Berita Kupang Hari Ini
Romo Maksi Un Bria Sebut Perayaan Minggu Palma Sebagai Makna Pemberian Diri dan Berkorban
Yesus memasuki Kota Yerusalem sebagai bentuk ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa untuk memikul salib, wafat dan bangkit demi menebus dosa umat
Penulis: Ray Rebon | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ray Rebon
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Yesus memasuki Kota Yerusalem sebagai bentuk ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa untuk memikul salib, wafat dan bangkit demi menebus dosa umat manusia.
"Perayaan Minggu Palem dan pekan suci menginspirasi dan memotivasi kita untuk semakin memberi diri, berkorban, mengosongkan diri, rendah hati dan setia dalam melaksanakan panggilan dan tugas kita masing masing dalam hidup gereja, bermasyarakat dan bernegara", kata RD Maxi Un Bria, Pr kepada Pos-Kupang.Com, Minggu 10 April 2022.
Dimana menurut Romo Maxi Yesus memilih menggunakan keledai sebagai media atau sarana tunggangan yang tabah dan memikul beban serta tanggungjawab tanpa keluh kesah.
Pilihan dan sikap Yesus menggunakan keledai, Kata Romo Maxi sebagai tanda kerendahan hati dan pengosongan diri.
Baca juga: Liga 1: Tak Mau Kalah Dari Arema FC, Persebaya Surabaya Klaim Deal Tiga Pemain Asing, Daftar Nama
"Kita dapat belajar dari keteladanan Yesus yang siap memberikan diri, mengosongkan diri, rendah hati, taat dan berkorban sebagai bukti cinta-Nya kepada Allah dan manusia", ungkapnya
Romo Maxi menyampaikan Yesus memilih jalan cinta, pengorbanan, ketaatan dan kesetiaan sampai wafat sebagai bukti kasih dan persekutuan total dengan Bapa.
Sebagaimana Tuhan memerlukan keledai untuk memasuki kota Yerusalem, demikian juga Dia membutuhkan partisipasi diri manusia berbasis cinta, pengorbanan dan kesetiakawanan dalam melakukan tanggungjawab sebagai warga gereja dan negara yang berdampak bagi kebaikan bersama.
"Kita diajak untuk mengembangkan semangat kerendahan hati, keseriaan dan pengorbanan berbasis kasih demi hadirkan harmoni dan kebaikan bagi banyak orang", ungkapnya
Setiap martabat dan kemuliaan alam hidup diraih melalui pengorbanan dan kerja berlanjut yang resposif, seperti tiada mawar yang tidak berduri, juga perayaan kebangkitan Yesus Kristus yang mulia dan jaya didahului dengan jalan salib, sengsara dan berkorban hingga wafat di Salib. (*)
