penuh di Ukraina pada Kamis (24/2).
Tak pelak, suara-suara ledakan terdengar di kota-kota Ukraina tak lama setelah Putin mengumumkan operasi militer ke negara tersebut.
Akibat aksi ini Rusia mendapat kecaman serius dari Inggris serta Amerika Serikat.
Kedua negara tersebut kompak memblokade segala akses di sektor perekonomian serta memberhentikan kegiatan ekspor bidang teknlogi ke Rusia.
Bahkan beberapa negara besar lainnya ikut mendukung pemblokiran akses Rusia terhadap layanan keuangan global Swift.
Untuk diketahui,Swift merupakan sistem perbankan yang memungkinkan suatu negara dapat melakukan transaksi dengan negara lain secara cepat dan efisien.