Perang Rusia Ukraina

Perang Rusia vs Ukraina: Dampak Perang Rusia, Harga Pangan Naik,Kelaparan Ancam Timur Tengah Afrika

Invasi Rusia ke Ukraina telah membuat harga pangan melonjak dan konflik itu telah membuat kelaparan terus meluas di seluruh dunia, khususnya Afrika

Editor: Ferry Ndoen
Instagram
Rusich, kelompok milisi Neo-Nazi, berfoto di dekat perbatasan Rusia-Ukraina. 

“Mesir sangat bergantung pada impor dari kedua negara, dan lonjakan harga roti terjadi karena pemerintah berencana
mengurangi subsidi roti," jelasnya.

Lebih dari 70 juta orang Mesir bergantung pada roti bersubsidi, menurut WFP.

Pada tahun 2021, sekitar 80 persen impor gandum negara itu berasal dari Rusia dan Ukraina.

Bushmaster Angkatan Darat Australia membantu melakukan pembersihan rute di wilayah Cobargo, NSW untuk mendukung Operasi Bantuan Kebakaran Semak 19-20. Kendaraan ini dikirim ke Ukraina untuk membantu negara tersebut melawan serangan Rusia.
Bushmaster Angkatan Darat Australia membantu melakukan pembersihan rute di wilayah Cobargo, NSW untuk mendukung Operasi Bantuan Kebakaran Semak 19-20. Kendaraan ini dikirim ke Ukraina untuk membantu negara tersebut melawan serangan Rusia. (SGT BILL SOLOMOU/ADF)

“Tunisia, Libya, Lebanon, Turki dan Yaman juga rentan terhadap gangguan pasokan dari Rusia dan Ukraina dan kenaikan harga,” kata Anderson.

Yaman hampir seluruhnya bergantung pada impor pangan, dan Ukraina menyumbang 31 persen dari pasokan gandumnya selama tiga bulan terakhir.

Saat ini, 31.000 orang di Yaman mengalami kondisi seperti kelaparan, jumlah yang diperkirakan akan melonjak menjadi
161.000 pada Juni 2022, menurut angka terbaru dari skala Klasifikasi Fase Makanan Terpadu.

Pada akhir tahun, 7,3 juta orang di negara yang dilanda perang itu bisa berada pada tingkat darurat kelaparan.

Baca juga: MotoGP: Klasemen MotoGP, Bastianini Rebut Puncak, Rider Ducati Lain Terlempar dari 5 Besar

“Krisis ekonomi di Yaman, produk sampingan dari konflik dan depresiasi mata uang telah mendorong harga pangan
pada 2021 ke level tertinggi sejak 2015,” kata Nada.

“Krisis Ukraina merupakan pukulan lain bagi Yaman, mendorong harga makanan dan bahan bakar lebih tinggi,” tambahnya.

Hasilnya terjadi peningkatan jumlah masyarakat yang membutuhkan bantuan pangan dari 16,2 juta menjadi 17,4 juta orang.

Badan-badan bantuan memperingatkan jumlah ini dapat meningkat lebih jauh jika kesenjangan pendanaan tidak ditutup, karena biaya pengiriman bantuan juga meningkat.

Saat ini, WFP hanya memiliki 31 persen dari dana yang dibutuhkan untuk melanjutkan operasi di Yaman selama enam bulan ke depan.

"Krisis Ukraina memperburuk situasi pendanaan yang buruk," kata Nada.

Situasi serupa terjadi di Lebanon, yang mengimpor sekitar 80 persen gandumnya dari Ukraina.

Bahkan sebelum pecahnya perang, harga pangan di Lebanon telah meningkat hampir 1.000 persen sejak Oktober 2019, akibat krisis ekonomi dan keuangan negara itu.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved