Perang Rusia Ukraina
Rusia Tolak Gencatan Senjata untuk Evakuasi Sipil di Tengah Pekan Suci Ortodoks Timur
Rusia menolak gencatan senjata sementara di Ukraina yang diminta Sekjen PBB untuk tujuan evakuasi sipil selama Pekan Suci Ortodoks Timur
Rusia Tolak Gencatan Senjata untuk Evakuasi Sipil di Tengah Pekan Suci Ortodoks Timur
Wakil duta besar Rusia untuk PBB mengatakan permintaan itu 'tidak tulus'
POS-KUPANG.COM - Rusia menolak gencatan senjata sementara di Ukraina yang diminta Sekjen PBB untuk tujuan evakuasi sipil selama Pekan Suci Ortodoks Timur menjelang Paskah.
Wakil duta besar Rusia untuk PBB mengatakan permintaan gencatan senjata itu tidak tulus dan hanya akan memberikan waktu untuk mempersenjatai tentara Ukraina.
Dmitry Polyanskiy, wakil duta besar Rusia, mengatakan kepada Dewan Keamanan Selasa bahwa permintaan gencatan senjata itu "tidak tulus, dan dalam praktiknya mereka hanya menunjukkan aspirasi untuk memberikan ruang bernapas bagi nasionalis Kyiv untuk berkumpul kembali dan menerima lebih banyak drone, lebih banyak rudal antitank, dan lebih banyak MANPADS," lapor The New York Times.
"MANPADS" mengacu pada sistem pertahanan udara portabel, rudal permukaan-ke-udara yang lebih kecil dan lebih portabel.
Sementara Rusia menolak gencatan senjata, Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengumumkan Rabu pagi bahwa Ukraina telah mencapai penyelesaian dengan Rusia di koridor kemanusiaan untuk mengevakuasi wanita, anak-anak, dan orang tua dari Mariupol mulai pukul 2 siang.
Masih belum jelas apakah koridor itu akan dipertahankan, karena tindakan seperti itu sering gagal, dengan masing-masing pihak saling menyalahkan.
Baca juga: 191 Imam Gereja Rusia di Ukraina Serukan Dunia Ortodoks Kutuk Invasi dan Adili Patriark Kirill
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyerukan gencatan senjata 4 hari untuk memungkinkan evakuasi di zona pertempuran dan koridor yang aman untuk membawa makanan dan obat-obatan.
Warga sipil, termasuk anak-anak, tetap terjebak di wilayah timur Donbas, tempat pasukan Rusia memulai serangan sengit baru, dan di kota pelabuhan Mariupol yang hancur.
Guterres mengatakan Selasa pagi bahwa lebih dari 12 juta orang di Ukraina membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Dia memperkirakan jumlah itu akan meningkat menjadi 15,7 juta, sekitar 40