Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Jumat Agung 15 April 2022, Salib: Mencintai tanpa Batas Sekat

Moment Jumat Agung kita rayakan sebagai peristiwa penderitaan, sengsara dan wafat Tuhan. Ada beberapa pokok pikiram yang menjadi item penting

Editor: Agustinus Sape
Dok Pribadi
RD Hironimus Nitsae 

Renungan Harian Katolik Jumat Agung 15 April 2022, Salib: Mencintai tanpa Batas Sekat (Injil Yohanes 18:1-9:42)

Oleh: RD. Hironimus Nitsae

POS-KUPANG.COM - Moment Jumat Agung kita rayakan sebagai peristiwa penderitaan, sengsara dan wafat Tuhan. Ada beberapa pokok pikiram yang menjadi item penting sebagaimana tertera dalam teks ini.

Pertama, Yudas Iskariot: Membawa pasukan Bait Allah yang telah diperintahkan oleh imam-imam kepala. Mereka membawa lentera, suluh dan bahkan senjata.

Tujuan kedatangan Yudas bersama pasukan adalah untuk menangkap Yesus setelah ia mendapatkan 30 keping perak sebagai bayaran dari imam kepala atas apa yang telah ia buat untuk Yesus.

Kedua, Taman Getsemani: Yesus berdoa di taman itu. Ia memohon kepada Bapa agar piala dan cawan ini dapat Ia lalui dengan baik bukan atas kehendak-Nya tapi atas kehendak Bapa.

Yesus paham bahwa Ia harus tetap membangun kesatuan Ilahi dengan Bapa-Nya yang mengutus diri-Nya. Ia tak terpisahkan dengan bapa-Nya. Mereka tetap satu dalam ke-Ilahian.

Di Taman Getsemani juga kita belajar bahwa Yesus selain sungguh sebagai Allah, Ia juga sungguh sebagai manusia yang tetap merasakan kecemasan manusiawi. Karena itu Ia selalu memohon kepada Bapa untuk dapat melewati semua ini dengan baik.

Ketiga, Jumat Agung selalu adalah bukti bahwa Yesus menyerahkan diri-Nya sampai sehabis-habisnya. Ia bahkan rela mengalami pahitnya cawan yang harus Ia minum yang belum tentu dapat dijalani oleh tiap kita.

Tapi apa pun itu cawan pahit harus diminum oleh Yesus untuk keselamatan kita. Kepahitan yang dialami Yesus adalah, mahkota duri yang dikenakan pada-Nya, Ia diludahi, dikhianati, ditampar bahkan salib harus jadi perjalanan akhir di dunia dari-Nya.

Dari point-point ini:

1. Semoga kita tak lelah mencintai Tuhan.

2. Semoga kita tetap berbangga memiliki Tuhan yang dikhianati. Mengapa? Karena semua itu demi mengangkat martabat kita dari dosa kepada kemuliaan Tuhan yang bangkit juga untuk kita.

3. Semoga kita tetap datang pada Tuhan di taman Getsemani hidup kita untuk membangun kesadaran bahwa kita butuh Tuhan
Tidak bisa tidak. Seperti apa pun kondisi kita.

4. Salib Tuhan itu menjadi bukti bahwa cinta-Nya selalu tanpa batas bahkan tanpa sekat.*

Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 15 April 2022:

Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab.
Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab. (POS-KUPANG.COM/AGUSTINUS SAPE)

Bacaan I: Yes 52:13-53:12

Ia ditikam karena kejahatan kita.

Bacaan dari Kitab Yesaya:

Beginilah firman Tuhan,
"Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil!
Ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan!

Seperti banyak orang tertegun melihat dia
-- rupanya begitu buruk, tidak seperti manusia lagi,
dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi, --
demikianlah ia akan membuat tercengang banyak bangsa,
dan raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat dia!

Sebab apa yang tidak diceritakan kepada mereka
akan mereka lihat,
dan yang tidak mereka dengar akan mereka pahami.

Maka mereka berkata: Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar,
kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan?

Sebagai taruk Hamba Yahwe tumbuh di hadapan Tuhan,
dan sebagai tunas ia muncul dari tanah kering.

Ia dihina dan dihindari orang,
seorang yang penuh kesengsaraan,
dan biasa menderita kesakitan;
ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia,
dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan.

Ia tidak tampan, dan semarak pun tidak ada padanya,
sehingga kita tidak tertarik untuk memandang dia;
dan rupanya pun tidak menarik,
sehingga kita tidak terangsang untuk menginginkannya.

Tetapi sesungguhnya,
penyakit kitalah yang ditanggungnya,
dan kesengsaraan kitalah yang dipikulnya,
padahal kita mengira dia kena tulah,
dipukul dan ditindas Allah.

Sesungguhnya dia tertikam oleh karena pemberontakan kita,
dia diremukkan oleh karena kejahatan kita;
derita yang mendatangkan keselamatan bagi kita
ditimpakan kepadanya,
dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.

Kita sekalian sesat seperti domba,
masing-masing mengambil jalan sendiri!

Tetapi Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.

Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas,
dan tidak membuka mulutnya
seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian;
seperti induk domba
yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya,
ia tidak membuka mulutnya.

Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil,
dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya?

Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup,
dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah.

Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik,
dan waktu mati ia ada di antara penjahat-penjahat,
sekalipun ia tidak berbuat kekerasan,
dan tipu tidak ada dalam mulutnya.

Tetapi Tuhan berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan,
dan apabila ia menyerahkan dirinya sebagai kurban silih,
ia akan melihat keturunannya,
umurnya akan lanjut,
dan kehendak Tuhan akan terlaksana karena dia.

Sesudah kesusahan jiwanya,
ia akan melihat terang dan menjadi puas.

Sebab Tuhan berfirman,
Hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar,
akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya,
dan kejahatan mereka dia pikul.
Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya
orang-orang besar sebagai rampasan,
dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan.

Ini semua sebagai ganti
karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut
dan karena ia terhitung di antara pemberontak,
sekalipun ia menanggung dosa banyak orang,
dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.

Demikianlah sabda Tuhan.

U: Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Mzm 31:2.6.12-13.15-16.17.25

Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.

*Pada-Mu, Tuhan, aku berlindung,
janganlah sekali-kali aku mendapat malu.
Luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu,
ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawaku;
sudilah membebaskan daku, ya Tuhan, Allah yang setia.

*Di hadapan semua lawanku aku tercela,
tetangga-tetanggaku merasa jijik,
para kenalanku merasa ngeri;
Aku telah hilang dari ingatan seperti orang mati,
telah menjadi seperti barang yang pecah.

*Tetapi aku, kepada-Mu, ya Tuhan, aku percaya,
aku berkata: "Engkaulah Allahku!"
Masa hidupku ada dalam tangan-Mu,
lepaskanlah aku dari tangan musuh-musuhku
dan bebaskan dari orang-orang yang mengejar aku!

*Buatlah wajahMu bercahaya atas hambaMu
Selamatkanlah aku oleh kasih setiaMu!
Kuatkan dan teguhkanlah hatimu,
hai semua orang yang berharap kepada Tuhan.

Bacaan II: Ibr 4:14-16;5:7-9

Ia telah belajar menjadi taat, dan menjadi pokok keselamatan abadi, yang taat kepadaNya.

Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani

Saudara-saudari,
kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah. Maka baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.

Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.

Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.

Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.

Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,
dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya,

Demikianlah Sabda Tuhan

U: Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil: Flp. 2:8-9

Dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama.

Bacaan Injil: Yoh. 18:1-19:42

Mengenangkan Sengsara Tuhan

Inilah Kisah Sengsara Tuhan kita Yesus Kristus menurut Yohanes

Seusai perjamuan Paskah,
keluarlah Yesus dari ruang perjamuan
bersama-sama dengan murid-murid-Nya,
dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron.

Di situ ada suatu taman.
Yesus masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya.
Yudas yang mengkhianati Yesus tahu juga tempat itu,
karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya.

Maka datanglah juga Yudas ke situ
bersama sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah
yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi.

Mereka datang lengkap dengan lentera, suluh dan senjata.
Yesus tahu semua yang akan menimpa diri-Nya.

Maka Ia maju ke depan dan berkata kepada mereka,
"Siapakah yang kamu cari?"

Jawab mereka, "Yesus dari Nazaret!"

Kata Yesus kepada mereka, "Akulah Dia."
Yudas yang mengkhianati Yesus
berdiri juga di situ bersama-sama mereka.

Ketika Yesus berkata kepada mereka 'Akulah Dia',
mundurlah mereka, dan jatuh ke tanah.
Maka Yesus bertanya pula, "Siapakah yang kamu cari?"

Jawab mereka, "Yesus dari Nazaret!"
Jawab Yesus, "Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia.
Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi."

Demikian terjadi supaya genaplah firman yang telah dikatakan-Nya:
Dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku,
tidak seorang pun yang Kubiarkan hilang.

Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu,
dan menetakkannya kepada hamba Imam Agung
dan memutuskan telinga kanannya.
Nama hamba itu Malkhus.

Kata Yesus kepada Petrus,
"Sarungkanlah pedangmu itu!
Bukankah Aku harus minum cawan
yang diberikan Bapa kepada-Ku?"

Maka para prajurit serta perwiranya,
dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu
menangkap Yesus dan membelenggu Dia.

Lalu mereka membawa Yesus mula-mula kepada Hanas,
karena Hanas adalah mertua Kayafas,
yang pada tahun itu menjadi Imam Agung;
dan Kayafaslah yang telah menasihatkan kepada orang-orang Yahudi:
Adalah lebih berguna jika satu orang mati untuk seluruh bangsa.

Simon Petrus dan seorang murid lain mengikuti Yesus.

Murid itu mengenal Imam Agung, dan ia masuk ke halaman istana Imam Agung itu.

Tetapi Petrus tinggal di luar dekat pintu.

Maka murid lain tadi, yang mengenal Imam Agung, kembali ke luar, bercakap-cakap dengan perempuan penjaga pintu,
lalu membawa Petrus masuk.

Maka kata hamba perempuan penjaga pintu kepada Petrus: "Bukankah engkau juga murid orang itu?" Jawab Petrus: "Bukan!"

Sementara itu hamba-hamba dan penjaga-penjaga Bait Allah telah memasang api arang, sebab hawa dingin waktu itu, dan mereka berdiri berdiang di situ. Juga Petrus berdiri berdiang bersama-sama dengan mereka.

Maka mulailah Imam Besar menanyai Yesus tentang murid-murid-Nya dan tentang ajaran-Nya.

Jawab Yesus kepadanya: "Aku berbicara terus terang kepada dunia: Aku selalu mengajar di rumah-rumah ibadat dan di Bait Allah, tempat semua orang Yahudi berkumpul; Aku tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi.

Mengapakah engkau menanyai Aku? Tanyailah mereka, yang telah mendengar apa yang Kukatakan kepada mereka; sungguh, mereka tahu apa yang telah Kukatakan."

Ketika Ia mengatakan hal itu, seorang penjaga yang berdiri di situ, menampar muka-Nya sambil berkata: "Begitukah jawab-Mu kepada Imam Besar?"

Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau kata-Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya, tetapi jikalau kata-Ku itu benar, mengapakah engkau menampar Aku?"

Maka Hanas mengirim Dia terbelenggu kepada Kayafas, Imam Besar itu.

Simon Petrus masih berdiri berdiang. Kata orang-orang di situ kepadanya: "Bukankah engkau juga seorang murid-Nya?"

Ia menyangkalnya, katanya: "Bukan." Kata seorang hamba Imam Besar, seorang keluarga dari hamba yang telinganya dipotong Petrus: "Bukankah engkau kulihat di taman itu bersama-sama dengan Dia?"
Maka Petrus menyangkalnya pula dan ketika itu berkokoklah ayam.

Maka mereka membawa Yesus dari Kayafas ke gedung pengadilan. Ketika itu hari masih pagi. Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu, supaya jangan menajiskan diri, sebab mereka hendak makan Paskah.

Sebab itu Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata: "Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini?"

Jawab mereka kepadanya: "Jikalau Ia bukan seorang penjahat, kami tidak menyerahkan-Nya kepadamu!"

Kata Pilatus kepada mereka: "Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu." Kata orang-orang Yahudi itu: "Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang."

Demikian hendaknya supaya genaplah firman Yesus, yang dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.

Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus dan bertanya kepada-Nya: "Engkau inikah raja orang Yahudi?"

Jawab Yesus: "Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?"

Kata Pilatus: "Apakah aku seorang Yahudi? Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah yang telah Engkau perbuat?"

Jawab Yesus: "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini."

Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Jadi Engkau adalah raja?" Jawab Yesus: "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku."

Kata Pilatus kepada-Nya: "Apakah kebenaran itu?" Sesudah mengatakan demikian, keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada mereka: "Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya.

Tetapi pada kamu ada kebiasaan, bahwa pada Paskah aku membebaskan seorang bagimu. Maukah kamu, supaya aku membebaskan raja orang Yahudi bagimu?"

Mereka berteriak pula: "Jangan Dia, melainkan Barabas!" Barabas adalah seorang penyamun.

Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia.

Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia jubah ungu,
dan sambil maju ke depan mereka berkata: "Salam, hai raja orang Yahudi!" Lalu mereka menampar muka-Nya.

Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka: "Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya."

Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah Manusia itu!"
Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia, berteriaklah mereka: "Salibkan Dia, salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya."

Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah."

Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia, lalu ia masuk pula ke dalam gedung pengadilan dan berkata kepada Yesus: "Dari manakah asal-Mu?" Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya.

Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?"

Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apa pun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya."

Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak: "Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar."

Ketika Pilatus mendengar perkataan itu, ia menyuruh membawa Yesus ke luar, dan ia duduk di kursi pengadilan, di tempat yang bernama Litostrotos, dalam bahasa Ibrani Gabata.

Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: "Inilah rajamu!"

Maka berteriaklah mereka: "Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Haruskah aku menyalibkan rajamu?"

Jawab imam-imam kepala: "Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!"
Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan. Mereka menerima Yesus.

Sambil memikul salib-Nya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota.
Dan di situ Ia disalibkan mereka dan bersama-sama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah.

Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: "Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi."
Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani.

Maka kata imam-imam kepala orang Yahudi kepada Pilatus: "Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi."
Jawab Pilatus: "Apa yang kutulis, tetap tertulis."

Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian-Nya lalu membaginya menjadi empat bagian untuk tiap-tiap prajurit satu bagian — dan jubah-Nya juga mereka ambil. Jubah itu tidak berjahit, dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja.

Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain: "Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya." Demikianlah hendaknya supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: "Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka dan mereka membuang undi atas jubah-Ku." Hal itu telah dilakukan prajurit-prajurit itu.

Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena.

Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!"
Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.
Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia — supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci —: "Aku haus!"

Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus.

Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib — sebab Sabat itu adalah hari yang besar — maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan.

Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya,
tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.
Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya.
Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: "Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan."
Dan ada pula nas yang mengatakan: "Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam."
Sesudah itu Yusuf dari Arimatea — ia murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi — meminta kepada Pilatus, supaya ia diperbolehkan menurunkan mayat Yesus. Dan Pilatus meluluskan permintaannya itu. Lalu datanglah ia dan menurunkan mayat itu.
Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya.
Mereka mengambil mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat.
Dekat tempat di mana Yesus disalibkan ada suatu taman dan dalam taman itu ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang.
Karena hari itu hari persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka mereka meletakkan mayat Yesus ke situ.

Demikianlah Sabda Tuhan

U: Terpujilah Kristus

Renungan Harian Katolik lainnya

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved